PENGHARGAAN KEPENDUDUKAN PBB SERTA VISI DAN KETERLIBATAN GLOBAL KITA

PENGHARGAAN KEPENDUDUKAN PBB SERTA VISI DAN KETERLIBATAN GLOBAL KITA

 

 

Jakarta, Kompas

Penduduk dunia yang kini berjumlah 5,2 milyar menjadi sumber berbagai masalah baru dan mendesak yang dihadapi oleh dunia dewasa ini.

Bagaimana mengubah struktur tidak adil, bahwa 20 persen penduduk dunia menikmati 80 persen penghasilan dunia, sedangkan 80 persen penduduk hanya menerima 20 perseno Bagaimana mengubah kemiskinan yang sangat kejam di negara­ negara Dunia Ketiga.

Rasio antara jumlah penduduk dunia dan daya dukung alam dan lingkungannya menjadi pendorong dan penyebab kuat, berlangsungnya kecenderungan baru ialah globalisasi Artinya, semakin banyak hal-hal yang menyangkut kepentingan dan nasib bersama umat manusia serta tidak dapat lagi dipecahkan hanya oleh negara masing­ masing. Tentu saja, arus globalisasi dipacu dan diberi prasarana oleh telekomunikasi, oleh

lalu lintas ekonomi antar bangsa, mobilitas penduduk antar negara yang semakin intensif Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, jumlah penduduk membangkitkan masalah mendesak seperti tingkat kematian kelahiran dan tingkat kematian bayi yang tinggi, sedangkan di lain pihak juga menimbulkan masalah lapangan kerja

Dalam program pembangunan nasional, kita sejak semula memberikan perhatian besar kepada masalah kependudukan Barangkali merupakan suatu koinsidensi yang ikut berpengaruh bahwa arsitek pembangunan Indonesia seperti Prof. Widjojo Nitisastro adalah seorang ekonom yang mendalami masalah kependudukan

Dua prestasi besar tercapai dalam pengendalian penduduk lewat program Keluarga Berencana surutnya secara mengesankan tingkat kematian bayi di saat kelahiran dan dalam periode balita serta terkendalinya pertumbuhan penduduk sehingga menjadi 2,1 persen dan akan turun lagi sampai 1,9 persen.

Komitmen dan kepernimpinan Presiden Soeharto yang konsisten menjadi faktor besar keberhasilan program Keluarga Berencana seperti halnya juga keberhasilan dalam program swasembada pangan.

Seperti ditegaskan oleh Kepala Negara beberapa waktu yang lalu, kita tidak mencari penghargaan orang luar dalam melaksanakan pembangunan.

Sekalipun memang demikianlah sikap kita, rasanya pada tempatnya jika kita mengambil manfaat dari pengakuan-pengakuan orang luar, apalagi suatu lembaga internasional yang berwibawa seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa.

KEBERHASILAN di bidang program Keluarga Berencana seperti halnya juga keberhasilan dalam program swasembada pangan mengungkapkan hal ihwal yang lebih dalam dan lebih kompleks dari gambaran yang tampak di permukaan.

Keberhasilan-keberhasilan itu menyangkut peranan teknologi baik berupa alat­ alat kontrasepsi untuk Keluarga Berencana maupun berupa pestisida, bibit unggul, pupuk untuk swasembada pangan.

Lebih dramatis dari peranan teknologi adalah perubahan orientasi sikap mental dan tata nilai yang menyertai atau mendahuluinya.

Dalam program Keluarga Berencana, berubahlah paham bahwa banyak anak banyak rezeki menjadi paham orangtua tidak hanya melahirkan anak-anak akan tetapi berkewajiban mendidik sehingga menjadi warga yang lebih bermutu dari orangtuanya, dan dari generasi orangtuanya.

Pendidikan menjadi keharusan yang lebih disadari oleh orangtua dan itulah bekal kemajuan. Sebab hanya bangsa yang cerdas karena terdidik sanggup menjadi bangsa yang maju dan memberikan kesejahteraan kepada para warganya.

Dengan ilustrasi itu ingin dikemukakan, program Keluarga Berencana bukanlah sekadar mengurangi jumlah kelahiran anak, sekaligus membangun paham yang lebih benar, bagaimana seharusnya keluarga itu dikembangkan serta bagaimana menempatkan dalam masyarakat, agar keluarga benar-benar menjadi unit terkecil masyarakat yang maju, terbuka, berkebudayaan.

KEBERHASILAN-keberhasilan besar seperti program Keluarga Berencana dan swasembada pangan yang kemudian diakui oleh masyarakat internasional memberikan manfaat lain.

Sebagai bangsa yang sedang membangun, seribu masalah menghadang kita. Seakan-akan tak habis-habisnya, dipecahkan satu, tumbuh seribu masalah lain. Tidak jarang juga kita mengalami kegagalan dan hambatan.

Padahal rasa mampu dan kepercayaan diri merupakan pelatuk strategis bagi setiap bangsa yang ingin beranjak dari posisinya ke tangga yang sejajar dengan negara­negara industri.

Keberhasilan-keberhasilan yang diakui oleh masyarakat internasional disadari atau tidak disadari, memperbesar rasa mampu dan percaya diri. Jika ada komitmen, ada visi, ada cara yang tepat dan dilaksanakan melalui semangat bersama-sama dengan masyarakat, hal-hal besar berhasil kita capai.

OLEH karena kependudukan merupakan salah satu bahkan sumber masalah global, logis atau sangat masuk akal, apabila lembaga seperti Perserikatan Bangsa­Bangsa memberikan perhatian, dukungan dan kerja sama.

Indonesia yang mempunyai akar dan wawasan negara-bangsa amat kuat, sekaligus juga mempunyai visi internasionalisme sangat peka sejak permulaan kehadirannya sebagai negara merdeka.

Visi internasionalisme atau visi global itu bahkan tercantum dalam Pembukaan UUD sehingga dengan demikian menjadi mandat yang wajib kita laksanakan dan kita kembangkan.

Penghargaan dari lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa semakin mengukuhkan dan mengkreatifkan paham global kita. Paham itu menjadi arus kuat untuk dasawarsa terakhir abad 20 dan akan semakin kuat dalam abad 21.

Kita bukanlah bangsa yang berpandangan dan berwatak kerdil, melainkan bangsa yang dilahirkan dalam kancah jiwa besar, jiwa terbuka, jiwa terlibat akan pergulatan umat manusia.

DEMIKIANLAH kita tafsirkan makna dan implikasi-implikasi dari penghargaan Perserikatan Bangsa-Bangsa kepada Presiden Soeharto dalam bidang kependudukan.

 

 

Sumber : KOMPAS (05/06/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 843-845.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.