PENDIDIKAN PANCASILA TERMASUK PMP WAJIB DI SETIAP SEKOLAH : SUATU BANGSA HARUS MILIKI PEGANGAN HIDUP
Setiap lembaga pendidikan hams rnelaksanakan pendidikan Pancasila termasuk pendidikan moral Pancasila (PMP) dan unsur-unsur yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa dan nilai-nilai 45 di kalangan anak didiknya masing-masing, Presiden Soeharto mengatakan hari ini di Medan ketika berpidato guna rnemperingati Hari Ulang Tahun ke-25 Universitas Sumatera Utara (USU).
Kekuatan Pancasila seperti yang terbukti sampai saat ini menunjukkan bukan milik seseorang, bukan milik suatu golongan, bukan pula sekedar penemuan satu orang, melainkan benar-benar mempunyai akar di dalam sejarah dan bathinnya seluruh rakyat Indonesia.
"Karena itu Pancasila adalah wujud kepribadian bangsa Indonesia," kata Presiden.
Bersama-sama dengan UUD 45, Pancasila telah berulang kali diuji sejarah. Makin banyak ujiannya rnakin menunjukkan kebenarannya sebagai satu-satunya jawaban terhadap tantangan dan masalah yang dihadapi. Karena kebenarannya itu siapapun yang akan cobaan yang berat.
"Untuk bangsa Indonesia, syukurlah, pegangan itu sudah ada, yaitu Pancasila," kata Presiden.
Itulah sebabnya mengapa pendalaman dan penghayatan Pancasila merobahnya pasti akan berakhir dengan kehancurannya sendiri, ujar Kepala Negara.
Kata Presiden lagi, suatu bangsa mernang harums mempunyai pandangan hidup, suatu falsafah hidup agar dengan demikian bangsa itu dapat melihat dengan jelas semua masalah yang dihadapinya dan kearah mana tujuan hidup yang ingin dicapainya.
Tanpa Pegangan
Presiden Soeharto mengatakan tanpa pegangan hidup suatu bangsa dapat terombang-ambing oleh berbagai masalah besar yang dihadapinya baik rnasalah masalah dalam negeri maupun Iuar negeri.
Tanpa pegangan hidup yang kuat dan tepat suatu bangsa akan goyah. Pegangan hidup itu sangatperlu buat masa kini maupun masa depan, lebih-lebih bangsa kita yang sedang membangun, yang pasti masih akan menghadapi perubahan-perubahan besar dan perlu dibiasakan dikalangan anak-anak kita sedini mungkin.
Pancasila bukan sekedar angan-angan indah melainkan harus dapat diwujudkan dan dirasakan dalam kehidupan nyata sebagai kebahagiaan lahir dan bathin.
Hargai
Presiden Soeharto mengatakan dia sangat menghargai pimpinan USU yang dengan sungguh-sungguh telah menyelenggarakan penataran P-4 di kalangan mahasiswa.
‘Teruskanlah usaha untuk memantapkan penghayatan dan pengamalan Pancasila oleh mahasiswa melalui program pendidikan yang terpadu dengan bahan-bahan kuliah lainnya," kata Presiden.
Dengan penataran P-4 diharapkan Universitas dapat sekaligus menggali sedalamÂdalamnya nilai-nilai kepribadian bangsa kita, ajaran-ajaran nenek moyang kita yang terkandung, dalam Pancasila, yang sangat berguna untuk memperkokoh dan mengembangkan kepribadian setiap individu yang berlandaskan Pancasila.
Kepada Universitas Sumatera Utara, Presiden Soeharto menyerukan untuk meneruskan pelaksanaan perkembangan universitas di masa depan guna pembangunan nasional dengan membentengi diri setia kepada cita-cita kemerdekaan, kepada Pancasila dan UUD 45 pada saat memasuki usianya yang ke-26.
Harus Cocok
Presiden Soeharto mengatakan Perguruan Tinggi di Indonesia harus menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cocok lagi pelaksanaan pembangunan nasional bersamaan dengan itu harus pula berusaha sedapat mungkin mengadakan penelitian penelitian demi penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru di bidang bagi kelanjutan pembangunan di masa masa mendatang.
Untuk itu, kata Presiden, bangunlah kampus menjadi masyarakat ilmiah yaitu lingkungan yang memungkinkan perguruan tinggi sebagai pusat pemeliharaan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang.
Kata Presiden, didiklah mahasiswa agar berjiwa penuh pengabdian serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan negara Indonesia. (RA)
…
Medan Sumut, Merdeka
Sumber : MERDEKA (03/09/1982)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 1068-1069.