PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM JANGAN RUSAK LINGKUNGAN
Jakarta, Angkatan Bersenjata
PRESIDEN Soeharto mengatakan pengolahan sumber daya alam bagi peningkatan kesejahteraan rakyat haruslah dilakukan tanpa mencemarkan dan merusak lingkungan, karena pembangunan merupakan perintisan kebahagiaan bagi generasi mendatang.
Peringatan Presiden tentang pentingnya menjaga kelestarian sumber daya alam disampaikan di Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis ketika meresmikan secara simbolis enam pabrik kimia organik yang tersebar di beberapa propinsi.
Keenam pabrik itu masing-masing PT. Indo Acidatama dan PT. Palur Raya di Jawa Tengah, PT. Sasa Inti, PT. Miwon Indonesia dan PT. Hercules Mas Indonesia di Jawa Timur, dan PT. Barito Murni Sakti Chemical di Kalimantan Selatan.
“Perlu kita perhatikan agar dalam mengolah sumber daya alam dan bahan baku tadi, kita harus dapat menjaga kelestariannya tanpa mencemarkan dan merusak lingkungan, sehingga sumber daya alam kita akan dapat menopang pembangunan jangka panjang secara terus menerus,” kata Kepala Negara.
Dalam upacara tersebut, Presiden mengatakan pembangunan yang sedang dilakukan bangsa Indonesia merupakan pembangunan yang berkelanjutan, malahan untuk merintis jalan bagi kebahagiaan generasi-generasi mendatang, sepanjang masa.
Presiden Soeharto mengatakan meskipun kita sedang menghadapi berbagai ujian berat di bidang ekonomi, tapi semangat dan tekad kita untuk membangun tidak pernah melemah. “Kita memang harus terus mempertebal semangat dan membulatkan tekad kita untuk membangun.”
Presiden menilai selesainya pembangunan keenam pabrik itu menunjukkan semangat dan tekad membangun kita, karena hanya dengan membangun dan terus membangun itulah kita akan dapat mewujudkan masyarakat yang maju, sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila yang menjadi cita-cita pembangunan kita.
Pembangunan yang kita lakukan juga merupakan pembangunan yang berkelanjutan, artinya yang kita bangun hari ini untuk kebahagiaan kita semua hari esok. Malahan untuk merintis jalan bagi kebahagiaan generasi-generasi yang akan datang, sepanjang masa.
Sehubungan dengan itu kita perlu memperhatikan agar dalam mengolah sumberdaya alam dan bahan baku, kita harus dapat menjaga kelestariannya tanpa mencemarkan dan merusak lingkungan. Sehingga sumberdaya alam kita akan dapat terus menopang proses pembangunan jangka panjang secara terus menerus.
Nilai Strategis
Presiden Soeharto berpendapat pengembangan industri kimia organik pengolah hasil pertanian memang mempunyai nilai strategis. Karena pertama kita memiliki bahan baku yang cukup banyak dari hasil pertanian dan kehutanan, yang dapat kita budidayakan dan kembangkan terus menerus.
Kedua, industri kimia organik pengolah hasil pertanian merupakan kekuatan penggerak pembangunan yang luas pengaruhnya. Industri ini meningkatkan nilai tambah, memperbesar penerimaan devisa, memperluas lapangan usaha dan lapangan kerja. Lebih dari itu industri semacam ini dapat dikembangkan dalam industri skala besar, menengah dan kecil di pedesaan.
Ketiga, berkembangnya industri kimia organik pengolah hasil pertanian akan menjadi kekuatan pendorong bagi kegiatan ekonomi pada umumnya dan sekaligus akan mempercepat terwujudnya struktur ekonomi yang seimbang.
Dalam mengembangkan sektor industri yang akan menjadi kekuatan penggerak pembangunan dalam era tinggal landas nanti, sekarang kita telah mencapai kemajuan pesat. Dari tahun ke tahun makin banyak pabrik yang berhasil kita bangun.
Kita makin banyak membangun industri hulu, industri antara dan industri hilir yang erat kaitannya satu dengan yang lain. Jumlah industri kita makin banyak dan jenis barang yang kita hasilkan tambah beraneka ragam.
