Wawondula, 22 Oktober 1998
Kepada
Yth. Bapak H. Muhammad Soeharto
di Jakarta
MENYALAHGUNAKAN KEBEBASAN [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan hormat,
Pertama-tama ananda doakan semoga Bapak sehat wal afiat dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Amin…..
Sebagai warga negara, ananda sangat bangga dan hormat pada Bapak, karena Bapak telah membangun bangsa dan negara Indonesia serta membawa nama bangsa Indonesia ke dunia internasional. Ananda sangat menyesalkan tindakan mahasiswa yang melakukan demonstrasi yang minta agar Bapak diturunkan. Ananda sedih saat melihat di TV, tulisan-tulisan di koran yang merupakan hinaan pada Bapak. Seharusnya kakak-kakak mahasiswa tidak melakukan hal semacam itu, karena mereka telah berfikir secara dewasa dan mereka sudah lama belajar sejarah. Yang paling membuat ananda sedih adalah sewaktu terjadi kerusuhan dan penjarahan, yang merusak hasil pembangunan.
Ananda khawatir, tuntutan kakak-kakak mahasiswa akan mengembalikan kita pada masa Orde Lama. Kebebasan yang berlebihan membuat banyak orang melakukan semaunya.
Ananda doakan semoga Bapak cepat keluar dari tuduhan-tuduhan tersebut. Ananda mengucapkan terima kasih pada Bapak, karena telah membangun bangsa dan negara Indonesia, sehingga saya dapat bersekolah di bangku SMU Negeri I Towuty kelas III IPS 2. Kami telah merasakan hasil pembangunan Bapak selama ini.
Demikian surat ananda, dan jika ada kata yang kurang berkenan di hati Bapak sekeluarga mohon dimaafkan. (DTS)
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 201. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.