PEMBANGUNAN PERMINYAKAN JANGAN MEMBEBANI GENERASI MENDATANG
Cilacap, Kompas
Presiden Soeharto menegaskan, segala upaya dalam membangun industri perminyakan diusahakan agar tidak membebani anggaran negara dan generasi yang akan datang. Hampir semua proyek pembangunan di bidang perminyakan termasuk industri hulu petrokimia di biayai oleh proyek itu sendiri.
Proyek-proyek yang dibiayai dengan pinjaman itu akan membayar kembali pinjamannya dengan hasil produksinya. Contoh yang nyata adalah kilang-kilang LNG, yang sebagian telah melunasi pinjamannya dan sekarang ini tinggal menikmati hasilnya. Proyek Paraxylene inijuga menempuh pola pembangunan yang sama. Setelah diambil bagian yang dibutuhkan untuk industri dalam negeri maka sisanya diekspor dan hasil ekspor tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan proyek ini.
Presiden menegaskan hal itu ketika meresmikan kilang paraxylene Cilacap dan berfungsinya irigasi Sidareja Cihuaur hari Kamis (20/12) di kompleks kilang BBM Pertamina unit pengolahan (UP IV Cilacap Jawa Tengah).
Menurut Kepala Negara, strategi pengembangan industri perminyakan di Indonesia diarahkan untuk memperkukuh pertahanan ekonomi. Sebabnya ialah karena kita ingin bersandar pada kemandirian bidang energi dan berbagai bahan baku untuk kebutuhan industri yang vital bagi kehidupan masyarakat. Strategi tadi menurut Kepala Negara, sekaligus untuk meningkatkan perolehan devisa.
Kita juga ingin menikmati hasil nilai tambah dari pengolahan sendiri minyak bumi dan gas alam kita di samping itu dengan ikut seta dalam proses pembangunan kilang-kilang serta dalam pengendalian operasinya maka taraf penguasaan teknologi kita juga meningkat.
Di samping untuk memenuhi kebutuhan pembangunan dan masyarakat menurut Presiden lebih lanjut, pembangunan proyekÂproyek kilang minyak dan gas bumi juga untuk memenuhi kebutuhan kawasan di sekitar kita yang pertumbuhannya juga pesat. Dengan demikian selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, produksi dari kilang-kilang pengolahan minyak dan “gas bumi ditujukanjuga untuk ekspor.”
Untuk itu, di samping peningkatan dan perluasan proyek-proyek yang sudah ada, kini Indonesia sedang dan akan membangun industri pengolahan minyak dan petrokimia baru di Jawa Barat. Di masa depan industri pengolahan minyak dan petrokimia juga akan dibangun di daerah lain yang diharapkan akan ditemukan cadangan gas yang cukup besar seperti di Jatim, di Pulau Bintan dan di kawasan Indonesia bagian timur.
“Pada saatnya nanti kita tidak hanya akan mengekspor minyak mentah tetapi akan lebih, menghasilkan produk-produk olahan hasil minyak, dan gas bumi. Dan secara bertahap pola ekspor minyak kita akan beralih dari ekspor minyak mentah ke ekspor bahan olahan. Jika keadaan ekonomi sudah memungkinkan suatu saat Indonesia harus menghentikan ekspor minyak mentah dan mencadangkannya untuk keperluan dalam negeri,” kata Kepala Negara.
Menurut Presiden, selanjutnya bagian penting dari pembangunan ekonomi di Indonesia adalah pemenuhan kebutuhan rakyat terutama pangan dan sandang, keduanya menurut kepala Negara telah berhasil dipenuhi. “Kita telah berswasembada beras. Hal ini karena kita telah berhasil membangun pabrik pupuk dengan memanfaatkan kekayaan gas bumi yang kita miliki. Persediaan pupuk cukup sehingga petani dapat meningkatkan produksi,” tandas Presiden.
