PEMBANGUNAN UTK MEMANUSIAKAN MANUSIA

HM Soeharto dalam berita

Presiden Pada Kongres FAPA Ke – VI

PEMBANGUNAN UTK MEMANUSIAKAN MANUSIA [1]

 

Jakarta, Sinar Harapan

Kongres seperti yang saat ini sedang diselenggarakan oleh FAPA (Federasi Sarjana Farmasi se-Asia) di Jakarta merupakan sarana yg sangat tepat untuk mengadakan saling tukar pengalaman, saling tukar fikiran, dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemahiran tehnik.

Hal ini dikemukakan Presiden Soeharto Senin pagi di Balai Sidang, Senayan, pada waktu memberikan amanat pembukaan pada Kongres FAPA ke-VI.

Memanusiakan Manusia

“Kesempatan seperti ini juga dapat dimanfaatkan untuk memperlancar mengalirnya penguasaan ketrampilan dan teknologi. Unsur2 yang baru saya sebut itu merupakan kebutuhan yang mendesak dari bangsa2 yang sedang membangun dan merupakan salah satu prasyarat bagi percepatan pembangunannya”, demikian dikatakan Presiden Soeharto.

Dilandaskannya bahwa dalam proses pembangunan yg penting bukanlah hasil2 pembangunan secara kwantitatif : “seperti mungkin tampak dengan munculnya industri dan pabrik2 baru, jalan2 raya yg panjang dan gedung2 megah dan sebangsanya. Juga bukan hanya kenaikan GNP belaka, betapapun kenaikan itu tampak mengesankan”.

Kepala Negara menegaskan bahwa pembangunan adalah untuk manusia. “Pembangunan adalah untuk memanusiakan manusia”, katanya.

Dikatakan bahwa dari sekian banyak unsur2 yang diperlukan bagi terwujudnya perbaikan mutu kehidupan manusia dan masyarakat luas, maka tingkat kesehatan merupakan salah satu unsur yang penting. Orang yang tidak sehat lahir maupun batinnya bukanlah orang yang berbahagia. “Bangsa yang tidak sehat lahir maupun batinnya tidak mungkin akan membangun”, kata Presiden Soeharto.

Sarana Pengobatan

Karena itu, demikian Kepala Negara dalam rencana2 pembangunan kami, baik dalam Repelita I yang telah selesai maupun Repelita II yg kini sedang giat2nya kami lakukan, “masalah kesehatan masyarakat ini mendapat perhatian yang cukup besar; kendatipun dalam tahap2 awal pembangunan kami dewasa ini masalah2 ekonomi menduduki tempat pertama dalam skala prioritas nasional kami”.

“Demikian juga masalah pengadaan obat2an secara merata dan pengembangan obat2an dengan sejauh mungkin memanfaatkan bahan2 yang ada di Indonesia, merupakan bagian penting dari Repelita II kami.”

Berbicara di hadapan sekitar 1.000 peserta dari 12 negara di Balai Sidang yang megah itu, Kepala Negara menandaskan bahwa tidak ada keragu2an lagi bahwa ilmu farmasi dan profesi kefarmasian merupakan penunjang utama daripada usaha besar untuk mewujudkan kesehatan masyarakat tadi.

“Kongres ini merupakan sarana penting untuk meningkatkan mutu dan hasil pembangunan di lapangan kesehatan”, kata Presiden Soeharto.

Dikatakan bahwa tema Kongres FAPA ini, “Better Community Health Through Quality Drugs” (Kesehatan Masyarakat yang lebih baik melalui obat2an bermutu), mencerminkan apa yang telah dikemukakannya tadi. Menurut Presiden tema itu juga mencakup aspek2 nasional maupun internasional, karena peningkatan mutu obat, mutu pelayanan kesehatan masyarakat, bukanlah hanya semata2 masalah bangsa2 yang sedang membangun melainkan juga masalah semua negara di dunia.

