MENYIMAK HUBUNGAN EKONOMI RI-MEKSIKO
Jakarta, Media Indonesia
Dari lima negara yang dikunjungi oleh Presiden Soeharto kali ini Meksiko merupakan negara pertama. Dilihat dari keberadaannya terutama dalam satu dasawarsa ini. Meksiko merupakan negara yang memiliki misteri dalam ekonominya. Karena diawal dekade delapan puluhan lalu, negara ini beserta Brazilia dan Argentina (MBA countries) termasuk dalam jajaran negara penghutang terbesar, di samping perekonomian yang terus merosot. Namun kini, menurut takaran dalam laporan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Meksiko terrnasuk salah satu di antara sepuluh negara industri baru (Newly lndustrialy Countries, NIC).
Melihat keberadaannya tersebut, tanpa harus membuatnya menjadi salah satu negara yang harus ditiru dalam menangani dan memecahkan masalah perekonomiannya, namun dapat kiranya dijadikan salah satu model sebagai bahan kajian. Sehubungan dengan itulah, tulisan ini berupaya mengetengahkan keberadaan ekonomi Meksiko, di samping melihat kemungkinan potensi yang terkandung untuk dapat kita manfaatkan dalam membina hubungan ekonomi kedua negara.
Kebangkitan Ekonomi
Di antara negara-negara di kawasan Amerika Latin dan Karibia. Meksiko merupakan negara yang paling (menuju) baik ekonominya, yang salah satu indikasinya adalah dari GNP (Gross national product). Menurut laporan Bank Dunia (World Bank) tahun 1991, GNP per kapita Meksiko sebesar USS 2.010. Posisi ini membuatnya menjadi negara ketiga di kawasan tersebut setelah Bahamas dengan BNP per kapita USS 11.3200 namun jumlah penduduknya hanya 249.000 jiwa. Kemudian Brazilia dengan GNP per kapita US$ 2.540.
Dilihat dari jumlah penduduk Meksiko masuk dalam jajaran terbesar dan terpadat. Di mana bila tahun 1985 penduduknya berjumlah sekitar 77.94 juta jiwa, dalam tahun 1989 menjadi 84,600 juta jiwa. Jadi di kawasan tersebut nomor dua setelah Brazilia dengan jumlah penduduk 147.300 juta jiwa.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Meksiko berupaya melaksanakan pembangunan, namun penggunaan sumber daya dan dana dalam negeri belum dapat dilakukan secara maksimal. Sehingga penggunaan dana luar negeri (pinjaman luar negeri) menjadi pilar pembangunan ,dengan harapan penjualan minyak akan mampu mengembalikannya. Karena Meksiko memang merupakan salah satu negara produsen minyak. Dari keberadaan minyaknya, rata-rata produksi setiap bulannya sekitar dua kali produksi Indonesia. Hal ini terlihat, bila tahun 1985 rata-rata produksi minyak mentah sebulan adalah 11.313.000 M ton, sedangkan Indonesia 5.642 M ton. Tahun 1986 sekitar 10.518.000 M ton. 1987 sekitar 11.007.000 M ton, dan 1988 sebesar 10.889.000 M ton.
Namun anjloknya harga minyak di pasar internasional sejak awal tahun deIapan puluh membuat harapan mengembalikan utang dengan penjualan minyak menjadi sirna. Sehingga kondisi ini semakin menekan keberadaan Meksiko di mata dunia, karena merupakan negara penghutang terbesar.
Untuk menyelamatkan keadaan tersebut, serta memulihkan ekonominya, pada pertengahan tahun delapan puluh Meksiko melakukan reformasi ekonomi, di antaranya adalah mengenai pemecahan masalah utang luar negerinya.
Namun dengan posisinya sebagai negara industri baru saat ini, telah mampu membangkitkan perekonomian negara tersebut, sehingga kemerosotan ekonomi masa lalu sedikitnya dapat terobati. Juga bisa menempatkan Meksiko sebagai patron untuk negara-negara Amerika Latin. Akan tetapi melihat jumlah penduduk yang besar, maka secara aggregate masih banyak ketertinggalan yang harus dikejar lagi.
Perdagangan
Dilihat dari sudut geografis Meksiko mempunyai posisi strategis dalam lalu lintas perdagangan di benua Amerika. Dengan posisinya tersebut, telah mampu meraup kekuatan ekonomi yang ada di sekitarnya (terutama Amerika Serikat). Sehingga dapat pula memompa dinamisasi perdagangan yang dilakukan, terutama meningkatkan nilai ekspornya.
Posisi geografis tersebut, kelihatannya juga menjadi salah satu unsur penunjang mampunya Meksiko menjalin kerja sama ekonomi (perdagangan) dengan negara yang ada di sekitarnya. Dengan negara Colombia dan Venezuela, mereka telah membentuk tiga kelompok (ekonomi the Three), yaitu dengan membuat negosiasi perjuangan dalam perdagangan dan investasi, yakni melalui kebebasan perdagangan dan adanya deregulasi untuk ketiga negara.
