MENINGKATKAN HUBUNGAN DAGANG RI-VENEZUELA
Jakarta, Angkatan Bersenjata
SELESAI melakukan kunjungan yang sukses di Meksiko buat meningkatkan persahabatan, kerjasama pembangunan dan hubungan dagang kedua negara, Presiden Soeharto melanjutkan muhibahnya ke Venezue la, negara berpenduduk 18 juta yang sama dengan Indonesia juga produsen minyak dan anggota OPEC.
Banyak persamaan antara Indonesia dan Venzuela. Selain sama-sama anggota OPEC berhaluan moderat yang berhasil memelihara persatuan dan keutuhan organisasi itu, juga sama-sama anggota gerakan Non Blok, Kelompok 77, Kelompok 15 yang beberapa hari lagi akan ber-KTT di Karakas, ibukota Venezuela. Ada pula persamaan antara politik luar negeri bebas aktif lndonesia dengan politik luar negeri Venezuela yang menghormati hak azasi manusia, hubungan yang adil dan merata antara semua negara, peningkatan solidaritas regional, menghonnati hak menentukan nasib sendiri, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan menyelesaikan sengketa secara damai. Sama halnya dengan Indonesia, Venezuela juga mengatasi kesulitan ekonominya dengan melancarkan deregulasi, diversifikasi dan liberalisasi, yang hasilnya mulai kelihatan.
Kalau Indonesia menduduki posisi terkemuka di ASEAN, Venezuela menduduki posisi serupa di Pakta Andean yang sedang melakukan integrasi ekonomi dan berusaha membentuk daerah perdagangan berbas. Pakta Andean beranggota lima negara, Venezuela, Kolombia, Bolivia, Ekuador dan Peru. Karena memiliki prasarana yang paling baik di antara ke lima negara itu dan mempunyai sumber energi yang besar dan murah, Venezuela tampaknya akan menjadi pusat kegiatan daerah perdagangan bebas itu nanti.
Di utara, Meksiko yang baru saja dikunjungi Presiden Soeharto membentuk NAFTA daerah perdagangan bebas bersama Amerika Serikat dan Kanada, sedang di selatan akan muncul daerah perdagangan bebas Andean dengan Venezuela sebagai pusatnya.
Karena itu penting sekali muhibah kepala negara kita ke kedua negara itu untuk meningkatkan kerjasama dan hubungan dagang. Dengan cara itu tiap negara dapat dijadikan pintu masuk ke masing-masing daerah perdagangan bebas itu.
Hubungan diplomat Indonesia-Venezuela selama 32 tahun ini membuat hubungan kedua negara baik dan lancar, tapi amat disayangkan hubungan dagang tetap saja kerdil, baru satu sampai dua juta dolar setahun secara timbal batik.
Perlunya ditingkatkan hubungan dagang itu di era globalisasi ini sama-sama disadari oleh presiden kedua negara. Itulah pula salah satu dari dua tujuan kunjungan presiden kita ke Venezuela yang berarti Venesia Cilik itu.
Presiden Venezuela, Carlos Andreas Perez dalam wawancara dengan wartawan Indonesia di Istana Kepresidenan Mira Flores di Karakas, Sabtu lalu mengatakan, hubungan diplomatik Indonesia-Venezuela yang sudah berusia tiga dasawarsa lebih berlangsung “normal” bahkan bisa dibilang baik. Tapi untuk waktu lama keduanya tidak memperhatikan peningkatan hubungan itu karena letaknya berjauhan.
Sekarang setelah dapat mengatasi masalah-masalah domestiknya, Venezuela mulai aktif ambil bagian dalam berbagai upaya multilateral. Atas dasar itu pula Venezuela berkeinginan meningkatkan hubungan kerjasama yang lebih nyata dengan Indonesia di segala bidang, sedang dari pihak Indonesia sudah pula tampak keinginan yang sama, terbukti dengan kunjungan Presiden Soeharto sekarang. Letak Indonesia dan Venezuela berjauhan, tapi jarak geografi sekarang sudah tidak menentukan lagi. Yang paling menentukan adalah “keinginan kita untuk meningkatkan hubungan “ katanya.
Dengan sikap presiden Venezuela seperti itu, sudah tentu kunjungan Presiden Soeharto ke Venezuela akan sama suksesnya dengan Meksiko, baik untuk mempererat persahabatan antara kedua presiden, kedua bangsa maupun untuk meningkatkan ketjasama pembangunan dan hubungan dagang.
Tujuan utama KTT Kelompok 15 selama tiga hari sejak 27 November nanti adalah meningkatkan kerjasama yang nyata diantara negara-negara berkembang atau negara-negara Selatan.
Sesudah sekian lama kerjasama Selatan-Selatan itu lebih merupakan slogan atau lip service melulu, adalah gerak maju yang menggembirakan bahwa diantara negaranegara berkembang timbul kesadaran untuk menjadikannya kegiatan nyata, artinya benar-benar dilaksanakan demi kemajuan dan perbaikan kesejahteraan rakyat masing-masing.
Diharapkan hasil-hasil KTT Kelompok 15 di Karakas akan memberikan dorongan untuk mencapai tujuan yang mulia itu. Kalau kerjasama Selatan-Selatan itu sudah benar-benar nyata manfaatnya tidak saja dirasakan oleh rakyat masing-masing negara tapi penting pula untuk memulai kembali dialog Utara-Selatan yang terhenti sejak pertemuan Cancun di Meksiko tahun 1980.
Sumber : ANGKATAN BERSENJATA (26/11/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 473-475.