Bengkulu, 25 Oktober 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
di Jl. Cendana Jakarta
MENGAPA NEGERI INI JADI KACAU SETELAH BAPAK LENGSER? [1]
Saya sebagai anak tunas bangsa sangat merasa prihatin atas musibah yang melanda negara kita ini, dengan krisis yang berkepanjangan. Terutama kepada keluarga besar Bapak Soeharto. Dalam menghadapi musibah ini Bapak harus tegar dan tabah menghadapi segalanya. Hamba Tuhan yang tahu perbuatan manusia ini Bagi saya Bapak bagai seorang dewa.
Saya merasa bahwa Bapak dalam memangku jabatan presiden kemarin, sangat bijaksana dan negara ini menjadi aman tenteram, tetapi mengapa setelah Bapak berhenti negara ini rasanya tidak aman? Saya sangat kagum kepada Bapak, saya mengucapkan terima kasih atas jasa-jasa Bapak kepada negara ini.
Berkat Bapak kami bisa mandiri. Pak, boleh nggak saya mempunyai permintaan? Saya seorang penggemar Filateli. Bapak pasti banyak perangko terutama luar negeri. Tolong dong kirimin pada saya. Jika Bapak mengabulkannya saya pasti sangat senang. Dan juga jangan lupa foto keluarga Bapak untuk kenang-kenangan bagi saya agar saya tidak lupa jasamu Bapak.
Oh Tuhan, lindungilah keluarga Bapak Soeharto agar keluarganya selalu dilindungi dari mara bahaya. Oh Tuhan mereka telah berjasa pada kami dan negara kami. Amiin.
Sekian dulu surat dari saya. Saya ucapkan banyak terima kasih semoga Bapak membalas surat saya. Sekian. (DTS)
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Hormat saya,
Cahayanatulaini
Bengkulu
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 738. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.