PAK HARTO: KONFLIK ITU ALAMIAH

PAK HARTO: KONFLIK ITU ALAMIAH[1]

 

Jakarta, Republika

Dalam masyarakat yang semakin dinamis, secara alamiah akan terjadi persentuhan. Bahkan konflik dan pertentangan. Hal itu tak bisa dihindari. Presiden Soeharto mengatakan itu ketika membuka Rapat Koordinasi Forum Komunikasi dan Konsultasi antara Departemen Dalam Negeri dan BP-7, dan Direktorat Sosial Politik Daerah Tingkat I Seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Kamis kemarin. “Yang perlu dilakukan,” kata Presiden, “bukanlah meredam persentuhan tersebut. Tetapi menyusun tatacara dan tatakrama bagi penyelesaian persentuhan tadi secara damai, etis, dewasa dan secara beradab.

Bangsa Indonesia sebagai keutuhan maupun keragaman, kata Presiden memiliki adat istiadat yang adil tentang cara menyelesaikan persentuhan, konflik dan pertentangan yang timbul dalam masyarakat.

“Tugas kita semua adalah mengangkat esensi adat istiadat yang adil itu. Kemudian melembagakannya dan memberinya tempat dalam perkembangan kehidupan kebangsaan kita selanjutnya ,”kata Presiden.

Menyinggung soal ideologi negara, Presiden mengatakan bahwa Pancasila bukanlah filsafat kenegaraan yang kaku, reaksioner dan dogmatis. Sebagai ideologi, Pancasila bersifat terbuka. Meski nilai-nilai dasarnya adalah tetap, penjabarannya perlu dikembangkan secara berkala sesuai dinamika kehidupan masyarakat dan bangsa.

Dengan kata lain, Pancasila memiliki orientasi ke masa depan, bersifat akomodatif terhadap dinamika, serta mampu mendayagunakan kekuatan yang terkandung dalam kemajemukan masyarakat. Dalam Pancasila, kata Presiden, setiap golongan mendapat tempat dan peluang untuk mengembangkan diri, prakarsa dan kreativitasnya.

Hanya dengan begitu, tambah Presiden, ideologi yang terbuka tadi dapat memberikan dasar yang kukuh bagi kehidupan kebangsaan, sekaligus memberi peluang untuk tumbuh dan berkembangnya kekuatan-kekuatan baru yang dinamis.

Presiden juga menyinggung soal posisi Indonesia dalam dunia yang tengah berubah. Bangsa Indonesia kini hidup dalam suasana dunia baru di mana kehidupan antara bangsa bertambah erat dan saling membutuhkan. Bersamaan dengan itu juga terjadi persaingan yang keras. Menurut Presiden, dalam dunia yang saling terkait dan saling bersaing itu, harus ditingkatkan kemampuan bangsa Indonesia untuk bekerja sama dan sekaligus bersaing pula. Daya saing yang kuat, menurut Presiden, hanya jika setiap warga, negara, golongan dan setiap warga negara, golongan dan setiap kalangan, punya peluang untuk mengembangkan secara optimal prakarsa dan kreativitasnya. **pur.

Sumber : REPUBLIKA(6 /08/1993)

______________________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 203-205.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.