Dengan Amerika Serikat dan Kanada, mereka telah membuat blok perdagangan untuk kawasan Amerika Utara (North American Free Trade Area, NAFTA). Demikian juga dengan Chili dan Venezuela, sejak tahun 1990 telah membuat perjanjian (negosiasi) untuk menciptakan perdagangan yang bebas dalam jangka pendek.
Dengan kedinamisan untuk menggerakkan mesin perekonomiannya surplus neraca perdagangan selalu dapat diraih Meksiko. Posisi neraca perdagangannya dapat dilihat dalam table 1 berikut.
Dari tabel tersebut terlihat surplus neraca perdagangan yang selalu diperoleh. walaupun terjadi fluktuasi. Di mana nilai ekspor cenderung menurun, sedangkan nilai impor cenderung meningkat. Namun terlihat pula dengan diciptakannya blok-blok perdagangan, akan mampu pula membuat perdagangan Meksiko dengan komoditi utamanya seperti karet dan produksi karet, tekstil dan pakaian jadi, spices, maupun kaca dan barang kaca meningkat terus.
Ekonomi Indonesia-Meksiko
Sebenamya antara Meksiko dengan Indonesia memiliki banyak persamaan, terutama dalam pembangunan dan ekonominya. Beberapa kesamaan diantaranya seperti jumlah penduduk yang termasuk besar mengandalkan hasil agraris dalam perdagangannya, namun juga memiliki sumber-sumber devisa negara. Disamping itu, lapisan masyarakat yang masih didominasi oleh yang berpendapatan menengah kebawah, sehingga disamping siap menyediakan lapangan kerja, juga diiringi oleh semakin banyaknya penciptaan lapangan kerja di sektor informal.
Antara Indonesia dengan Meksiko telah lama tercipta hubungan kenegaraan, yakni sejak dimulainya hubungan diplomatik kedua negara tahun 1961. Dalam aktivitasnya, Meksiko juga termasuk negara yang tergabung dalam G-15 bersama Indonesia. Disamping itu juga sebagai negara peninjau dalam Gerakan Nonblok (GNB).
Dengan hubungan yang telah tercipta tersebut, maka arus perdagangan antara Indonesia dan Meksiko juga termasuk tinggi. Adapun posisi neraca pergadangan antara Indonesia dan Meksiko terlihat dalam table 2 berikut.
Dari tabel 2 terlih at fluktuasi nilai ekspor dan impor antara Indonesia dan Meksiko. Sehingga secara bergantian kedua negara mengalami surplus dan defisit namun dari nilai yang diperoleh selama ini terlihat bahwa Indonesia termasuk sebagai pasar utama Meksiko dalam memasarkan komoditi nonmigasnya. Hal ini terlihat nilai impor kita dalam tabel 2 dibandingkan dengan nilai ekspor Meksiko dalam tabel l yang hampir 40%.
Dalam hubungan inilah, dimasa kita saat ini masih terus mengembangkan pasar internasional untuk memasarkan komoditi nonmigas kita, maka peningkatan hubungan ekonomi dengan Meksiko harus dapat diteruskan. Karena melihat jumlah penduduk yang besar, serta daya beli masya rakatnya sudah termasuk relatif tinggi, sehingga peluang-peluang ini harus kita manfaatkan.
Juga di masa timbulnya blok-blok perdagangan di berbagai belahan dunia saat ini, kemampuan kita untuk meningkatkan hubungan secara ilateral dengan Meksiko merupakan kunci pembuka sukses dalam meningkatkan ekspor kita. Peningkatan hubungan ini dapat dilakukan secara bilateral langsung, terlebih melalui kunjungan presiden Soeharto saat ini. Di samping itu dapat pula di lakukan melalui kerja sama multilateral. Seperti dalam G-15 dan lainnya.
Tabel l
Neraca Perdagangan Meksiko, 1984-1988 (US$ juta)
Tahun | Ekspor | Impor | Neraca |
1984 | 24.407 | 11.788 | 12.6 19 |
1985 | 22. 112 | 13.993 | 8. 119 |
1986 | 16.347 | 11.997 | 4.350 |
1987 | 20.887 | 12.73 1 | 8.156 |
1988 | 20.768 | 19.591 | 1.177 |
Sumber : International Financial Statistics. IMF 1989 & NAFED.
Tabel 2
Neraca perdagangan Indonesia-Meksiko 1975-1989 (US$ 000)
Tahun | Ekspor | Impor | Neraca |
1975 | 308 | 9.570 | 9.262 |
1980 | 14.705 | 12728 | 1.977 |
1985 | 5.905 | 6.473 | 151 |
1986 | 6.551 | 5.703 | 848 |
1987 | 10.782 | 9.701 | 1.081 |
1988 | 18.256 | 21.707 | 3.451 |
1989 | 25.677 | 51.294 | 26.180 |
Sumber: Biro Pusat Statistik
Sumber : MEDIA INDONESIA (21/11/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 466-470.