PANCASILA TELAH MENGAKAR LEBIH LUAS DALAM MASYARKAT

KEPPRES REPELITA IV DITANDATANGANI DI ISTANA BOGOR : PANCASILA TELAH MENGAKAR LEBIH LUAS DALAM MASYARKAT

Presiden Soeharto mengatakan walaupun tidak ada tolak ukur yang seluruhnya obyektif dapat digunakan untuk menilai hasil2 penataran P-4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang selama ini dilakukan dengan giat dan terus-menerus, namun ada cukup tanda2 bahwa secara umum Pancasila telah mengakar secara lebih luas, secara lebih sadar, secara lebih jujur dan secara lebih yakin di kalangan berbagai golongan dalam masyarakat, jika dibanding dengan masa2 dahulu.

"Pancasila telah menjadi milik bersama dari semua golongan dan generasi bangsa kita," kata Presiden Soeharto dalam pidatonya pada upacara pembukaan Penataran Calon Penatar Tingkat Nasional/Manggala BP-7 hari Senin di Istana Bogor.

Hal itu sangat penting, kata Kepala Negara sebab hanya dengan pemahaman bersama yang benar maka Pancasila dapat kita hayati dan kita amalkan. Jika kita ertekad untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, kita pun pertama2 harus sadar mengamalkan dan melaksanakan Pancasila itu dalam pembangunan. Apabila tidak, maka yang akan kita capai bukan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, melainkan masyarakat lain yang asing bagi kita.

Kalau ini terjadi maka berarti gagalah pembangunan yang telah kita laksanakan dengan penuh pengorbanan dan cucuran keringat selama ini.

Seperti yang beberapa kali saya ingatkan, kata Presiden selanjutnya, pembangunan adalah proses sejarah yang penuh janji dan harapan. Di lain fihak, pembangunan yang penuh perubahan2 cepat juga mengandung bahaya dan tidak sepi dari ujian.

Dengan mengamalkan Pancasila dalam pembangunan, maka di samping menjaga agar jalannya pembangunan kita lurus seperti cita2 semula, kita pun secara sadar mengatasi ber-macam2 bahaya yang sering kali menyertai pembangunan.

Dewasa ini kita semua seluruh bangsa ini berada di ambang pintu untuk memasuki Repelita IV, setelah berhasil menyelesaikan Repelita III, yang telah dapat menciptakan kondisi yang memadai untuk melaksanakan pembangunan berikutnya.

Presiden Soeharto mengatakan, tujuan utama penataran adalah agar seluruh lapisan, golongan, kalangan dan generasi bangsa kita mempunyai keteguhan ideologi nasional, mempunyai keyakinan yang tidak tergoyahkan kepada Pancasila dan tahu secarajelas ke mana kita akan bergerak bersama-sama dalam perjalanan panjang melaksanakan pembangunan.

Penuh Ujian

Repelita IV yang sebentar lagi akan kita masuki jelas akan penuh dengan ujian dan tantangan berat. Keadaan dan perkembangan dunia belum menciptakan suasana yang memperlancar pembangunan baik di bidang ekonomi, politik maupun keamanan.

Di dalam negeri sendiri kita dihadapkan kepada tantangan besar dalam bidang sosial ekonomi, seperti perluasan kesempatan kerja, pemerataan pembangunan, perumahan rakyat, pendidikan, kesehatan, kependudukan, dan masalah-masalah sosial ekonomi lainnya.

Di samping menyadari masih adanya kelemahan, kekurangan, kesalahan dan akibat samping yang bukan menjadi tujuan semula, namun kita mempunyai alasan yang kuat untuk merasa syukur dan bangga atas hasil yang kita capai selama ini.

Karena itulah, kata Presiden Soeharto, kita memandang masa depan dengan kepala tegak dan kepercayaan pada diri sendiri. Namun itu saja terang tidak cukup.

Kita harus melihat ke muka dengan visi masa depan yang kita perdalam, kita perluas, kita perkaya dan kita segarkan. Kita harus bersikap demikian, sebab masa depan itu menghadapkan kita dengan harapan dan tantangan2 yang lebih besar.

Presiden Soeharto mengatakan sejarah bangsa menunjukkan, hal2 besar seperti pembangunan memerlukan usaha yang tekun selama puluhan tahun, malahan selama beberapa generasi tanpa putus2nya.

Hanya bangsa yang mampu menjamin adanya kesinambungan, peningkatan, koreksi dan pembahaman akan dapat mencapai hal-hal yang besar dalam sejarahnya.

Sebelumnya Ketua BP-7 Pusat Hari Suharto SH dalam laporannya mengemukakan, peserta penataran calon penatar tingkat nasional/manggala BP-7 adalah 114 orang terdiri dari 104 pria dan 10 wanita.

Sifat penataran ini diperluas, sehingga tidak hanya diikuti peserta yang berasal dari kalangan pegawai negeri dan ABRI, tetapi juga dari berbagai kalangan masyarakat lainnya.

Para peserta akan menginap selama dua minggu di Istana Bogor sampai penataran selesai. Mereka dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas Nusa, Kelas Bangsa dan Kelas Bahasa. Tiap2 kelas dibagi lagi dalam tiga kelompok.

Keppres Repelita

Presiden, di Istana Bogor sebelumnya menandatangani Keppres tentang Repelita IV yang akan berlaku mulai 1 April 1984. Naskah Repelita IV itu hari Sabtu diserahkan oleh Menteri NegaraPerencanaan Pembangunan/KetuaBappenas Dr. JB. Sumarlin di Istana Merdeka Jakarta.

Acara penandatanganan Keppres No. 21 tahun 1984 di Ruang Sebelas Maret Istana Bogor itu disaksikan al. Ketua MPR/DPR Amirmachmud, Wakil2 KetuaMPR/ DPR Nuddin Lubis, Amir Murtono dan Sunandar Pryosudarmo, Ketua DPA M. Panggabean, Menko Polkam Surono, Menkeu Radius Prawiro, Menko Ekuin Ali Wardhana, Ketua Bappenas JB. Sumarlin, Pangab Jenderal TNI L.B. Murdani.

Pangdam VI Siliwangi Edi Sudradjat dan anggota2 Pansus Repelita IV DPR yaitu Sudardji, Yusuf Merukh, Marsusi, Abdullah Zaini dan M. Situmorang.

Selesai penandatanganan, Wakil Sekretaris Kabinet membacakan Keppres tsb, dilanjutkan dengan acara jabatan tangan Kepala Negara dengan para pejabat yang hadir. (RA)

Bogor, Sinar Harapan

Sumber : SINAR HARAPAN (19/03/1984)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 545-547.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.