TAK PERLU RAGU-RAGU MEMANFAATKAN MODAL SWASTA

TAK PERLU RAGU-RAGU MEMANFAATKAN MODAL SWASTA

 

 

Jakarta, Sinar Harapan

Presiden Soeharto menegaskan, kita tidak perlu ragu-ragu memanfaatkan modal swasta mengolah kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi selama tujuannya adalah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kita memang harus mengutamakan penggunaan modal dalam negeri, namun kita tidak perlu ragu-ragu memanfaatkan modal asing sebagai pelengkap, sepanjang masih kita butuhkan.

Kepala Negara mengatakan hal itu dalam pidatonya pada peresmian kilang Parasilin Cilacap dan berfungsinya irigasi Sidareja-Cihaur di Cilacap, Jawa Tengah, Kamis pagi.

Berkata Presiden, tantangan pembangunan yang kita hadapi demikian besar dan kompleks, sehingga segala potensi, peluang dan kesempatan harus dapat kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu, karena kita harus mengejar ketinggalan kita dan memelihara momentum pembangunan yang telah kita capai selama ini.

Tekad membangun seperti itu, katanya, bukan hanya kita lakukan di bidang perminyakan dan petrokimia, tetapi harus kita lakukan di bidang industri dan semua hidang pembangunan nasional kita.

Diakui Kepala Negara, pengembangan industri pengolahan minyak dan gas bumi selama ini dilakukan Pemerintah. Dengan makin berkembangnya kemampuan dunia usaha nasional, sektor itu sudah waktunya turut ditangani swasta. “Dengan demikian dana-dana pemerintah yang masih serba terbatas jumlahnya dapat kita manfaatkan untuk pembangunan sektor-sektor lain yang kurang menarik ditangani swasta.”

 

Kebutuhan Kawasan

Setelah menguraikan perkembangan kilang minyak Cilacap dan kilang-kilang di seluruh tanah air serta yang sedang dan akan dibangun. Kepala Negara mengatakan, selain untuk kebutuhan dalam negeri, kilang­kilang itu juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kawasan di sekitar kita.

Di masa depan industri pengolahan minyak dan petrokimia akan dibangun di berbagai daerah yang memiliki cadangan gas yang cukup besar seperti di Jawa Timur, Pulau Bintan dan kawasan Indonesia bagian Timur, Presiden Soeharto juga menegaskan, pada saatnya nanti kita tidak lagi hanya mengekspor minyak mentah, tetapi akan lebih menghasilkan produk-produk olahan hasil minyak dan gas bumi.

Secara bertahan kita akan beralih dari ekspor minyak mentah ke ekspor bahan olahan. “Jika keadaan ekonomi sudah memungkinkan, pada suatu saat nanti, kita harus menghentikan ekspor minyak mentah  dan mendidangkannya untuk kebutuhan dalam negeri,” ujar Kepala Negara.

Ditambahkan, selama kemampuan masih ada kita akan melanjutkan ekspor minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan negara-negara di kawasan Pasifik. Selama ini mereka mengandalkan minyak dari Indonesia.

 

Menikmati Hasil

Presiden juga mengemukakan, segala upaya kita dalam membangun industri perminyakan, kita usahakan agar tidak membebani anggaran negara dan generasi yang akan datang. “Hampir semua proyek pembangunan di bidang perminyakan-termasuk industri bulu petrokimia dibiayai oleh proyek itu sendiri”. Proyek-proyek yang dibiayai dengan pinjaman itu akan membayar kembali pinjamannya dengan hasil produksinya.

“Contoh yang nyata adalah kilang-kilang LNG, yang sebagian telah melunasi pinjamannya. Sekarang ini kita tinggal menikmati hasilnya,” kata Presiden.

Kilang parasilin itu adalah untuk menghasilkan bahan baku untuk membuat serta buatan. Karena Indonesia tidak memiliki kapas yang banyak, Parasilin merupakan industri yang strategis dalam rangka pembinaan industri nasional.

 

Irigasi

Presiden Soeharto juga pada kesempatan itu meresmikan berfungsinya irigasi Sidareja-Cihaur, Jawa Tengah dalam rangka pemenuhan pangan.

Irigasi yang telah berfungsi itu akan mengairi lebih dari 20 ribu hektare sawah secara teratur sepanjang tahun. Dengan demikian akan meningkatkan pendapatan petani serta pemenuhan air minum bagi masyarakat.

Demikianlah, Presiden Soeharto berkata, setiap kegiatan pembangunan yang kita kerjakan selalu mempunyai tujuan akhir untuk kemajuan dan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat kita.

 

 

Sumber : SINAR HARAPAN (20/12/1990)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 320-323.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.