Penyelamat Bangsa

Jakarta, 8 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak H.M. Soeharto

Jl. Cendana No. 8

Jakarta Pusat

PENYELAMAT BANGSA [1]

Bissmillahirrahmanirrahim,

Assalamu’ alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

Teriring do’a semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan rahmat taufiq dan hidayah-Nya kepada Bapak beserta keluarga. Amin yaa Robbal’ alamin.

Sebelumnya, izinkanlah saya memperkenalkan diri, nama saya Alvin, beralamat tinggal di Jakarta Pusat, yang sehari-harinya bekerja sebagai pegawai.

Selanjutnya dengan ini saya mengucapkan selamat kepada Bapak yang sedang merayakan hari ulang tahun yang ke-77 pada hari ini Senin, 8 Juni 1998 semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk dan inayah-Nya kepada Bapak dalam mengarungi kehidupan menjadi seorang Waskita, tempat orang banyak meminta nasehat dan petunjuk baik di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurut hemat saya, Bapak merupakan seorang Jenderal Besar TNI (Purn) dan sekaligus Prajurit Pejuang yang menyelamatkan Bangsa dan Negara Indonesia dari kehancurannya, yang pertama dari pemberontakan pengkhianatan G 30 S/PKI pada tahun 1965 dan yang kedua pada tanggai 21 Mei 1998 dengan berhentinya Bapak dari kedudukan sebagai seorang Presiden/Mandataris MPR-RI. Padahal, sesungguhnya dengan amat mudahnya, bagaikan membalikkan telapak tangan, Bapak dapat mempertahankan kedudukan sebagai Presiden/Mandataris MPR-RI, yang juga sebagai seorang Panglima tertinggi ABRI, menggunakan kekuatan bersenjata, yang akan mengakibatkan Indonesia dilanda perpecahan atau perang saudara. Tetapi, dengan jiwa besar Bapak, menghindari terjadi perpecahan tersebut. Bagi saya ini merupakan pertanda kesempurnaan Bapak menuju menjadi seorang Waskita yang sangat mencintai Rakyat, Bangsa dan Negara Republik Indonesia.

Pada tanggal 18 September 1997, saya bermimpi bertemu dengan Bapak dan bersalaman, alangkah senang dan bahagianya saya apabila bertemu dan bersalaman dengan Bapak bukannya hanya terjadi di dalam mimpi saja, tetapi juga di dalam kenyataan yang sesungguhnya dapat bertemu dan bersalaman, yang akan menjadi sebuah kenangan indah kehidupan saya.

Demikianlah, sedikit tulisan dari saya, semoga Bapak tidak merasa bosan dan jemu dalam membaca surat saya sampai kalimat terakhir. Seandainya di dalam surat ini banyak kata-kata yang menyinggung perasaan hati Bapak mohon dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya. (DTS)

Wassalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alvin

Jakarta Pusat

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 256-257. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.