MENRISTEK RESMIKAN REAKTOR NUKLIR SERPONG
Jakarta, Antara
Reaktor nuklir serbaguna di Serpong dinilai oleh Menteri Negara Ristek B.J. Habibie sebagai sarana penguasaan dan pengembangan teknologi untuk menunjang wahana-wahana.
Dalam sambutannya pada peresmian Reaktor Serba Guna (RSG) dan fasilitas penunjangnya hari Karnis di Serpong, Tangerang (Jawa Barat), Habibie menyebut bidang energi merupakan salah satu prasarana ekonomi yang perlu dikembangkan untuk mempersiapkan kerangka landasan kokoh dalam pembangunan nasional jangka panjang.
RSG yang diberi nama “GA. Siwabessy” dan Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset (IPEBRR) diresmikan Presiden Soeharto hari itu, ditandai dengan penekanan tombol sirene dan penandatanganan prasasti, disaksikan sejumlah menteri kabinet dan perwakilan negara sahabat.
Habibie mengatakan, reaktor beserta fasilitas penunjangnya akan dimanfaatkan para ahli Indonesia bersama-sama mitra-mitra di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dari negara yang sudah mengadakan perjanjian kerjasama bidang iptek dengan Indonesia.
Ia yakin, dengan program penelitian bersama itu para peneliti Indonesia dapat meningkatkan keterampilan serta melengkapi kepribadiannya dengan kebiasaan hidup yang berlaku di dunia iptek canggih.
Pembangunan RSG di kompleks Pusat Penelitian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong itu merupakan hasil kerjasama Indonesia dengan Republik Federal Jerman (Jerman Barat) yang untuk itu memberikan bantuan hibah bernilai 30 juta DM.
Menteri Riset dan Teknologi Jerman Barat, Dr. Heinz Riesenhuber, turut menyaksikan peresmian RSG, dalam sambutan mengatakan bahwa Indonesia merupakan contoh bagi banyak negara Barat yang sampai sekarang belum berhasil benar menggunakan tenaga nuklir untuk maksud damai.
Dengan adanya Puspiptek, ia menilai Indonesia telah membuat suatu langkah maju yang sangat berarti bagi masa depan industrinya.
Dalam kesempatan itu Dr. Riesenhuber menjamin bahwa negaranya tetap berkeinginan menyediakan bantuan menyangkut penggunaan reaktor riset Indonesia. Pusat-pusat riset di Jerman, katanya, tetap terbuka bagi latihan para ilmuwan dan insinyur Indonesia.
Ia mengharapkan proyek RSG di Serpong itu dapat menjadi simbol eratnya kerjasama antara Jerman Barat dengan Indonesia.
Dirjen Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), Ir. Djali Ahimsa, dalam laporannya mengatakan pembangunan RSG dan laboratorium penunjangnya secara keseluruhan dibagi dalam tiga tahap, yang dijadwalkan selesai tuntas tahun 1991.
RSG yang diresmikan Kamis itu dipasok oleh Interatom Gmbh dan IPEBRR dipasok Nukem, keduanya perusahaan Jerman Barat.
Setelah ini akan dioperasikan pula Instalasi Pengolaban Limbah Radioaktif (IPLR) yang merupakan peningkatan pengelolaan limbah yang telah ada pada RSG dan IPEBRR, ungkap Djali Ahimsa.
“Ini penerapan kebijaksanaan Batan dengan apa yang disebut Zero Release, artinya Batan tidak akan melepas limbah radioaktif ke lingkungan bebas, karena semua limbah yang berasal dari kegiatan nuklir di Serpong ini akan diolah dan dikelola,” demikian Djali.
Sekarang karyawan Batan yang bekerja di reaktor nuklir dan instalasi penunjangnya itu baru 786 orang. Jika semua instalasi siap beroperasi jumlah karyawan akan mencapai 1.500 orang, kata Dirjen Batan. (LS)
Sumber: ANTARA (20/08/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 514-515.