Probolinggo, 7 September 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
di Jl. Cendana 8 Jakarta
NIKMATILAH MASA SEPUH [1]
Berkat Tuhan,
Ayah saya adalah almarhum Lts, Sarmoen Montardjo, Nrp. 16673, dhp.Kpt.Chr.Marsoedi dan telah meninggal pada akhir 1987 karena kulfo pulma, demikian Ibu kami telah tiada. Ayah saya bergabung pada sektor Barat Kulon Progo, DIY,SWK-103 sebagai Pasi 1, dan ikut pendukung SO I Maret 1949.
Sejak lulus sekolah (Fak SOSPOL UGM) saya bekerja wiraswasta mulai dari Irian (FREEPORT), BECHTEL (INCO Soroako) dan CELUMNUS (PT PUPUK KALTIM ) sebelum bekerja di Jawa Tengah, (PLTU Tanjungjati). Dan saat ini diberhentikan karena situasi Poleksosbud. Saya tidak menyesal karena ada tabungan untuk hidup dan biaya melanjutkan sekolah anak-anak saya di UGM Yogyakarta.
Melihat/mendengar dan membaca segala prasangka buruk selama Bapak menjabat kami akhir-akhir ini kami merasa sangat-sangat prihatin. Kami dapat memaklumi betapa repot dan gerahnya Bapak di alam reformasi ini dengan segala bentuk aspeknya.
Namun, kami ingin menyampaikan bahwa Bapak dapat selalu berdoa kepada Tuhan YME, semoga Bapak dan keluarga dapat tawakal menghadapi era reformasi ini. Dengan tulus kami sekeluarga ikut mendoakan agar Bapak mendapatkan rakhmat dan berkat dari Tuhan YME sambil menikmati masa “sepuh” Bapak bersama anak-cucuĀkeluarga dengan tenang. (DTS)
Amiin
Salam hormat,
C. Bambang Soebiyantoro
Probolinggo – Jatim
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 44. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 suratĀ yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.