Namun diingatkan Presiden barang-barang yang kita hasilkan tadi harus mampu bersaing di pasaran dunia. Ekspor barang-barang hasil industri kita juga terus meningkat dan nilainya bertambah besar.
“Ringkasnya industri nasional kita telah mencapai suatu tahap kemajuan, yang membuka peluang untuk maju lebih cepat lagi di tahun-tahun yang akan datang,” tambah Kepala Negara.
Menghemat Devisa
Dengan selesainya pembangunan dan diresmikannya ke-6 pabrik itu maka berhasil dihemat devisa sebesar USS 35,20 juta setahun. Selain itu pabrik-pabrik kimia organik tersebut menghasilkan devisa sebanyak USS 8,74 juta per tahun. Karena itu besar kemungkinan adanya terobosan ekspor dari hasil yang dicapai.
Pembangunan keenam pabrik itu menelan biaya sebesar Rp 78, 11 milyar dan US$12,66 juta. Pabrik-pabrik itu memanfaatkan pengolahan hasil pertanian, misalnya PT Miwon Indonesia menggunakan bahan baku tetes tebu, yang merupakan hasil sampingan pabrik gula. PT Barito Murni Sakti Chemical yang memproduksi arang aktif, memanfaatkan bahan baku serbuk gergaji. Dengan begitu limbah serbuk gergaji yang selama ini sering menimbulkan masalah, bakal menghasilkan nilai tambah.
Peresmian enam pabrik yang tersebar di tiga propinsi itu dipusatkan di desa Kemiri, Kecamatan Kebakramat, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah di lokasi pabrik ethanol PT Indo Acidatama Chemical Industry.
Menurut laporan Menteri Perindustrian Hartarto, pembangunan keenam pabrik itu diharapkan dapat menghemat pengeluaran devisa 35,20 juta dolar AS per tahun, dan menghasilkan devisa 8,74 juta dolar per tahun.
Selain penandatanganan prasasti oleh Kepala Negara, upacara peresmian pabrik-pabrik industri kimia itu juga ditandai dengan pemberangkatan truk pengangkut ethanol untuk diekspor setelah dilakukan pemecahan sebuah kendi oleh lbu Tien Soeharto.
Hadir menyaksikan jalannya upacara itu sejumlah menteri Kabinet Pembangunan V, Gubernur Jawa Tengah Ismail, Gubernur Jawa Timur Soelarso, Duta Besar Jerman Barat dan para anggota Muspida setempat.
Keenam pabrik yang mampu menyerap hampir 1.000 tenaga kerja itu, di samping Indo Acidatama adalah pabrik bumbu masak Palur Raya di Karanganyar (Jateng), dan pabrik bumbu masak Miwon Indonesia di Gresik (Jatim).
Juga pabrik bumbu masak Sasa Indonesia di Probolinggo (Jatim), pabrik bahan kimia kertas Hercules Mas Indonesia di Pandaan (Jatim), dan pabrik arang aktif Barito Murni Sakti di Banjarmasin Kalsel.
Diantara keenam pabrik itu, pembangunan Indo Acidatama menelan investasi paling besar, yakni mencapai Rp 48,5 milyar.
Pabrik tersebut mempunyai kapasitas produksi ethano Vethil alkohol 4.500 ton per tahun, spiritus 1.260 ton per tahun, asam asetat 9.000 ton per tahun , dan ethil asetat 4.500 ton per tahun.
Seluruh hasil produksi itu menggunakan bahan baku utama tetes tebu sebanyak 72.000 kilogram per tahun.
Ehtil alkohol yang diproduksi di pabrik itu mempunyai kualitas terbaik di ASEAN dan kapasitas produksinya terbesar pertama di Indonesia.
Sementara itu, produk asam asetat dan ethil asetat yang dihasilkannya merupakan yang pertama kalinya di Indonesia bahkan pertama pula di ASEAN.
Sumber : ANGKATAN BERSENJATA (21/07/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 737-740.