Metode Berdoa

Sidarjo, 10 Oktober 1998

Kepada

Yth. Bapak H. Soeharto

di Jakarta

METODE BERDOA [1]

Bapak H. Soeharto yang budiman,

Assalamu’alaikum wr. wb.

Sejak Bapak mundur dari jabatan presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Mei lalu saya melihat banyak sekali pejabat negara – yang semula menjadi pembantu Bapak (tingkat menteri dll) kini terlihat kemunafikannya. Tanpa rasa malu dan risi sedikit pun, mereka ikut-­ikutan menghujat dan menuding Bapak.

Bapak Soeharto yang tetap saya hormati, biarlah semua itu terjadi, sebab memang terlanjur terjadi (Bapak mengundurkan diri). Sebab itulah romantika kehidupan dunia fana ini, kehidupan yang sebenarnya adalah kelak kehidupan akhirat yang abadi. Berikut ini saya menyampaikan sebuah metode untuk mencapai ketenangan dan keselamatan bersama keluarga. Metode berdoa ini saya peroleh dari seorang Kiai (tahun 1997) yang kemudian saya terapkan dan ternyata cocok/berhasil manjur.

  1. Setelah sholat, baik sholat fardhu maupun sunat – saat kita akan berdoa cobalah ucapkan bismilahirrochmanirrohiim 21 x, kemudian membaca Al Fatihah 1 x, lalu Al Ikhlas 1 x, kemudian surat Annas 1 x lalu panjatkan doa/permohonan kita (berupa apa saja).
  2. Selebihnya, setiap ada kesempatan, perbanyak istighfar. Bapak Soeharto yang budiman, saya sungguh ikut menyelami perasaan Bapak saat ini. Betapa pahitnya dikhianati orang-orang yang sebelumnya kita tolong/selamatkan. Namun biarlah, sebab Allah SWT Maha Bijaksana, juga Maha Pengampun dan Penyantun pada umat-Nya.
  3. Terus terang saja, metode berdoa tersebut di atas sudah saya lakukan/buktikan, ternyata berhasil/mustajab. Sebagai seorang rakyat biasa yang tetap mencintai Bapak cuma metode berdoa itu yang bisa saya berikan.

Sekian surat saya, semoga Bapak Soeharto sekeluarga selalu mendapat perlindungan dan rahmat dari Allah SWT. Wa bilahi taufiq. (DTS)

Wassalam,

Ny. Hayuna

Palembang – Sumsel

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 110-111. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.