Banjarmasin, 2 Mei 1998
Toek
Bapak yang saya kagumi
MASIH BANYAK YANG CINTA BAPAK [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Terlebih dahulu saya ucapkan maaf yang sebesar-besarnya pada Bapak atas kelancangan saya ini menulis sepucuk surat pada Bapak. Saya tergerak hati untuk menulis surat pada Bapak karena saya pun merasakan kecewanya hati Bapak atas kelakuan orang-orang yang menginginkan reformasi. Menurut saya sebagai rakyat kecil, hati saya menangis begitukah cara mencopot jabatan Bapak, reformasi saya setuju saja tapi caranya bukan begitu.
Perlu Bapak ketahui tidak semua rakyat benci Bapak, masih ada saya sekeluarga sebagai rakyat kecil yang cinta Bapak sekeluarga. Kalau tidak karena jasa Bapak tidak mungkin kami dapat menikmati hasil pembangunan ini.
Kami sekeluarga mengenang jasa-jasa Bapak apabila kami membaca buku-buku perjuangan Bapak. Kami sekeluarga menangis waktu Bapak mengucapkan pidato pemberhentian diri Bapak. Saya tahu arti terima kasih sebagai rakyat atas perjuangan Bapak.
Bapak begitu tabah dan sabar karena Bapak adalah seorang pejuang. Mudah-mudahan Bapak selalu dalam lindungan Allah dan menghadapi hari-hari ini dengan badan sehat dan lebih banyak mendekatkan diri pada Allah, karena itulah satu-satunya cara yang Bapak dapat mendapat balasan atas perbuatan mereka. Itulah sepatah kata dari saya mewakili keluarga saya dan kemudian saya ingin memperkenalkan diri pada Bapak.
Nama saya: Ir. Kusmasari, umur 33 tahun. Nama suami: Pathurahman, umur 35 tahun, anak: 2 orang 1. SMP kelas 1. 2. SD kelas 4.
Saya adalah seorang sarjana perikanan lulusan tahun 1992 dan total hanya menjadi seorang ibu rumah tangga. Saya tidak pernah melamar kerjaan atau memanfaatkan gelar sarjana, karena menurut saya dunia sudah saya peroleh, jadi sekarang hanya mengabdi pada suami dan mencari jalan ke akhirat saja.
Di samping itu saya aktif di macam-macam bidang tapi yang bergerak di bidang sosial saja, seperti ibu Rukun Tangga, Anggota Pokja II di kelurahan, wakil ketua GNOTA di kelurahan, Pos Yan-du, BKB dan aktif sekali kegiatan kampung. Sebagai seorang ibu RT saya mengadakan PKK sebulan sekali dengan cara arisan barang dan ceramah agama yang hanya difokuskan di rumah saya tiap bulan, mau saja suami saya menyumbang Rp 20.000,- sebulan untuk konsumsi kue dan minum asal tujuan kami dalam satu RT akrab di mana orang yang mampu dan tak mampu dapat saling berkumpul.
Suami saya seorang pegawai negeri sipil di POLRESTA Banjarmasin bagian SABARA. Tapi syukur alhamdulillah walaupun gaji pas-pasan, tapi kami tetap setia pada negara dan bangsa dan bukan jiwa penghianat.
Di kampung, suami saya sebagai RT di mana ada juga orang yang setuju dan tidak, padahal semua orang tahu kami berjiwa sosial tapi masih saja ada cacat dalam diri kami, apalagi sebagai seorang presiden yang memimpin lebih dari 200 juta jiwa tentu lebih dari 200 juta itu pula ragam kelakuan manusianya. Dan yang paling bersejarah dalam hidup kami waktu kampanye pemilu yang tadi, mau saja kami dimusuhi kampung lain dan orang-orang yang tak suka GOLKAR, memang daerah kami adalah basis PPP dan merupakan Partai Keturunan, kami tinggal di kampung, bukan di komplek pegawai.
Memang jiwa kami terancam juga, apalagi suami saya orangnya juga berani tampil dan kami suami istri dituduh dalangnya GOLKAR, kami bukan sekarang saja GOLKAR tapi memang Partai Keturunan juga, karena kami sama-sama dari pegawai. Apalagi suami saya ketua TPS, jadi cukup juga asam garamnya waktu kampanye tadi, tapi suami saya orang diam, sabar dan tak suka bicara asal punya dia jalan terus apapun resikonya.
Itulah pengalaman saya sebagai seorang pejuang di bawah, dan selalu ditekan oleh suami saya sebagai pemimpin itu harus sabar dan bertelinga dingin, sudah 10 tahun dan 3 x pemilihan kami tetap menang di RT. Sampai di sini saja surat saya pada Bapak sekedar berbagi pengalaman dan salam sejahtera pada anak-anak Bapak. Walaupun kami tak pernah ke Jakarta tapi keluarga Bapak dekat di hati. Dan tak lupa pula saya ucapkan terima kasih pada Bapak di akhir jabatan Bapak masih mampu menaikkan gaji pegawai negeri.
Dan saya dengan suami berniat naik haji sambil mengumpulkan uang karena uang kami tak cukup karena pengaruh dollar yang tak menentu ini, padahal rencana kami tahun 1999 ini kami akan naik haji karena kami kira uang 20 juta cukup untuk kami berdua, tapi ternyata meleset, mudah-mudahan dengan adanya gaung reformasi ini rupiah bisa menguat, karena niat kami itu sudah lama juga kami susun.
Sekian surat dari saya sebagai rakyat biasa. (DTS)
Wassalamu’alaikum dari saya,
Ir. Kusmasari
Banjarmasin
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 125-127. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.