Jakarta, 26 Juni 1998
Kepada
Yth. Jenderal Besar Tentara Nasional Indonesia
Bapak H. Muhammad Soeharto
di Jakarta
MENYAMPAIKAN MASUKAN [1]
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan segala kerendahan hati dan dengan hormat, perkenankanlah saya menghadapkan surat ini ke hadapan Bapak secara pribadi, kiranya sangatlah berkenan bagi Bapak untuk menerimanya. Sebagai perkenalan dan bahan masukan, perlu saya sampaikan pada Bapak, bahwa di an tara sekian banyak organisasi yang dibina oleh Bapak Mayjen. Purn. Dr. Ibnu Hartomo, salah satunya adalah GPPA ’45. Organisasi-organisasi yang dibina Bapak Ibnu Hartomo oleh karena kemandiriannya sampai sekarang, dikatakan mati tidak, dikatakan hidup juga tidak.
Bapak Soeharto yang kami cintai,
dengan cara di luar kesopanan. Padahal sebagai orang Indonesia kurang lebih tiga puluh tahun lamanya Bapak menanamkan ajaran kesopanan bagi bangsa ini, tak menghormati orang tua dan bertata krama yang baik. Kenyataan yang ada sekarang adalah sebaliknya. Yang tadinya kita anggap adalah orang yang dapat meluruskan situasi dan keadaan, sekarang malah menjadi munafik dan terakhir pengkhianat.
Bapak Soeharto yang kami hormati,
- Pemerintah kolonial Belanda mengatakan bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada. Bapak katakan kepada seluruh dunia bahwa Republik Indonesia ini masih ada, dengan tindakan Bapak mengadakan serangan Umum di Yogyakarta.
- Untuk menenteramkan pemberontakan-pemberontakan di daerah, Bapak dikirim ke Indonesia Timur, sebagai prajurit yang diharapkan.
- Presiden Republik Indonesia yang pertama menyerahkan sepenuhnya kepercayaan pada Bapak untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia. Bapak jalankan dan laksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.
- Pada waktu bangsa ini tercabik-cabik dengan adanya sistem yang tidak sesuai dengan filsafat orang Indonesia, Bapak tampil ke depan membubarkan sistem itu dan menghapuskan serta mengenyahkan pembuatan sistem itu, yaitu Partai Komunis Indonesia.
- Bangsa kita menghadapi colaps yang luar biasa pada periode tahun enam puluhan. Semua hajat hidup didapatkan dengan cara antri. Perlahan demi perlahan Bapak benahi negara ini, sehingga pernah kita swasembada beras. Diakui oleh dunia intemasional.
Masih banyak lagi kalau kita mau jujur dan menggali satu demi satu jasa Bapak pada Republik ini. Tetapi apa yang terjadi pada akhir-akhir ini, Bapak dan keluarga dituduh menghimpun kekayaan dan yang lebih ngeri lagi, mereka katakan Bapak dan keluarga sengaja berbuat demikian untuk memelaratkan rakyat Indonesia. Demikian hujatan mereka. Saya tidak habis berpikir di manakah rasa terima kasih mereka itu?
Saya tahun yang lalu, saya coba menyurati Bapak, setelah saya melihat adanya gejala-gejala yang akan timbul kemudian. Berulang kali saya coba untuk dapat bertemu Bapak, tetapi Allah SWT tidak berkenan mempertemukan kita.
Akhir-akhir ini banyak orang yang sayang pada Bapak dengan maksud untuk membela Bapak tanpa pamrih. Ada yang benar serta tulus; dan ada pula yang mencoba yang saya katakan atau kategorikan mereka itu sebagai petualang-petualang. Bahkan untuk meyakinkan dirinya itu, dikatakannya bahwa dia mendapatkan wangsit dan lain sebagainya. Orang-orang yang semacam ini perlu diwaspadai. Dan mohon beribu maaf, orang-orang semacam itu kini sudah dekat pada Bapak.
Bila memang ternyata bahwa ada yang mencoba untuk menuntut yang saya sendiri sebagai orang bodoh tidak tahu apa yang mereka tuntut maka ratusan sarjana, baik itu saIjana hukum, politik dan ekonomi dan lain sebagainya siap berdiri di hadapan Bapak untuk membela. Saya yakin dan percaya. Dan Insya Allah bisa kita buktikan bersama.
Dulu Bapak mengatakan, dan ini diakui oleh dunia internasional bahwa orang miskin di Indonesia hanya kurang lebih 27 juta. Tetapi dengan timbulnya gejolak kurang lebih enam bulan ini, menurut laporan kawan-kawan pada saya, orang miskin sekarang sudah mencapai 100 juta orang.
Panjang dan lebar ingin saya ceritakan atau bentangkan pada Bapak keadaan Republik kita ini. Tetapi sangatlah terbatas lewat surat ini. Yang Bapak pegang dan percaya hanya satu. Bahwa rakyat Indonesia sebagian besar mencintai Bapak. Yang menjadi pegangan saya pribadi juga satu bahwa Bapak mengatakan: “Jangankan harta, nyawapun saya korbankan untuk bangsa dan negara ini”.
Semoga Allah SWT selalu memberikan taufiq dan hidayahnya pada kita semua.
Wassalamu’alaikum wr. wb. (DTS)
Hormat saya dan seluruh Keluarga Besar GPPA ’45
Muhammad Sagaf Saleh
Jakarta Timur
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 493-495. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.