PANCASILA HARUS DIPAHAMI SECARA KREATIF DINAMIS

PANCASILA HARUS DIPAHAMI SECARA KREATIF DINAMIS

Tidak Secara Kaku Dogmatis

PRESIDEN SOEHARTO :

Pembangunan masyarakat adil dan makmur akan tercapai apabila Pancasila dipertahankan dan sekaligus ditutup kemungkinan selama-lamanya bagi perubahannya.

Di lain pihak, Pancasila harus dipahami secara kreatif dinamis, tidak secara kaku dogmatis. Presiden Soeharto menegaskan hal itu ketika membuka Penataran Calon Penatar Tingkat Nasional I Manggala BP7 di Istana Bogor, Senin kemarin.

Menurut Kepala Negara, sejarah bangsa menunjukkan bahwa hal-hal besar seperti pembangunan memerlukan usaha yang tekun selama puluhan tahun, malahan selama beberapa generasi tanpa putus-putusnya. Hanya bangsa yang mampu menjamin adanya kesinambungan, peningkatan, koreksi dan pembaharuan akan dapat mencapai hal-hal besar dalam sejarahnya.

"Untuk itu perlu kita tempuh duajalan sekaligus. Di satu pihak kita pertahankan Pancasila dan sekaligus kita tutup kemungkinan selama-lamanya bagi perubahan terhadap Pancasila. Di lain pihak Kita pahami Pancasila itu secara kreatif dinamis, tidak secara kaku dogmatis," kata Presiden Soeharto.

Pengalaman Panjang

Dikemukakan, bangsa Indonesia mempunyai pengalaman yang panjang dan sangat berharga mengenai Pancasila. Sejak disepakati secara nasional sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 sampai sekarang.

Dengan belajar dan ditempa oleh pengalaman sejarah, Pancasila makin hari makin kukuh letaknya di dalam hati rakyat Indonesia, baik dalam kehidupan masyarakat maupun dalam kehidupan kenegaraan.

Jika pada tahun 1945 Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara, maka pada tahun 1978 melalui Ketetapan MPR Nomor II dimiliki Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), dan melalui Sidang Umum MPR tahun 1983 bangsa Indonesia menegaskan pembangunannya sebagai pengamalan Pancasila.

Pembangunan sebagai pengamalan Pancasila itulah menurut Presiden Soeharto, yang harus menjadi pusat perhatian dalam memasuki Repelita IV,Repelita V, Repelita VI dan tahap-tahap pembangunan seterusnya, tanpa mengamalkan Pancasila dalam pembangunan yang nyata maka Pancasila akan tetap tinggal sebagai semboyan besar tanpa arti.

"Jika ini yang terjadi maka Pancasila itu sendiri akan kehilangan kekuatannya," ujar Kepala Negara.

Dikemukakan selanjutnya, setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan dan juga ketika bangsa ini mengalami cobaan-cobaan berat yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, malahan juga membahayakan kelangsungan hidup, banyak pihak yang menyangsikan apakah sebagai bangsa, bangsa Indonesia sanggup mengatasi cobaan-cobaan berat dan bertubi-tubi itu. Tetapi dengan Pancasila semua ujian dapat dilampaui dengan selamat.

"Dengan melaksanakan pembangunan yang demikian maka pasti akan terwujud cita-cita kita mengenai kehidupan bersama yang menyejukkan hati dalam suasana kemajuan, kemakmuran, kesejahteraan dan berkeadilan dalam masyarakat yang lestari berdasarkan Pancasila," kata Presiden Soeharto.

Dari Masyarakat

Penataran calon manggala yang dimulai kemarin, diikuti 114 peserta terdiri dari 10 wanita dan 104 pria. Mereka diambil dari yang terbaik dari lulusan terbaik penataran tingkat nasional. Tidak saja dari pegawai negeri sipil/ABRI, tetapi juga dmi organisasi-organisasi kekuatan sospol, organisasi kerohanian/keagamaan, organisasi profesi/fungsional serta organisasi kemasyarakatan lainnya.

