PERINGATAN HARI KESAKTIAN PANTJASILA: LUBANG BUAJA MENGENANGKAN KITA PADA KEKEDJAMAN PKI

PERINGATAN HARI KESAKTIAN PANTJASILA: 

LUBANG BUAJA MENGENANGKAN KITA PADA KEKEDJAMAN PKI [1]

Djakarta, Sinar Harapan

Presiden Soeharto hari Selasa pagi telah mengikuti upatjara Hari Kesaktian “Pantjasila” jang dipusatkan di tempat mana Pahlawan2 Revolusi disiksa dengan dimasukkan kedalam sumur tua oleh PKI pada Gerakan 30 Septembernja, 3 tahun jang lalu.

Upatjara dilaksanakan setjara Militer dihadiri selain pradjurit2 dari keempat Angkatan Bersendjata djuga para Menteri Kabinet Pembangunan, Atase2 Militer, Perwakilan Pemerintah Asing, Wakil Ketua DPR-GR, Panglima2 ABRI dan rakjat jang berada ditempat.

Lubang Buaja letaknja terpentjil, sedjauh kl. 8 kilometer dari djantung kota Djakarta, sedjak malam dikawal dengan ketat oleh pasukan2 bersendjata dari keempat Angkatan jang tersebar dimana2, terutama di bawah pohon2 karet jang tadinja mendjadi pelindung utama gerakan kedji dari G-30-S/PKI melakukan pengchianatannja terhadap Pantjasila, dan Negara RI.

Tempat itu dipagari panser2 dengan persendjataan jang kuat. Sedang dipintu gerbang masuk Lubang Buaja berbaris tegak Korps Wanita dari Keempat Angkatan.

Lubang Buaja jang pada tahun2 jang lalu masih menampakkan keasliannja, kini berubah mendjadi suatu tempat jang dibangun dengan beton. Sedangkan rumah jang terletak 12 meter diarah Barat tsb. masih dipertahankan keasliannja. Sumur tua sekarang ini kelihatan pada mulutnja sudah diubah sedang dalamnja masih dalam keaslian.

Upatjara Chidmat

Dalam upatjara jang chidmat itu barisan kehormatan jang terdiri dari 1 kompi KKO-AL, 1 Kompi Raiders, 1 Kompi Kowal, 1 Kompi Wara, 1 Kompi Polwan, Korps Musik ALRI, 1 Kompi PGT/Kopasgat, 1 Kompi Brimob, 1 Kompi Pramuka dan kesatuan Aksi serta Perwira Tinggi, Menengah dari Keempat Angkatan.

Presiden Soeharto kali ini tiada memberikan sambutan dan hanja pembatjaan Sila2 dari Pantjasila serta Ikrar dari Wakil Ketua DPRGR, Presiden mengenakan pakaian sipil dengan djas dan tjelana hitam.

Setelah upatjara dilaksanakan Presiden, rombongan, dll, menudju kesumur tua dan pada kesempatan itu Presiden Soeharto meletakkan relief jang terachir jaitu menggambarkan sumur tua dan dimana kesemua pahlawan Revolusi dimasukkan.

Pada Relief tsb. diketahui betapa kedjamnja Pemberontak PKI Madiun jang oleh Let. Djen Anumerta Gatot Soebroto membasminja. Dalam relief tsb. djuga dilukiskan bagaimana Bung Karno dengan politik Nasakomnja jang disetudjui oleh orang2 PKI, dimana pada saat itu hendak mendjadikan ABRI Djadi 5 Angkatan tetapi oleh Let. Djen. A. Yani jaitu Angkatan Darat Laut, Angkatan Udara dan Angkatan Kepolisian menolaknja.

Terdjadilah peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara dan diadakanlah Konfrontasi (Dwikora), sesudah itu latihan2 di Pondok Gede oleh PKI, jang terkenal dengan pesta harum bunganja menganiaja dan memasukkan tudjuh Pahlawan Revolusi kedalam sumur tua.

Penumpasan dari satuan RPKAD djuga berada direlief itu disamping Ex Let. Kol. Untung mengumandangkan dewan Revolusinja melalui RRI.

Penumpasan terus dilaksanakan oleh RPKAD disusul dengan pemberian Surat Perintah 11 Maret oleh Bung Karno kepada Djenderal Soeharto sebagai Pd. Presiden RI.

Dalam gambar disusun arti2 penting itu SP 11 Maret diberikan di atas daun2 pohon kambodja jg berarti diatas tumpukan majat2 para Pahlawan Revolusi.

Demonstrasi mahasiswa dengan pengempesan ban2 mobil nampak sedang mengililingi Istana. Sesudah itu sebagai babak terachir dari relief tsb. pengangkatan Djenderal Soeharto djadi Presiden penuh atas keputusan MPRS.

Keadaan di dekat sumur tua mengingatkan kita kembali akan kekedjaman dari pada PKI, sehingga hampir semua jang hadir merasa masih ngeri, walaupun keadaan sekarang sudah banjak jang berubah.

Disekitar Lubang Buaja jang dipagari dengan kawat berduri agak sunji dan jang nampak disana-sini hanya satu atau dua orang sadja. (DTS)

Sumber: SINAR HARAPAN (01/10/1968)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 89-90.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.