MENDAGRI: PPP SEBENARNYA TIDAK PERLU RIBUT-RIBUT

MENDAGRI: PPP SEBENARNYA TIDAK PERLU RIBUT-RIBUT

 

 

Jakarta, Antara

Mendagri Rudini berpendapat, anggota dan simpatisan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebenarnya tidak perlu ribut-ribut dalam menyongsong muktamarnya mendatang, karena pertemuan itu merupakan ajang untuk menampilkan “jago” mereka.

Pendapat Rudini itu dinyatakan kepada wartawan setelah ia melapor kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta, Rabu, tentang pendidikan di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) gaya baru di Jatinangor, Sumedang.

“PPP sebenarnya tidak usah ribut, karena muktamar itu memang merupakan forum untuk menyalurkan penggolan jagonya menjadi ketua umum,” katanya ketika ditanya tentang persiapan muktamar PPP.

Ia mengatakan, dalam pertemuan dengan Kepala Negara, juga dibahas persiapan penyerahan tanda penghargaan Parasarnya Puma Karya Nugraha kepada Propinsi Jawa Barat kepada Gubernur Yogie SM di Bandung, 30 Agustus.

 

Film NTB

Dalam kesempatan temu pers itu, kepada Mendagri, wartawan menyampaikan keluhan masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) terhadap ketentuan Pemda NTB yang mewajibkan setiap pejabatnya membeli karcis film ”Nuansa Birunya Rinjani” yang dibuat Pemda itu dengan biaya sekitar Rp400 juta Dengan tujuan untuk mengembalikan modal pembuatan film tersebut, Pemda bahkan mewajibkan para kepala dinas/instansi setempat membeli sedikitnya dua karcis film tersebut, yang harganya Rp10.000 sebuah.

Mendagri mengatakan, ia belum menerima laporan tentang keputusan tersebut.

Diingatkannya bahwa sekalipun ia mengimbau Pemda agar membuat film, tidak berarti Pemda harus menanam modal yang besar, sehingga kerja sama dengan swasta bias dilakukan.

“Kalau kewajiban membeli karcis itu benar, maka tindakan itu salah,” kata Rudini sambil mencatat kasus ini pada buku catatannya. Ia berjanji akan meneliti masalah itu.

 

 

Sumber : ANTARA (23/08/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 300-301.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.