Mereka Baru Pandai Bicara

Solo, 10 November 1998

Kepada

Yth. Bapak Jend. Purn. TNI Soeharto

di Jakarta

MEREKA BARU PANDAI BICARA [1]

Dengan hormat,

Bapak Soeharto yang sangat saya hormati, saya cintai, dan saya kagumi. Sebelumnya saya mohon maaf, jika surat ini mengganggu ketenangan Bapak. Saya telah menunggu bertahun-tahun dengan mengumpulkan segenap keberanian yang mungkin tidak ada pada diri saya untuk memberanikan diri mengirim surat ini.

Sebelumnya saya mohon memperkenalkan diri, nama saya: Jatmiko, Pegawai Negeri Sipil golongan bawah, sudah beristri dengan 3 orang anak, saya tidak tertarik oleh politik, meskipun tak berbakat, tapi saya tempatkan seni di atas segala-galanya.

Bapak Soeharto Yth, dalam kesempatan ini saya akan berterus terang kepada Bapak, bahwa saya sangat kagum kepada Bapak, yang jelas dan pasti, Pak Harto telah berbuat sesuatu yang besar untuk negeri ini, sedangkan mereka-mereka itu, baru bicaranya saja yang besar, mereka belum pernah melakukan apa-apa.

Bisakah Bapak memberi saya suatu resep, bagaimana mungkin seorang Presiden, dengan latar belakang seorang ABRI seperti Bapak, bisa menguasai ilmu politik, sosial, budaya, agama bahkan pertanian sekaligus dengan begitu sempurna.

Itulah yang membuat saya betul-betul kagum, dan tak bisa dipungkiri lagi, Bapak idola saya, meskipun secara politis saya tak mampu mendukung Bapak tapi secara pribadi, saya akan menempatkan diri saya paling depan di antara deretan pendukung Bapak.

Terima kasih surat ini sampai ke alamat, saya sudah sangat senang. Bapak sudi membacanya, saya tentu amat bangga dan bahagia. Bapak berkenan membalasnya, hanya Tuhan Allah SWT yang tahu, sebesar apa rasa syukur saya kepada-Nya. Amin. (DTS)

Dari saya,

Jatmiko – Surakarta

[1]  Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 124. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.