PERLINDUNGAN TERHADAP BADAK SUMATERA PERLU LEBIH DIPERKETAT

PERLINDUNGAN TERHADAP BADAK SUMATERA PERLU LEBIH DIPERKETAT

 

 

Jakarta, Antara

Badak Sumatera yang jumlahnya kini hanya sekitar 400 sampai 500 ekor perlu lebih dilindungi antara lain dengan menetapkan hutan-hutan suaka di habitatnya, kata seorang ahli asing yang telah mengamati kehidupan binatang langka tersebut.

Fransesco Naedelli, pimpinan pelaksana penyelamat badak sumatera dari Ekspedisi Gabungan Kebun-kebun Binatang Inggris dan Amerika, mengatakan di Jakarta Senin bahwa populasi binatang bercula itu sering terancam pemburuan liar.

Ia menyebut, pasar gelap di luar negeri yang memperdagangkan cula serta bagian tubuh lain dari binatang telah merangsang pemburuan binatang tersebut, meskipun sudah ada larangan keras.

“Harga cula badak bisa mencapai 4.000 dolar AS per kilogram, umumnya dipercaya sebagai bahan obat,” katanya setelah ia diterima Presiden Soeharto di Bina Graha Jakarta.

Badak Sumatera hidup pada hutan-hutan berrawa di daerah Sumatera Utara bagian selatan dan Riau. Berbeda dengan badak di Ujung Kulon, Banten Selatan (Jawa Barat), badak di Sumatera itu serupa dengan yang terdapat di Malaysia dan daratan Asia Selatan yaitu bertubuh lebih kecil dan bercula dua.

Fransesco Naedelli yang telah tiga tahun berada mengamati kehidupan badak sumatera berhasil membuat suatu karya tulis yang cukup lengkap tentang keadaan binatang dilindungi itu.

Pada Senin siang itu ia menyerahkan satu copy dari karya tulisnya kepada Presiden Soeharto. “Ia hanya mencetak sekitar 50 copy karya tulisnya itu,” ujar Ketua Umum Yayasan Pembinaan Suaka Alam dan Margasatwa Indonesia (IWF), Jenderal TNI (Purn) Surono, yang mengantar Naedelli.

Selain mantan MenkoPolkam Surono, ahli binatang langka itu juga disertai mantan Menhut Soedjarwo selaku wakil ketua IWF dan Rubini Atmawidjaja, ketua harian IWF.

 

 

Sumber : ANTARA (13/03/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 735-736.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.