MENDAGRI MENGADAKAN PERTEMUAN DENGAN ROIS AAM NU
Yogyakarta, Antara
Menteri Dalam Negeri Rudini dan Rois Aam K.H. Achmad Siddiq, Sabtu sore mengadakan pertemuan di kediaman K.H. Ali Ma’sum yang terletak di. Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta.
Pertemuan sekitar sepuluh menit itu berlangsung, setelah Mendagri Rudini memberikan pengarahan di depan peserta Muktamar NU, kemudian menuju ke kediaman K.H. Ali Ma’sum yang tengah menderita sakit dan diterima oleh K.H. Achmad Siddiq.
Tidak diperoleh keterangan apa yang dibicarakan antara Mendagri Rudini dengan Achmad Siddiq (63 tahun), yang kesehatannya tampak terganggu itu dan ke manamana menggunakan tongkat.
Dalam pertemuan yang berlangsung santai itu kedua belah pihak sating tertawa, sementara K.H. Yusuf Hasyim, salah seorang anggota Rois Syuriah PB NU ikut terlibat dalam pembicaraan tersebut.
Kedatangan Rudini di Pondok Pesantren Krapyak, mendapat sambutan hangat dari warga NU yang datang dari berbagai penjuru tanah air, ditandai dengan berdesakdesakannya mereka untuk berusaha menyalami dan mencium tangannya. Muktamar NU, yang dibuka Presiden Soeharto dan akan berlangsung hingga hari Selasa mendatang, dalam rapat pleno pertama yang berlangsung Sabtu siang telah mengesahkan tata tertib Muktamar NU ke-28, termasuk prosedur tata cara pemilihan pengurus masa bakti lima tahun mendatang.
Dalam hal pernilihan pengurus, muktamar akan memilih Rois Aam, Wakil Rois Aam dan Ketua PB NU Rois Aam dan Wakil Rois Aam dipilih secara langsung, sedangkan Ketua dipilih langsung dari calon yang sudah mendapat persetujuan dari Rois dan Wakil Rois Aam terpilih.
Rois dan Wakil Rois Aam serta Ketua terpilih, bertugas menyusun pengurus besar NU dengan dibantu empat orang formatur lain yang dipilih dari dan oleh peserta muktamar.
Pemilihan pengurus besar NU 1989-1994 itu dijadwalkan berlangsung Selasa sore, sebelum pada malam harinya muktamar yang berlangsung empat hari itu ditutup. Muktamar yang dihadiri 2.000 peserta dan 1.500 peninjau itu, Sabtu malam telah mendengarkan laporan pertanggung jawaban pengurus besar NU periode 1984-1989, yang menjelang pemilihan pengurus baru Selasa sore sudah akan deminioner.
Laporan PB NU itu disusun dalam sebuah buku setebal 35 halaman, dan memberikan gambaran perkembangan NU selama lima tahun terakhir.
Gambaran tersebut berupa pokok-pokok kegiatan yang dapat dipakai sebagai indikator adanya kemajuan yang dicapai selama lima tahun.
Bersamaan dengan itu, tergambar pula tantangan dan hambatan yang dapat dipakai sebagai indikator adanya kesulitan dalam proses pencapaian tujuan dan program-program yang diamanatkan Muktamar NU ke-27 di Situbondo lima tahun lalu. PB NU yakin, dengan yang bersifat apa adanya itu diharapkan dapat tergambar peta pelaksanaan keputusan muktamar ke-27, baik hasil yang dicapai maupun kendala yang menghadang di depan.
Laporan itu bertujuan, di satu sisi dapat menggambarkan kondisi obyektif NU secara keseluruhan yang berguna untuk pengembangan NU di masa datang. Di sisi lain, bertujuan dapat dicapai kesamaan persepsi dan titik pandang dalam melakukan evaluasi terhadap perkembangan selama lima tahun (1984-1989).
Sumber : ANTARA (25/11/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 357-358.