Harapan Presiden

Presiden Soeharto menyatakan harapannya agar pesarta2 kongres ini, terutama yang datang dari luar Indonesia, juga menggunakan kesempatan ini untuk melihat dan menyelami Indonesia dari sudut2 yang lain: “kehidupan masyarakatnya, kepribadian dan aspirasinya, kesenian dan kebudayaannya dan keindahan alamnya.”

“Karena”, demikian Presiden, ”bagaimanapun juga ilmu pengetahuan dan profesi, pada akhirnya ingin diabdikan kepada kebaikan kehidupan manusia dan kemanusiaan, yang penuh saling pengertian dan sating hormat menghormati.”

Selesai memberikan amanatnya Presiden Soeharto telah membuka Kongres FAPA tsb secara resmi dengan memukul gong sebanyak tiga kali yang disambut dengan tepuk tangan meriah para hadirin.

Di antara para undangan tampak antara lain Wakil Presiden Hamengku Buwono, Menteri Kesehatan Dr. G.A. Siwabessy dan Gubernur DKI Jaya Ali Sadikin. Pada kesempatan ini Kepala Negara disertai oleh Ny. Tien Soeharto.

Sebelum Kepala Negara memberikan amanat pembukaannya telah berbicara pula secara berturut2 Ketua Panitia Penyelenggara Drs. Soekardjo, Ketua Federasi Sarjana” Farmasi se-Asia Prof, Dr. Morizo Ishidate, Dr. Polderman yang membacakan sambutan tertulis dari Ketua FIP (Federasi Sarjana2 Farmasi Internasional) Dr. J.H.M. Winters dan Menteri Kesehatan RI Prof Dr. GA Siwabessy.

Sambutan Menkes

Dalam kata sambutannya Prof Siwabessy telah menjelaskan mengenai masalah kesehatan yang dihadapi Indonesia yang dikatakan tidak banyak berbeda dengan masalah2 kesehatan yang dihadapi oleh negara2 yang sedang berkembang lainnya.’Masalah2 ini terutama disebabkan oleh kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan kondisi2 lingkungan yang kurang sehat di daerah2 pedesaan di mana terdapat 80% dari rakyat Indonesia,” kata Menteri Kesehatan.

Dikatakan, banyak penyakit2 menular yang telah dikendalikan di negara2 yang maju masih tetap endemis di Indonesia, sehingga menyebabkan tingkat kematian yang tinggi di antara bayi dan anak2 kecil.

Penyakit2 Infeksi dan para sitik mencakup lebih dari setengah jumlah penyakit2 seluruhnya yang terdapat di Indonesia. Dari penyakit2 ini, yang paling menonjol adalah penyakit2 saluran pemapasan dan infeksi2 sastro intestinsi kata Menkes. Dikatakan bahwa hal ini tidak mengherankan karena cara penularannya melalui udara dan air sedangkan belum juga ditemukan vaksin yang memuaskan terhadap penyakit2 itu.

Menteri menandaskan bahwa penyakit2 menular yang paling serius yang harus dikendalikan di Indonesia adalah malaria, tuberkulosis paru2 leprosi, gastroentitis akut, filariasis dan demam berdarah.

Memberikan kata sambutannya Ketua Panitia Penyelenggaraan. Drs Soekarjo, melaporkan bahwa sekitar 1.000 peserta mengikuti Kongres yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia ini.

Peserta terbanyak, 822 orang, berasal dari negara tuan rumah – Indonesia, Jepang 84 orang, Taiwan 83 orang, Muang Thai 80 orang, Malaysia 1, Singapura 11, Filipina 19, Korea Selatan 26, Hongkong 7, India 17dan Australia 31 orang.

Dalam kongres ini akan dibahas sekitar 100 kertas karya yang terdaftar.

Dalam upacara pembukaan hadir juga Duta2 besar dari negara2 Asia, Australia, Papua Nugini, Selandia Baru, Jerman, Swiss dan Belanda.  (DTS)

Sumber: SINAR HARAPAN (22/11/1976)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 213-126.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.