MENKOP PADA PEMBUKAAN PENDIDIKAN PIMP KOPKAR
Jakarta, Antara
Menteri Koperasi Bustanil Arifin, S.H. menegaskan bahwa Pemerintah ingin melihat Koperasi Karyawan (Kopkar) menjadi koperasi andalan karena koperasi itu bisa mengandalkan diri sendiri.
Menkop Bustanil Arifin menegaskan hal itu ketika memberikan pengarahan pada pembukaan pendidikan empat hari (28-31 Juli) bagi pimpinan Kopkar yang diselenggarakan atas kerja sama antara Induk Koperasi Karyawan (lnkopkar) dan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID)/Asia Foundation di Pusat Latihan dan Penataran Koperasi (Puslatpenkop) Jakarta, Selasa.
Pada kesempatan itu juga dilakukan penandatanganan naskah kerja sama mengenai pemberian hibah dari USAID/Asia Foundation sebesar Rp 48 juta untuk waktu tiga tahun, mulai 1987.
Menteri Bustanil dengan mengacu pada seruan Presiden Soeharto di Kendari (1985) dan pada puncak peringatan Hari Koperasi ke-40 di Jakarta 12Juli lalu agar koperasi menjadi gerakan nasional, mengatakan bahwa Koperasi Unit Desa (KUD) bersama-sama dengan semua koperasi lainnya, termasuk Kopkar harus bergerak maju dengan cepat.
Bustanil Arifin menegaskan bahwa Kopkar harus lebih kuat dari pada koperasi primer lainnya, seperti KUD karena anggota Kopkar adalah karyawan yang berpenghasilan tetap sedangkan penghasilan anggota KUD banyak tergantung pada iklim, cuaca, dan air.
Oleh karena itu, bantuan (hibah) seperti yang diberikan oleh USAID itu meski masih diharapkan pada masa mendatang, peruntukannya hanya akan ditujukan bagi Kopkar yang lemah.
Menurut Agus Sudono, Kopkar yang didirikan 15 Januari 1986 telah mempunyai 15 Puskopkar (Pusat Koperasi Karyawan) di 15 propinsi dengan 1.800 primer Kopkar beranggotakan 2 juta karyawan.
Ketua Umum Inkopar mengatakan, sejak berdirinya Departemen Koperasi, perkoperasian di Indonesia maju pesat dilihat dari pertambahan jumlah koperasi primer, anggota, simpanan, dan usaha.
Sementara itu, Duta Besar AS untuk Indonesia Paul Wolfowitz dalam pidato sambutannya, juga mengakui bahwa koperasi di Indonesia telah mencapai banyak kemajuan.
Tetapi Dubes AS tersebut juga mengatakan bahwa masih banyak lagi yang harus dicapai oleh gerakan koperasi Indonesia. Sedangkan menurut Agus Sudono, yang menjadi masalah dalam gerakan koperasi Indonesia adalah upaya peningkatan kualitas primer, pusat, dan induk koperasi-koperasi tersebut.
Pada tahun pertama, dana yang disediakan oleh kedua pihak digunakan sebagai dana modal berputar (revolving loan fund) sebesar Rp 25 juta bagi sepuluh koperasi primer di Jakarta dan program latihan untuk pimpinan dan anggota koperasi karyawan.
Pejabat Kantor Perwakilan Asia Foundation Jakarta, N. Cinnamon Dornsife yang menandatangani naskah kerja sama tersebut, mengatakan kepada wartawan seusai upacara bahwa bantuan dapat diperbesar jika Kopkar mampu mempergunakan dana tersebut dengan baik dan berhasil.
Bantuan serupa pernah juga diberikan kepada Pusat Koperasi Wanita Jawa Timur (Puskopwanjati) sejak 1980 dan Pusat Koperasi Wanita Nusa Tenggara Timur sejak 1984 dengan jumlah bantuan yang hampir sama untuk setiap koperasi. (LS)
Sumber: ANTARA (25/07/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 500-501.