PENEMUAN ILMIAH SEMAKIN PERKUAT KEBENARAN ALQURAN DAN ASSUNNAH[1]
Bandung, Antara
Penemuan-penemuan ilmiah di berbagai bidang di masa kinisemakin memperkuat kebenaran Alquran dan Assunnah, demikian kesimpulan Seminar Internasional VI Mukjizat Alquran dan Assunnah tentang Iptek yang diselenggarakan sejak 30 Agustus-1 September 1994 di Aula IPTN, Bandung. Kesimpulan yang merupakan bagian dari sembilan rekomendasi seminar itu disampaikan oleh Ketua Lembaga Mukjizat Alquran dan Assunnah Rabitha Alam Islami Dr Abdullah bin Abdul Aziz Al-Mushlih menjelang acara penutupan seminar oleh Menko Kesra Azwar Anas di Bandung, Kamis malam. Rekomendasi lain yang disampaikan oleh para peserta seminar antara lain ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Presiden Soeharto serta segenap bangsa Indonesia atas keramahtamahan dan partisipasi demi terlaksananya seminar, baik di bidang pengarahan maupun pelaksanaan. Seminar juga menentukan, pidato Wapres Try Sutrisno, Menristek BJ Habibie, dan Sekjen Rabithah Alam Islami Dr Ahmad Muhammad Ali pada acara pembukaan diterima sebagai dokumen resmi seminar. Selain itu, seminar juga mengajukan empat usulan yakni mengupayakan keterpaduan dan keseimbangan antara iman-taqwa dan ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk membentuk surnber daya manusia yang berpegang teguh pada ajaran Islam. Usulan kedua, agar di Indonesia dikembangkan pengkajian dan penelitian, pendidikan dan pemasyarakatan mukjizat Alquran dan Assunnah di bidang ilmu hayati, ilmu alam, teknologi, sosial, dan kemanusiaan.
Usulan ketiga, agar dibangun jaringan ketjasama antara lembaga-lembaga ilmiah di Indonesia untuk pengembangan iptek bagi kesejahteraan umat manusia. Usulan keempat, agar dijalin kerjasama antara lembaga kajian Mukjizat Alquran dan Assunnah di Indonesia dengan lembaga-lembaga serupa di luar negeri, terutama dengan lembaga mukjizat Alquran dan Assunnah di bawah naungan Rabithah Alam Islami. Seminar atas kerja sama ICMI, Rabithah Alam Islami, Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), Badan Ketjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta dan lAIN Syarif Hidayatullah, dan dihadiri para pakar dari 16 negara itu akan dilanjutkan dengan lokakarya pada Jumat.
Tindak Lanjut
Asshiddiqie kepada pers mengatakan, ada dua hal yang harus dilakukan Indonesia untuk menindaklanjuti seminar internasional itu. Kedua hal itu, memperbaiki program penelitian yang sesuai dan dapat dilakukan oleh Indonesia dan membuat program pendidikan umat terutama pendidikan agama. Perbaikan atau pengembangan yang dilakukan dari kedua hal itu mesti selaras dengan program sosialisasi dakwah yang dilakukan di Indonesia. Dikatakannya, wadah yang akan menampung proses tindak lanjut seminar itu untuk Indonesia adalah model/slamic Center yang nantinya akan dikembangkan dalam suatu jaringan dan mekanisme kerja tertentu dan tidak tertutup kemungkinan menjalin hubungan dengan Islamic Center di luar negeri.
Bangga
Para peserta seminar dalam acara penutupan itu juga menyatakan bangga atas pemyataan Presiden Soeharto yang menegaskan komitmen Indonesia terhadap nilai nilai agama dan penolakan tegas terhadap segala bentuk kegiatan Keluarga Berencana (KB) yang bertentangan dengan ajaran agama serta nilai-nilai moral. Pernyataan tegas itu ditujukan pada ayat-ayat dalam kertas kerja PBB dalam Konperensi Kependudukan dan Pembangunan yang akan diselenggarakan di Kairo Mesir pada 5-15 September 1994 yang jika diterima oleh konferensi akan membawa dampak negatif dan destruktif bagi seluruh umat manusia.
Pernyataan bangga itu dinyatakan pada selembar kertas dan ditandatangani oleh Dr Abdullah Bin Abdul AzizAl-Mushlih, Marshall Abdurrahman Siwar Al-Dzahab (Sudan), Prof Dr Maurice Bucaille (Perancis), Dr Quraish Shihab, Dr Djimly Asshiddiqie SH, dan Prof Asri Rasyad. Ketua Komite Solidaritas Islam Lukman Harun juga menyatakan dukungannya atas sikap Indonesia yang tegas -tegas menolak bentuk kegiatan KB yang bertentangan dengan nilai agama.
“Indonesia bersama negara muslim lainnya harus paling depan dalam menolak bentuk kegiatan KB yang bertentangan dengan agama seperti aborsi, program kondornisasi masyarakat, atau legitimasi pasangan homo dan lesbian sebagai salah satu bentuk keluarga baru,” katanya.
Dikatakannya, jangan sampai Kairo, ibukota salah satu negara Islam malah menjadi tempat legitimasi peraturan yang berlawanan dengan hukum Islam. “Oleh karena itu, Indonesia harus mengkaji ulang hal-hal mengenai kegiatan KB yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang akan mengemuka dalam konperensi itu,” ujarnya. (Fax-PU20/PU21/B/PU08/22: 17/RE2/ 1/09/94 23:53)
Sumber: ANTARA(Ol/09/1994)
_____________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 612-614.