Di bidang sandang, menurut Kepala Negara, kebutuhan masyarakat sudah berhasil dipenuhi. Bahkan sudah berhasil mengekspor tekstil yang merupakan salah satu sektor ekspor dari Indonesia yang penting karena selain menghasilkan devisa juga cukup banyak memberikan lapangan kerja.
Diimpor
Namun berbeda dengan pangan yang sepenuhnya telah swasembada seluruh bahan dasar yang menjadi bahan baku industri tekstil masih harus diimpor karena keadaan alam kita tidak menghasilkan bahan baku alam untuk tekstil yaitu kapas.
Serat buatan merupakan altematif bagi kekurangan serat alam. Kilang Paraxylcne di Cilacap ini akan menghasilkan bahan baku untuk membuat serat buatan. Oleh karena itu menurut Presiden, kilang Paraxylene ini adalah salah satu proyek strategis dalam rangka pembinaan industri nasional. Namun dalam waktu tidak terlalu lama lagi kilang Paraxylene Cilacap tidak akan mencukupi kebutuhan bahan baku bagi industri tekstil yang berkembang pesat. Karenanya segera dibangun kilang Paraxylene baru di Lhokseumawe yang akan menghasilkan produk aromatik termasuk Paraxylene untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan permintaan ekspor.
Irigasi Cihaur
Sehubungan dengan selesainya pembangunan irigasi Cihaur, menurut Presiden, lebih dari 20 ribu hektar sawah akan dapat diairi secara teratur sepanjang tahun. Dengan demikian para petani di daerah ini akan dapat memanfaatkan sawahnya sepanjang tahun dan sekaligus meningkatkan produksi pertaniannya.
Selain itu, kata Kepala Negara, banjir yang dahulu selalu mengancam daerah yang padat penduduknya juga akan dapat dikendalikan, jaringan jalan dapat dikembangkan, demikian pula penyediaan air minurn. Secara keseluruhan pengembangan daerah irigasi Sidareja Cihaur ini akan mendorong kegiatan ekonomi diwilayah selatan Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Landasan Kukuh
Sementara itu Menteri Pertambangan dan Energi Ginandjar Kartasasmita yang mewakili Menteri PU Radinal Moochtar dalam sambutannya mengatakan, dengan adanya kilang Paraxylene ini industri sandang di dalam negeri akan berdiri di atas landasan yang lebih kukuh karena salah satu bahan baku yang pokok telah dihasilkan di dalam negen.
Mengenai proyek irigasi Sidareja-Cihaur, Ginandjar mengatakan, dibangun dengan maksud menyediakan air irigasi teknis bagi daerah Sidaraja-Cihaur di Kabupaten Cilacap yang merupakan dataran rendah. Dengan selesainya jaringan irigasi tersebut pola tanam palawija dapat ditingkatkan menjadi dua kali padi dan satu kali palawija.
Sementara itu Dirut Pertaminan Faizal Abda’oe dalam laporannya mengatakan, proyek kilang Paraxylene ini adalah proyek petrokimia hulu yang dibangun dengan mengolah naphta dari kilang BBM Cilacap. Kilang ini menghasilkan dua ratus tujuh puluh ribu tonparaxylene setiap tahunnya dan seratus dua puluh ribu ton benzene/setahun dengan produk sampingan berupa LPG (17.000 ton/pertahun), Rafinatel motgas (10.000 ton/tahun) dan Fuel Gas (81.900 ton/tahun). Seluruh produk benzene akan diekspor, sedangparaxylene sebanyak seratus ribu ton/tahun akan digunakan sebagai bahan baku kilang PTA di Plaju. Selebihnya, sejumlah 170.000 ton/tahun akan diekspor. Dengan demikian pembangunan proyek paraxylene terutama dimaksudkan untuk memenuhi bahan baku paraxylene yang sementara ini masih diekspor.
Sumber : KOMPAS (21/12/1990)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 323-327.