Presiden Soeharto pada de Telegraaf:
MENYOROTI KORUPSI DI INDONESIA SAJA TIDAK ADIL [1]
Jakarta, Berita Buana
Presiden Soeharto dalam keterangannya kepada Bob Kroon dari harian de Telegraaf yang dimuat dalam terbitan tanggal 21 Mei 1977 mengatakan bahwa korupsi adalah masalah yang serius dan telah dilakukan tindakan2 preventip dan represip.
Preventip dengan mengadakan kenaikan gaji berkala dan represip dengan adanya tindakan yang tegas oleh polisi dan badan2 keamanan.
Menyoroti korupsi di Indonesia saja, tidak adil karena hal tersebut merupakan penyakit internasional. Kemajuan ekonomi Indonesia dewasa ini merupakan jawaban sorotan2 yang mengatakan se-olah2 korupsi telah merajalela.
De Telegraaf mengungkapkan bahwa Presiden Soeharto telah memperlihatkan diri sebagai orang yang menguasai administrasi negara dengan pengetahuannya yang luas tentang angka2 statistik dan berbeda dengan apa yang sering digambarkan oleh orang asing bahwa ia adalah seorang yang suka mistik dan romantis.
Dikatakan oleh Presiden bahwa kredit kecil bagi para petani dan pengrajin kecil meliputi bermilyar rupiah. Sebanyak 50.000 desa telah dibangun dalam sepuluh tahun terakhir. Sebanyak 47.000 sekolah telah dibangun dengan 282.000 tenaga pengajar baru.
Dibanding dengan Presiden Sukarno yang emosionil, Presiden Soeharto yang tekun itu, menurut de Telegraaf tidak ada kontras yang lebih besar seperti yang diperkirakan orang. Presiden Soeharto jelas mempunyai keengganan untuk berpidato didepan masa. Tidak terlihat baju seragam putih dengan tongkat berkepala emas, seperti yang sering dipergunakan Presiden Sukarno, sebaliknya seperti menteri2 lainnya mengenakan seragam safari abu2 dan lencana kecil lambang negara RI. Ia tidak diam di Istana, tetapi di rumah kediaman yang tidak menyolok mata.
Menanggapi hubungan RI – Nederland, ia berkata:
“Kesalahan2 masa lalu telah dilupakan dan dimaafkan. Filsafat kami adalah kebahagiaan didunia dan diakhiri dan kami bukan bangsa yang pendendam.” Demikian de Telegraaf. (DTS).
Sumber: BERITA BUANA (26/05/1977)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 323-324.