Penghujat Adalah Pendengki

Kebumen, 1 Oktober 1998

Kepada

Yth. Bapak Soeharto

Mantan Presiden RI ke-2

di Jl. Cendana Jakarta

PENGHUJAT ADALAH PENDENGKI [1]

 

Dengan hormat,

Dengan rasa terharu saya memberanikan diri untuk menyampaikan isi hati yang setulus-tulusnya kepada Bapak Soeharto mantan Presiden RI yang pada saat-saat ini baru menerima cobaan yang sangat luar biasa beratnya.

Saya sebagai warga Indonesia yang berada di pelosok pedesaan sangat menyesal sekali terhadap orang-orang yang mengatasnamakan rakyat dan menghujat pada Bapak Soeharto demikian sadisnya. Belum tentu semua rakyat itu membenci dan menghujat.

Yang menghujat itu sifatnya hanya iri atas keberhasilan selama ini yang dipimpin Bapak Soeharto. Terbukti dengan adanya pembangunan di pelosok pedesaan dengan suasana yang damai tenang dan tenteram.

Saya dari desa mendoakan dengan setulus-tulusnya semoga Bapak Soeharto dan keluarga selalu mendapat limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Dan tetap tabah dan tegar dalam mengarungi hidup ini.

Semoga orang-orang yang menghujat diberi kesadaran.

Kiranya cukup sekian bila ada hal-hal yang kurang berkenan saya mohon maaf yang sebesar -besarnya. (DTS)

Dari: Kel. Maryono

Kebumen – Jawa Tengah

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 516. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.