MONUMEN “TANGAN2 YANG PATAH” DIRESMIKAN PRESIDEN [1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto, hari Rabu, meresmikan monumen “Tangan2 Yang Patah” di halaman dalam dari Gedung Kebangkitan Nasional (gedung Stovia), Jakarta, dalam rangkaian peringatan genap 125 tahun pendidikan dokter di Indonesia.
Monumen setinggi lk. dua meter terbuat dari perunggu berbentuk persegi empat panjang yang menyangga dua tangan beradu dengan buku2 terpatah-patah itu dibuat oleh Institut Teknologi Bandung dengan biaya Pemerintah Daerah DKI Jakarta.
Presiden pada peresmian monumen tersebut telah membubuhkan tandatangannya pada prasasti yang akan menempel di salah satu sisinya, sementara sisi lainya mengabadikan nama2 dari 93 dokter dan calon dokter (mahasiswa kedokteran) yang telah beJjasa dalam pembinaan bangsa Indonesia dan dalam bidang ilmu kedokteran selama periodeĀ 1851-1976.
Diantara sederetan nama yang telah berprestasi dalam peJjuangan kemerdekaan dan ilmu kedokteran tersebut antara lain tercantum nama dr. Soetomo (ahli penyakit kulit, bapak pergerakan kebangsaan Indonesia), Prof. Abdurrahcman Saleh (guru besar pertama bangsa Indonesia dalam ilmu faal, yang gugur ditembak Belanda pada clash I tahun 1947), Prof. Dr. Achmad Mochtar (dokter dalam ilmu bakteriologi yang gugur dibunuh Jepang tahun 1944), Prof Dr. Asikin Widjaja Koesoemah (ahli penyakit dalam), dr. Wahidin Soedirohoesodo (dokter Jawa sebagai pembina dan penganjur Boedi Oetomo), dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo (dokter Jawa yang aktif dalam partai Insulinde) dan masih banyak lainnya.
Menurut Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, monumen “Tangan2 Yang Patah” melambangkan ketekunan, keuletan dan ketabahan serta patriotisme dari para dokter serta calon dokter.
“Tangan boleh putus, tetapi hati dan tekad tidak”, demikian diungkapkan dalam pidatonya ketika menyambut peringatan 125 tahun pendidikan dokter di Indonesia di Gedung Stovia itu.
Menurut rencana pada hari Kesehatan Nasional 12 Desember tiap tahun nama mereka yang diabadikan pada monumen akan ditambah dengan nama tokoh2 dalam bidang kedokteran yang telah almarhum, yang sementara ini masih tercecer atau terlupakan.
Namun mereka yang dapat dicantumkan dalam daftar tersebut ialah mereka yang namanya telah digunakan oleh sebuah rumah sakit atau gugur dalam pertempuran melawan penjajah atau telah menerima tanda jasa dari pemerintah atau mereka yang telah berprestasi tinggi dalam ilmu kesehatan.
Turut menyaksikan peresmian monumen antara lain Dr. Moh. Hatta, Wakil Presiden Sultan Hamengkubuwono, Menteri Kesehatan Siwabessy, para dokter angkatan Stovia yang masih tinggal, dokter angkatan sekarang serta beberapa mahasiswa kedokteran. (DTS)
Sumber : ANTARA (10/11/1976)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 238-239.