PEMDAJANGAN MENGADA-ADA DALAM MENYAMBUT
PEJABAT PUSAT[1]
Jakarta, Suara Karya
Presiden Soeharto minta agar para pejabat pemerintah daerah bertindak apa adanya ketika menyambut kedatangan pejabat pusat yang datang kedaerahnya, termasuk Kepala Negara.
“Seharusnya daerah apa adanya jika dikunjungi oleh para pejabat, tem1asuk saya dan Bu Harto yang mengtmjungi,” kata Presiden selaku Ketua Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais) saat berdialog dengan 279 orang penerirna bantuan Yayasan Dharmais di Sasono Adiguno, Taman Mini Indonesia Indah, Selasa.
Mereka terdiri 268 orang utusan panti dan program anak asuh, 4 orang transmigran Dharmais, 3 mantan penderita kebutaan katarak dan 4 orang anggota Korps Cacat Veteran RI. Puncak peringatan ulang tahun Yayasan Dharmais ke-20 itu dihadiri Ibu Tien Soeharto, Ketua I Yayasan Dhannais Sudharmono, Ketua II Bustanil Arifin dan anggota pengurus lainnya, seperti Radius Prawiro, Ismail Saleh, Probosutedjo dan Tjokropranolo.
Menurut Presiden, jika acara penyambutan pejabat dilakukan dengan tidak wajar akan menjadi kurang baik. Pernyataan Presiden itu menanggapi keinginan Amirul Mukminin dari Panti Wreda Mental Kasih, Desa Turi, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Jatim supaya pejabat mau berkunjung ke desanya. Para pejabat menurutnya, hanya berkunjung ke kota-kota saja dan dengan kunjungan ini biasanya jalan-jalan di daerah yang dikunjungi akan menjadi mulus dan lancar. Jika kunjungan pejabat dimanfaatkan supaya jalan-jajan daerah yang dikunjungi menjadi liein, menurut Presiden, jelas tidak tepat. “Kalau itu dasarnya kurang tepat, ingin menyalahgunakan kunjungan tersebut. Jangan sampai daerah kemudian mengada-adakan budget yang seharusnya untuk memperhatikan kesejahteraan rakyat tetapi diselewengkan untuk itu (acara penyambutan -red). Menjadi kurang baik,” ujar Presiden. Sementara itu dalam acara dialog sekitar satu jam, Ny Nur Ainy Achmad dari Panti Asuhan Kasih Ibu, Ujung Pandang berharap, yayasan bersedia memberikan bantuan sekaligus selama setahun untuk pengembangan modal usaha dalam rangka kemandirian yayasan. Menanggapi keinginan itu, Pak Harto menyatakan akan mempertimbangkannya. Akan tetapi diingatkannya agar panti bersikap hati-hati. Jika usaha mereka berhasil akan memberikan keuntungan. Namun jika tidak malahan akan menjadi buntung dan yang menjadi korban adalah anak-anak asuh sendiri. Yayasan Dharmais, demikian Pak Harto, tidak bermaksud memonopoli pemberian bantuan. Badan-badan sosial lainnya pun bisa memberikan bantuan panti panti untuk meningkatkan usaha mereka. Sebelumnya PakHarto menjelaskankegiatan Yayasan Dharmais selama 20 tahun. Dalam kurun waktu itu, yayasan telah memberikan bantuan dana sekitar Rp 169 milyar untuk penghuni panti asuhan, perumahan cacat veteran. Ini belum termasuk bantuan pembangunan RS Kanker Dharmais, yang menelan sekitar Rp 115 milyar. Sekitar 297.000 anak-anak, penghuni panti asuhan dibantu yayasan. Kepada mereka per bulannya dibantu Rp 30.000/anak. Jumlah ini naik dari jumlah sebelumnya Rp 27.500/bulan. Dana yang terhimpun di Yayasan Dhannais hingga 31 Maret 1995 tercatat lebih dari Rp 800 milyar. Dari jumlah ini, sebanyak Rp 300 milyar di antaranya didepositokan. Peringaian HUT Yayasan Dharmais yang berlangsung sederhana ditandai dengan peluncuran buku 20 Tahun Yayasan Dharmais. Secara simbolis buku itu diberikan Pak Harto kepada Ketua MUI KH Hasan Basri, Wiwoho Basuki Tjokronegoro, P Lazarus Mau SVD, pimpinan Panti Asuhan Santo Antonius Timtim dan L Manurung. Mereka masing-masing mewakili masyarakat, donatur, panti dan KCVRI. Setelah itu Pak Harto memberikan potongan tumpeng kepada Suster Getruda Jamlean PBHK dari Panti Asuhan Rinamakana, Ambon.
Sumber: SUARAKARYA(l0/08/1995)
____________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 251-253.