MENLU TENTANG PERTEMUAN PARIS DAN JAKARTA

MENLU TENTANG PERTEMUAN PARIS DAN JAKARTA

 

 

Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja Rabu menegaskan bahwa ia tidak melihat adanya persaingan antara pertemuan Paris dan pertemuan Jakarta, yang direncanakan diselenggarakan bagi penyelesaian masalah Kampuchea.

“Karena, saya kira semuanya beriktikad baik untuk mencari penyelesaian masalah Kampuchea sebaik-baiknya,” katanya kepada wartawan seusai melapor kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka.

Menurut Mochtar, yang perlu dipikirkan dalam waktu dekat ini adalah pelaksanaan pertemuan kelompok kerja bilateral Indonesia – Vietnam, yang juga pemah dibicarakan di Ho Chi Minh City Juli lalu.

“Waktunya belum dipastikan karena acara kita memang sangat padat antara lain persiapan untuk menghadapi KTT ASEAN,” sambungnya.

Penyelesaian soal Kampuchea diberitakan akan dibahas di Paris oleh Presiden Pemerintahan Koalisi Demokratik Kampuchea (CGDK) Pangeran Sihanouk dan Perdana Menteri Pemerintah Heng Samrin, Hun Sen.

Sementara itu, Sihanouk dikabarkan juga setuju tentang rencana penyelenggaraan pertemuan segitiga di antara pihak-pihak yang bertikai (CGDK, Heng Samrin dan Vietnam) di Jakarta, sesuai kesepakatan Ho Chi Minh City yang dicapai Indonesia dan Vietnam.

Menlu Mochtar menilai, yang muncul dalam pemberitaan saat ini lebih banyak tentang kemungkinan pertemuan di Paris dibanding pertemuan yang tadinya dipersiapkan di Jakarta.

“Tetapi pada dasarnya rencana pertemuan itu masih ada walaupun tidak begitu urgen lagi karena tentu kita sebaiknya menunggu basil pertemuan yang direncanakan berlangsung di Paris,” tandasnya.

Tentang pencalonan Dr. Soedjatmoko sebagai Dirjen UNESCO (Organisasi Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Kebudayaan PBB), yang juga dilaporkannya kepada Kepala Negara, Menlu Mochtar menyatakan bahwa pada proses pemilihan putaran ketiga hari Rabu, Indonesia harus menentukan sikapnya.

“Sikap itu belum bisa saya ungkapkan sekarang,” katanya seraya menambahkan bahwa nampaknya usaha agar calon Indonesia itu memperoleh dukungan lebih banyak untuk menjabat Dirjen UNESCO kurang berhasil karena beberapa pertimbangan.

Sampai proses pemilihan putaran kedua, Dr. Soedjatmoko diberitakan hanya meraih dua suara, sementara calon dari negara-negara Afrika dan TimurTengah, Amadou Mahtar M’bouw, mengumpulkan 18 suara.

Dengan kemenangan sementara M’bouw itu, calon lainnya, Menlu Pakistan Sahabzada Yaqub Khan yang mengumpulkan 12 suara mengundurkan diri. (RA)

 

 

Jakarta, Antara

Sumber : ANTARA (14/10/1987)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 261-262.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.