Mereka Seperti Orang Suci

Surabaya,……..1998

Kepada

Yth. Bapak Mantan Presiden RI

H. M. Soeharto

Jl. Cendana Jakarta

MEREKA SEPERTI ORANG SUCI [1]

Bapak, saya hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga. Saya orang Jawa dan kebetulan ayah saya almarhum seorang ABRI dengan pangkat terakhir Brigjen. Saya sebenarnya ingin menulis surat langsung ke Bapak pada saat menyampaikan pengunduran diri sebagai Presiden.

Hati saya pedih sekali, air mata tumpah ruah, kecewa, marah, benci dan banyak rasa saya nggak tahu lagi apa bentuknya, sampai saya malu sendiri. Bapak ternyata terlalu pandai, Bapak terlalu bijaksana dan terlalu baik, sampai-sampai mau berhenti sebagai Presiden.

Pak, saat ini terlalu banyak orang pinter yang ambisi, yang saling berlomba adu kepinteran, lalu bagaimana nasib negara ini, apa akan semakin remuk? Pak, bagaimana Bapak tega meninggalkan negeri yang sedang hancur ini.

Saya ingat, Bapak pernah bilang rela mengorbankan harta dan benda, bakkan nyawa demi negeri tercinta ini. Saya juga masih ingat saat Bapak bicara di Cairo. Bapak diisukan menjadi orang ke-4 terkaya di dunia. Dan Bapak bilang Alhamdulillah, kalau memang saya ini orang terkaya ke-4 di dunia. Seandainya saja punya banyak harta sebanyak itu akan dipergunakan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia.

Agar hati saya tidak kecewa, cobalah Bapak bantah suara-­suara itu. Saya jadi sedih, Bapak sudah sepuh. Sudah saatnya hidup tenang. Ya Allah, saya nggak rela mereka menghina Bapak saya. Mencaci Bapak saya, dan menyumpah seperti mereka adalah orang­-orang suci.

Duh Gusti ampuni kesalahan Bapak saya, baik yang disengaja atau tidak. Berikan ketenangan lahir batin, dan bahagia di usia yang semakin renta. Jangan biarkan orang-orang yang iri merusak kebahagiaan keluarga. Bapak, hari ini Bapak berulang tahun. Saya yakin meski tidak seperti tahun-tahun yang lalu, saya rasa kebahagiaan Bapak tidak berkurang.

Karena Bapak ada di antara orang-orang yang mencintai dengan tulus. Pak, saya akan bersedih dan menyesal kalau Bapak tidak membalas surat saya. Saya sangat berharap.

Semoga Allah selalu beserta Bapak dan keluarga. (DTS)

Amin

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 385-386. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.