Palembang, Juli 1998
Kepada
Yth. Bapak H.M. Soeharto
di kediaman
MENDUKUNG REFORMASI TAPI MENYESALKAN PENGHUJATAN [1]
Assalamu’ alaikum wr. wb.
Bersama surat ini saya mendoakan semoga Bapak dan Keluarga selalu diberi kesehatan dan mendapatkan perlindungan dan hidayah dari Allah swt.
Sebenarnya telah lama saya ingin menulis surat kepada Bapak, tetapi terus terang saya takut dan segan karena menurut kabar apabila menulis surat kepada Bapak maka akan diteliti latar belakang orang yang menulis tersebut.
Nama saya Meiriana Aminus, dilahirkan di Palembang 15 Mei 1971. Saya telah menamatkan pendidikan saya di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya. Selain itu saya juga aktif di organisasi, antara lain Gerakan Mahasiswa KOSGORO, KNPI, dan aktif dalam kegiatan GOLKAR. Saat ini saya tidak bekerja, karena tempat kerja saya “Bank Centris” merupakan salah satu bank yang menurut penilaian BI, BPPN, dan pemerintah termasuk bank yang kinerjanya tidak sehat sehingga harus dibekukan operasinya. Aktivitas saya sehari-hari di rumah bantu-bantu orangtua. Ayah seorang notaris yang dalam waktu satu bulan ini akan memasuki masa pensiun.
Bapak Soeharto yang baik,
Melihat situasi akhir-akhir ini saya cukup senang, karena media dan masyarakat sudah agak sedikit tenang dan terkendali. Dibandingkan beberapa bulan yang lalu, saya merasa kesal kenapa masyarakat tidak dapat menahan diri, tindakan mereka sudah melebihi batas dan telah lepas kendali. Mereka saya rasa juga turun andil dalam memperparah situasi ekonomi Indonesia. karena tindakan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat tidak memperbaiki keadaan, tetapi makin mempersulit posisi Indonesia di mata dunia.
Saya sangat menyesali sikap mereka yang menghujat, mengecam, dan menyalahkan Bapak, seolah-olah mereka adalah orang-orang yang suci, bersih yang tidak mempunyai kesalahan. Saya heran begitu mudahnya mereka melupakan jasa-jasa Bapak, bagaimanapun Bapaklah yang membangun Indonesia sehingga mencapai kemajuan-kemajuan seperti sekarang ini.
Dalam menghadapi situasi ini saya mengharapkan dan berdoa semoga Bapak mendapatkan ketabahan dan senantiasa dalam lindungan Allah swt. Amin. Saya yakin Bapak dan keluarga dapat mengatasi semua cobaan ini.
Saya sangat haru dan sempat menangis ketika melihat Bapak dan keluarga menjalankan umroh bahkan dapat memasuki Ka’bah. Dalam hati saya berkata, betapa nikmat dan bahagianya Bapak dan keluarga. Semua itu memicu saya untuk giat menabung dan bertekad akan mempergunakan tabungan saya agar niat saya untuk berumroh dapat terlaksana. Tapi siapa sangka tempat saya bekerja dibekukan operasinya dan nilai dollar semakin menggila dan menjadi sangat tidak wajar. Yah semoga kemelut ini dapat segera berlalu agar kita dapat melanjutkan pembangunan dan tentunya saya dapat mewujudkan impian saya. Amin. (doakan ya, Pak).
Bapak Soeharto yang baik, saya juga mendukung reformasi, tetapi saya tidak mendukung dan sangat menyesalkan tindakan penghujatan terhadap Bapak maupun gerakan yang dapat memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Hendaknya semua pihak dapat menahan diri guna tercapainya bangsa Indonesia yang damai sejahtera seperti pada masa kepemimpinan Bapak. Saya salut dengan sikap Bapak dalam menghadapi situasi ini. Bapak tetap tenang dan bersahaja. Bapak memang seorang pemimpin Bangsa yang saya kagumi.
Demikian Pak, semoga kita senantiasa mendapat hidayah dari Allah swt, sehingga kita semua dapat menghadapi cobaan ini dengan tawakal tanpa kehilangan keimanan kita. Amin. (DTS)
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Meiriana Aminus
Bukit Besar Palembang
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 141-142. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.