Pemilu 1987 dan Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang Ke-42

Pemilu 1987 dan Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang Ke-42[1]

Pada tanggal 23 April 1987 dilangsungkan Pemilu. Selama Orde Baru, dengan ini telah dilangsungkan empat kali pemilihan umum yakni tahun 1971, 1977, 1982 dan pada bulan April 1987 itu. Menjelang Pemilu ini partai-partai dan organisasi masyarakat lainnya telah menyatakan keinginan mereka, meminta supaya saya bersedia lagi diangkat menjadi Presiden periode 1988-1993. Kebulatan tekad yang lsinya sesuai dengan itu mengalir ke meja saya.

Sebelum itu peluncuran satelit Palapa B-2 P (Pengganti) sudah berjalan mulus dan sesuai dengan jadwal. Kita maklum, sebelumnya telah diluncurkan satelit cadangan, satelit B-2, tetapi satelit itu gagal dan dilaporkan hilang. Indonesia kemudian membeli satelit pengganti dari perusahaan Hughes Aircraft. Satelit itu lalu diberi nama Palapa B-2 P, sekalipun kemudian satelit Palapa B-2 yang rusak berhasil diambil kembali oleh para astronot Amerika. Satelit B-2 oleh perusahaan asuransi kemudian dijual.

*

Satu peristiwa lagi yang terjadi sebelum dilangsungkannya Pemilu 1987 ialah Panglima ABRI Jenderal Benny Moerdani menyerahkan bintang gerilya kepada Siti Hartinah Soeharto, istri saya, atas jasa­jasanya dalam Perang Kemerdekaan I dan II antara tahun 1945-1949.

Waktu menerima bintang itu istri saya mengatakan dalam sambutannya bahwa ia tidak merasa mempunyai hak memperolehnya. Sebab, katanya, ia bukan pelaku utama, tetapi hanya sebagai anggota lasykar. Istri saya berjuang secara fisik sampai menikah dengan saya. Istri saya telah mengisi formulir untuk menjadi anggota veteran dan sebagai saksi tercatat Darjatmo yang waktu itu menjadi komandan resimennya.

*

Pemilu 1987 berlangsung. Jumlah pemilih, menurut lembaga yang mengaturnya tercatat hampir 94 juta dari jumlah penduduk Indonesia yang hampir 163 juta. Berarti sekitar 57 persen lebih ikut pemilu. Mereka terdiri atas 45,5 juta lebih pria dan 48 juta lebih wanita.

Pemungutan suara dalam pemilu itu, baik di Jakarta maupun di kota-kota lainnya di seluruh Indonesia berlangsung tertib dan aman. Pemilu 1987 itu ternyata telah berjalan lebih tertib dan lebih aman jika kita bandingkan dengan pemilu sebelumnya di tahun 1982. Suasana penuh kegairahan, menunjukkan kualitas yang tinggi dari pesta demokrasi kita. Ini merupakan sumbangan penting bagi pelaksanaan pemilu di masa-masa yang akan datang, yang kita harapkan akan bertambah bermutu dan bertambah baik lagi.

Pemilu kali ini mempunyai makna yang khusus. Pemilu kali ini merupakan pemilu yang pertama sejak kita menegaskan bahwa Pancasila adalah satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dan pemilu ini merupakan pemilu pertama yang diikuti oleh lapisan besar kaum muda.

Jumlah anggota DPR RI 1987-1992 telah ditetapkan, ialah 500 orang, terdiri atas 400 orang yang dipilih dan 100 orang diangkat dari anggota ABRI. Sedang anggota MPR ialah 1000 orang, terdiri atas para anggota DPR dan wakil-wakil daerah, serta golongan. Jumlah anggota DPR sebelumnya ialah 460 orang dan anggota MPR ialah 920 orang.

