MENGIKUTI MUHIBAH FACES OF INDONESIA (1)

MENGIKUTI MUHIBAH FACES OF INDONESIA (1)

Menghilangkan Citra Negatif Indonesia[1]

 

Jakarta, Media Indonesia

Setelah puluhan tahun mengabur dalam dunia bisnis kemudian merintis karir di dunia politik dengan duduk sebagai salah satu Ketua DPP Golkar, Ny. Siti Hardiyanti Rukmana yang akrab dipanggil Mbak Tutut menembus bidang seni budaya. Lengkaplah sudah Puteri Presiden Soeharto itu menyandang predikat sebagai pengusaha, politisi dan seniman.

Mbak Tutut tampaknya gelisah dengan citra Indonesia di luar negeri yang kemudian melahirkan banyak kecaman. Dia ingin mengubah citra negatif tentang Indonesia dan, masyarakat internasional. Dia yakin pendekatan ekonomi maupun politik bukanlah langkah yang tepat untuk itu. Pendekatan seni budaya merupakan langkah yang lebih tepat.

Suatu missi seni budaya dengan jumlah paling besar yang pernah ada dalam sejarah sebanyak 177 orang diberangkatkan ke berbagai negara mengenalkan wajah seni budaya Indonesia untuk mengubah persepsi negatif tentang Indonesia dari berganti dengan citra positif. Faces Of Indonesia 1995 misi kesenian itu disponsori Yayasan Tiara Indonesia, Tiara Indah bekerja sama dengan Garuda Indonesia mengadakan pagelaran seni budaya di tujuh kota besar di dunia sejak dari Washington DC, Boston (Amerika Serikat); Den Haag, Rotterdam , Paris, London dan berakhir di Budapest Hongaria (Eropa).

Artis-artis pendukung misi bergengsi itu diantaranya Rinto Harahap (yang juga koordinator), Victor Hutabarat, Vonny Sumlang, Dewi Yull, Sundari Sukotjo dan penyanyi dangdut Vety Vera dengan dukungan kelompok musik Lolypop. Ada juga kelompok Kahitna, Bahana Suara Pelajar, desainer Prajudi, serta artis-artis penari dari Pelangi Nusantara Taman Mini Indonesia yang dipimpin Ny. Sampurno. Selain itu ada pengrajin seni dari Bali, Aceh, Jawa Tengah serta tenunan dari Kalimantan. Jadilah Faces Of  Indonesia suatu misi seni budaya yang paling lengkap dan akbar.

Di tujuh kota Besar dunia itu ditampilkan materi tarian Krida Wanodya dari Jawa Tengah, Tebe-Tebe dari Timor timur, Tarian Bel ibis dan Bali, Rentak Minang dari Sumatera Barat , Lenggang Bantek dari Jakarta dan tarian Rampai Aceh yang selalu mendapat sambutan paling hangat dari penonton di berbagai kota.

Sejak Faces Of Indonesia digelar pertama kali di Auditorium Universitas of The District of Columbia Washington pada 21 April 1995 tampak misi ini akan membawa hasil, bergengsi danmempunyai pamor tersendiri. Para pengunjung selain orang-orang Indonesia yang menetap di negeri itu, jumlah terbesar adalah kalangan diplomatik dan masyarakat intemasiona l lainnya. Dengan demikian sasaran dari misi ini berhasil.

“Perjalanan misi ini tidak untuk menghibur orang Indonesia di perantauan, tapi memperkena lkan wajah seni budaya kita kepada masyarakat intemasional agar mereka memperoleh gambaran yang positiftentang Indonesia.” kata Mbak Tutut dalam berbagai kesempatan.

Dubes RI di Washington, Arifin Siregar sangat respek menyambut misi ini. Dia berharap agar misi seperti ini tidak berhenti sampai di sini tapi harus dilanjutkan karena memang tidak mudah mengubah persepsi masyarakat intemasional khususnya masyarakatAS tentang Indonesia terutama setelah insiden Dili, 12 Januari 1991.

Menurut  Dubes  Arifin ,  beberapa   waktu   lalu  telah   ada  program  KIAS (Kebudayaan Indonesia Amerika Serikat) yang dipimpin Mochtar Kuswnaatmadja. Namun program itu pun tak berkelanjutan sehingga seakan-akan hilang tidak berbekas. Padahal perhatian masyarakat AS terhadap program itu mulai tumbuh.

Bukan karena sentilan Arifln Siregar itu jika kemudian Mbak Tutut bertekad melakukan misi kesenian secara periodik ke mancanegara memperkenalkan wajah­wajah Indonesia. Dia sudah menyimpan ambisi mengenalkan wajah seni budaya Indonesia dengan tetap berharap keterlibatan pengusaha swasta nasionalnya dalam melaksanakan program seperti ini. Kita harus bersama-sama bekerja mengubah citra negatif tentang bangsa kita di luar negeri.  KJeden Suban S.

Sumber : MEDIA INDONESIA (17/05/1995)

____________________________________________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 672-674.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.