PARA DA’I MEMUJI KUNJUNGAN PRESIDEN KE SARAJEVO

PARA DA’I MEMUJI KUNJUNGAN PRESIDEN KE SARAJEVO[1]

Jakarta, Kompas

Penghargaan kepada Presiden Soeharto atas keberaniannya mengunjungi Sarajevo yang merupakan “ladang pembantaian” etnis-terus mengalir. Kali ini datang dari para da’i berbagai propinsi yang khusus mengunjungi Peternakan Tri-S Tapos (Bogor) pada hari Minggu ( 19/3).

“Alhamdulillah, Allah telah melindungi Bapak dan rombongan dalam melakukan tugas dan tanggungjawab yang amat tinggi bagi perdamaian intemasional dan sebagai pionir di dalam penyelesaian konflik dunia,” tutur Dra. H. Tutty Alawiyah, Ketua Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT).

Menurut Tutty, 150 da’i yang tergabung dalam BKMT, itu datang dari Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Jambi, Lampung, Sumsel, Bengkulu, dan Kalbar, para da’i itu juga pengurus pesantren, majelis taklim, madrasah, serta lembaga Islam lainnya. Sejumlah tokoh da’i hadir kemarin, seperti KH Zainuddin MZ, KH Alie Yafie, dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Hasan  Basri yang sebelumnya dijadwalkan mendampingi mereka batal hadir. Sedangkan yang mendampingi Presiden kemarin adalah Menteri Agama Tarmizi Taber. Menurut Tutty, mereka berdebar-debar selama Presiden Soeharto melaksanakan tugas kenegaraan yang sangat berat dan mulia itu. “Kami mengikuti selama bertahun­ tahun belakangan ini bahwa daerah bekas Yugoslavia itu sangat berbahaya dan kami sangat takut apabila terjadi sesuatu. Itu memang mengandung risiko yang cukup besar”. “Betapa haru hati kami membayangkan ratusan penduduk Sarajevo yang berdiri di jalan seberang istana, mengelu-elukan kedatangan Bapak. Sulit kami melukiskan betapa dalamnya makna kehadiran Bapak di tengah-tengah mereka,” ujar Tutty

Tapi meski Tutty sudah menyinggtmg soal kunjungan Presiden ke Sarajevo, tidak ada pertanyaan yang muncul sekitar kunjungan itu atau aspek-aspek lain berkaitan dengan kunjungan kenegaraan itu dalam acara tanya jawab.

Hanya Kandang Sapi

Tutty menjelaskan sudah lama para da’i berkeinginan mengunjungi pertemakan Tapos. Karena mereka selama ini hanya melihat melalui siaran televisi saja. Presiden kemudian memanfaatkan pertemuan itu untuk menjelaskan pertemakan Tri-S.

“Saya merasa heran, apa sebenamya yang ingin diketahui para da’i tentang Tapos, karena yang ada di sini hanya kandang sapi, kambing, laban rumput persediaan makan ternak dan tempat minum,” tutur Presiden Soeharto.

Presiden berpendapat, mungkin para da’i masih terpengaruh berita-berita yang mengatakan bahwa karena pertemakan ini milik Presiden, maka pasti tersedia kolam renang, helipad, golf course, dan istananya. “Yang ada di Tapos …ya ini, tempat persediaan minum ternak kalau dilihat dari jauh dikira kolam renang. Demikian pula tempat menjemur kopi dikira helipad, laban yang ditanami rumput dikira golf course,” kata Presiden yang disambut tawa hadirin. Untuk membuktikan kata-katanya, Presiden kemudian mengajak para da’i berkeliling di petemakan yang memiliki areal seluas 10 ha itu.

Mayoritas da’i itu wanita atau sekitar 80 orang. Mereka diberi penjelasan mengenai berbagai hal menyangkut peternakan. Tidak ada hal yang mengejutkan yang ditanyakan para da’i dalam acara tanya­ jawab seusai peninjauan. Hampir seluruh pertanyaan menyangkut petemakan serta kemungkinan Tapos memberikan bantuan teknis kepada pesantren dalam pengembangan peternakan. Ada satu pertanyaan “aneh” menyangkut kemungkinan sapi di Tapos disekolahkan dan diadu dengan gajah Lampung. Ini pertanyaan da’i wanita Lampung. Sambil tersenyum, Presiden menjelaskan, sapi di Tapos bukan untuk diadu, tapi dikembangkan untuk mendapatkan varitas sapi unggul yang lalu dimanfaatkan untuk membantu petani di berbagai daerah. “Mana mungkin sapi diadu dengan gajah. Kakinya saja beda, apalagi bentuk badannya,” tutur Presiden. Presiden Soeharto lalu menceritakan masa kecilnya ketika masih sulit memperoleh protein hewani. Yang ada hanya protein nabati. Itu pun jumlahnya terbatas. “Jadi, untuk memenuhi protein hewani itu …ya saya terpaksa makan yuyu (kepiting sawah),” katanya.

Sumber:KOMPAS (20/3/1995)

___________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 197-198.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.