Benar di sana-sini masih timbul penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kampanye. Tetapi pengalaman sangat berharga yang dapat kita tarik dari pemilu yang baru lalu adalah bahwa semua peserta pemilu telah berusaha sebaik-baiknya untuk menawarkan program-program yang terbaik dan tokoh-tokoh yang terbaik kepada bangsa kita. Pengalaman itu juga mengajarkan kepada kita bahwa kampanye pemilu 1987 yang menitikberatkan kepada program­program nyata yang ditawarkan oleh peserta pemilu ternyata tetap menarik dan semarak. Tidak kalah menariknya jika dibandingkan dengan kampanye yang berbau ideologi golongan atau asas ciri golongan yang hanya menimbulkan ketegangan dan keretakan. Hasil Pemilu ini ialah Golkar meraih 299 kursi, PPP 61 kursi dan PDI 40 kursi.

Dalam sistem Demokrasi Pancasila, dalam negara kekeluargaan kita, kita tidak berbicara tentang siapa yang kalah atau siapa yang menang. Jika kita harus berbicara tentang kemenangan dalam pemilu ini, maka yang menang adalah kita semua.

Dengan itu kita telah meninggalkan buat selama-Iamanya tingkah laku dan budaya politik lama yang menganggap politik sebagai adu kekuatan, pembentukan kekuatan dan pengerahan kekuatan untuk berhadap-hadapan dengan golongan lainnya walaupun golongan itu adalah keluarga besar bangsanya sendiri. Dengan ini kita justru memasuki suasana babru dan segar, ialah tingkah laku dan budaya politik yang bersuasana kekeluargaan dan lebih bermartabat.

*

Tibalah waktunya lagi saya bicara di depan para wakil rakyat, di depan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat, menjelang ulang tahun kemerdekaan kita yang ke-42. Dalam kesempatan itu saya paparkan apa yang sudah kita laksanakan dan apa yang masih harus kita lakukan menuju ke cita-cita kita yang berharga dan agung.

Saya paparkan tekanan yang sangat berat di bidang ekonomi yang kita rasakan dalam tahun 1986. Tetapi pada tahun 1987 ada tanda­tanda bahwa keadaan ekonomi kita tidak seberat tahun yang lalu. Namun kendatipun demikian kewaspadaan kita harus tetap tinggi, keprihatinan harus kita buktikan, kerja keras harus kita lakukan, dan segala langkah harus kita perhitungkan sematang-matangnya.

Saya bicara dalam kesempatan itu mengenai proteksi yang dilakukan oleh negara-negara maju yang mengakibatkan terhalangnya ekspor negara-negara lain, terlebih lagi ekspor negara-negara yang sedang membangun. Inflasi dapat tetap kita kendalikan, sehingga dalam tahun 1986 mencapai sekitar 9%. Tingkat inflasi itu masih cukup untuk menjaga kestabilan  ekonomi dan memelihara  gerak pembangunan.

Namun ada yang perlu kita waspadai, ialah produksi beras tahun 1986 hanya naik 0,9% jika dibanding dengan produksi dalam tahun 1985. Ini berarti kenaikan tadi berada di bawah kenaikan rata-rata penduduk kita yang sebesar sekitar 2%. Hal ini menyadarkan saya bahwa pembangunan pertanian tetap harus mendapatkan perhatian yang besar. Dalam rangka ini kita harus terus meningkatkan produksi pertanian dengan menggerakkan berbagai  usaha.

Kemajuan-kemajuan di bidang industri menyenangkan. Dan semuanya itu merupakan kemajuan-kemajuan besar yang akan menjadi dasar dan kekuatan kita untuk memasuki tahap pembangunan industri besar-besaran di masa datang. Industrialisasi bagi kita bukan hanya berarti pembangunan pabrik-pabrik saja, akan tetapi pembangunan masyarakat industri dalam arti yang seluas-luasnya. Itu saya ingatkan.

Di bidang ekonomi ada kebijaksanaan pemerintah akhir-akhir ini yang patut diingat, ialah dengan mengadakan langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi dalam rangka mendorong dan memperlancar ekspor dan impor. Inpres No.4 tahun 1985, kebijaksanaan 6 Mei 1986, kebijaksanaan 25 Oktober 1986, langkah­langkah mempermudah investasi dan perluasan di bidang industri mempakan usaha-usaha dalam rangka memperlancar kegiatan ekonomi masyarakat pada umumnya.