Keanekaragaman tersebut, menurut Kepala BP-7 Hari Suharto SH, bertolak dari canangan Presiden Soeharto sendiri bahwa pemasyarakatan P-4 adalah suatu gerakan nasional. Berarti pelaksanaannya tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah semata, melainkan juga menjadi kewajiban masyarakat seluruhnya.

Para peserta diasramakan di Istana Bogor, dan penataran akan berlangsung sampai tanggal 2 April. Materi penataran terdiri dari empat komponen.

Yakni, pendalaman dan pengluasan mengenai pemahaman tentang bahan penataran P-4, metodologi dan ilmu-ilmu pengetahuan yang mendukungnya untuk penataran P-4, ceramah-ceramah tentang masalah-masalah mutakhir dalam hubungan dengan strategi pembangunan serta pengetahuan tentang ke-BP-7-an.

Penataran diberikan para menteri, para pejabat tinggi serta para ahli dibantu oleh para manggala.

Bukan Menyebarkan Ilmu

Presiden Soeharto dalam kesempatan kemarin menegaskan, penataran-penataran P-4 yang diadakan bukan untuk menyebarkan ilmu. Melainkan terutama untuk membentuk perilaku.

Dikemukakan, penataran yang diadakan baru dapat dikatakan berhasil jika semua yang telah mengikuti penataran telah dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan pengamalan Pancasila, yang pada gilirannya dapat menjadikan setiap manusia Indonesia menjadi manusia Pancasila.

Menurut Kepala Negara, walaupun tidak ada tolak ukur yang seluruhnya obyektif yang dapat digunakan untuk menilai hasil-hasil penataran, namun ada cukup tanda-tanda bahwa secara umum Pancasila telah mengakar secara lebih luas, secara lebih sadar, secara lebih jujur dan secara lebih yakin di kalangan berbagai golongan dalam masyarakat jika dibanding dengan masa-masa dahulu.

Pancasila telah menjadi milik bersama semua golongan dan generasi bangsa Indonesia. Hal itu sangat penting sebab hanya dengan pemahaman bersama yang benar maka Pancasila dapat dihayati dan diamalkan.

"Jika kita bertekad untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, maka kita pun peltama­tama harus sadar mengamalkan dan melaksanakan Pancasila itu dalam pembangunan. Apabila tidak maka yang akan kita capai bukan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, melainkan masyarakat lain yang asing bagi kita. Kalau ini terjadi mak:a berarti gagal lah pembangunan yang telah dilaksanakan dengan penuh pengorbanan dan cucuran keringat selama ini," kata Presiden.

Menurut Kepala Negara, salah satu petunjuk sasaran yang harus dicapai untuk menciptakan landasan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila di bidang kehidupan politik, adalah makin mantap dan meratanya kesadaran bangsa Indonesia atas hak dan kewajibannya sebagai warganegara yang berdasarkan Pancasiladan UUD’ 45.

Oleh karena itu kelanjutan dari peningkatan pemasyarakatan Pancasila dan P-4, UUD’ 45 dan GBHN melalui penataran dan usaha-usaha pendidikan politik lainnya, sangatlah penting.

Sebab kelancaran kedayagunaan dan kehasilgunaan penataran­penataran itu langsung mengarah pada usaha-usaha pendidikan politik lainnya, dan sangatlah penting untuk menciptakan tulang-tulang kerangka dari landasan masyarakat adil dan makmur yang diidam-idamkan.

Menurut Presiden, tujuan penataran-penataran itu adalah agar seluruh lapisan, golongan, kalangan dan generasi bangsa Indonesia mempunyai keyakinan yang tidak tergoyahkan kepada Pancasila dan tahu secara jelas ke mana akan bergerak bersama dalam perjalanan panjang melaksanakan pembangunan.

Hadir pada acara ini kemarin Pimpinan DPA, Pimpinan MPR/ DPR, sejumlah Menteri kabinet pembangunan, Panglima ABRI serta para Manggala BP-7. (RA)

Bogor, Kompas

Sumber: KOMPAS (28/03/1984)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 550-553.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.