Kepada wakil-wakil rakyat kita itu saya jelaskan apa yang telah kita lakukan di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasaan kita atas ilmu pengetahuan dan teknologi mempakan kunci apakah kita akan dapat hidup terhormat di tengah-tengah kemajuan besar yang akan menjadi ciri abad ke-21, yang akan kita masuki hanya dalam tempo 13 tahun lagi dari sekarang (1987), atau kita akan tertinggal. Mana mau kita tertinggal! Kita harus mengejar ketinggalan kita.

Saya menyadari betapa besar masalah-masalah sosial ekonomi yang harus kita tanggulangi. Perluasan lapangan kerja, temtama bagi golongan muda merupakan masalah besar. Seluruh dunia menghadapi masalah besar ini. Dalam hal ini kita harus mengerahkan segala kemampuan dan seluruh akal kita untuk mengatasinya. Dua kali 21 tahun yang lalu, pada tanggal 17 Agustus 1945, bangs a kita memproklamasikan kemerdekaannya dengan tekad membangun negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Selama kurun waktu 21 tahun yang pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan, seluruh perhatian, waktu, pikiran, perjuangan dan pengorbanan bangsa kita ditujukan untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila terhadap bermacam-macam marabahaya dan ancaman. Selama kurun waktu 21 tahun kedua setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 kita telah melaksanakan tahap awal pembangunan nasional kita, memasyarakatkan Pancasila secara luas dan memantapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sekarang, 42 tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, kita dapat mengatakan bahwa dengan segala kekurangannya Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila yang merdeka, bersatu dan berdaulat telah berdiri tegak di tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia ini.

*

Kegembiraan saya mengenai Pemilu 1987 yang sukses disambung dengan kegembiraan lain. Saya resmikan kompleks Universitas Indonesia yang baru, yang letaknya di Depok. Tentu saja saya merasa gembira dengan kemajuan yang telah kita capai ini. Apalagi ini menyangkut pembangunan untuk kaum muda, untuk calon-calon ilmuwan kita, calon-calon budayawan-budayawan kita, calon-calon pemimpin-pemimpin kita di hari depan.

Gedung-gedung di sana dilengkapi dengan sebuah balairung, perpustakaan, mesjid, lembaga penelitian, lembaga pengabdian masyarakat. Untuk tahap pertama sekitar 9000 mahasiswa berkuliah di kompleks UI yang baru itu. Untuk tahap kedua akan dibangun gedung­gedung Fakultas Kedokteran, Ekonomi, Kedokteran Gigi, Keperawatan dan Pasca-Sarjana. Setelah seluruh kompleks UI itu selesai nanti, diperkirakan sekitar 15.000 mahasiswa akan kuliah di UI.

*

Di bulan September datang Sultan Brunei Hasanal Bolkiah di Jakarta untuk memberikan pinjaman kepada kita. Brunei Darussalam memberi pinjaman kredit tanpa bunga sebesar 100 juta dollar AS kepada Indonesia. Brunei menyatakan minatnya untuk membeli saham 20% dari saham PT Indocement di Cibinong yang 35% sahamnya ialah milik pemerintah RI. Ini merupakan kepercayaan tetangga kita kepada kita.

***



[1] Penuturan Presiden Soeharto, dikutip dari buku “Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya” yang ditulis G. Dwipayana dan Ramadhan KH, diterbitkan PT Citra Kharisma Bunda Jakarta tahun 1982, hlm 492-496.

Satu pemikiran pada “Pemilu 1987 dan Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang Ke-42

  1. Dengan rahmat yang maha esa semoga bpk.suharto & ibu tien suharto semoga amal ibadah beliau di trima yang maha esa
    Salam buat komunitas bapak pembangunan ir H suharto semoga ada suharto yang memimpin bangsa indonesia dengan aman tentram sentosa adil dan makmur sungguh tiada banding ……………semoga ada pemimpin kayak pak harto murah senyum lapang pekerjaan gampang murah pangan gampang cari kerja. Salaaaam satu jiwaaaa pak ir H suharto

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.