PERJUANGAN ADALAH PENGABDIAN BUKAN PROFESI
Presiden Buka Kongres LVRI
Presiden Soeharto mengatakan perjuangan adalah panggilan dan pengabdian, bukan profesi atau pekerjaan. Perjuangan adalah amal bakti kepada tanah air yang tidak mengenal akhir.
"Karena itu seluruh bangsa Indonesia harus terus mengobarngobarkan semangat juangnya dan merenungkan kembali apa yang kita tuju dengan kemerdekaan itu dan apa yang telah kita sumbangkan dalam mencapai tujuan kemerdekaan," kata Presiden ketika membuka Kongres ke-V Legiun Veteran Indonesia di Medan, Rabu pagi.
Dalam hubungan itu, kata Presiden lagi Veteran Republik Indonesia dapat memberikan sumbangannya yang besar membangkitkan semangat rakyat, terutama kaum mudanya dalam melaksanakan pembangunan bangsa. Sebab sebagai pejuang, tentulah semangat pengabdian Veteran Republik Indonesia tidak pernah padam.
Meski pun seorang veteran tidak lagi aktif dalam lingkungan kesatuan ABRI atau organisasi resmi lainnya, tidak berarti bahwa pengabdian untuk perjuangan bangsa selanjutnya telah selesai dan berhenti.
Kepada warga Legiun Veteran republik Indonesia yang sedang berkongres Presiden mengharapkan dapat melakukan konsolidasi organisasi. Ini untuk lebih mengarahkan potensi Veteran Republik Indonesia di masa-masa mendatang. Sebab dengan konsolidasi dan pengerahan setiap potensi, veteran akan berhasil melaksanakan tugasnya membangkitkan semangat rakyat.
Tenggang rasa
Dibagian lain pidatonya Presiden Soeharto mengatakan perjuangan bangsa Indonesia harus dilihat sebagai proses bersambung yang tidak terputus-putus.
Yaitu suatu proses perjuangan dengan landasan masa lampau untuk membangun hari ini dan hari nanti untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Dengan proses seperti itu, maka jalannya pembangunan akan bertambah kuat dan mantap tidak akan kehilangan semangat dan arahnya semula.
Semangat dan arah pembangunan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Ini tidak dapat lain, karena perjuangan merebut dan menegakkan kemerdekaan juga dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
"Semangat dan arah perjuangan itu tidak lain adalah membangun masyarakat yang berdasarkan prinsip-prinsip yang kita junjung tinggi, yaitu Pancasila dan UUD 45" kata Presiden.
Karena itu, demikian Presiden dalam seluruh gerak pembangunan yang sekarang dan yang akan datang Indonesia harus tetap berpegang pada Pancasila dan UUD 45. Sebab Pancasila dan UUD 45 merupakan kebulatan kepribadian bangsa, puncak dan cita-cita seluruh perjuangan bangsa kita.
Karena itu juga memelihara semangat perjuangan, memelihara dan memperkokoh kepribadian bangsa, merupakan bagian dan tujuan tersendiri dari pembangunan bangsa.
Menurut Presiden, walau pun Indonesia telah membangun hampir satu setengah dasawarsa, namun pembangunan suatu bangsa merupakan proses panjang.
Sebab melalui pembangunan itu Indonesia bertekad untuk mengubah nasib bangsanya, berusaha membentuk masa depan bangsa yang lebih baik, berusaha mewujudkan citacita kemerdekaan bangsa masyarakat adil dan makmur dan masa satu setengah dasawarsa itu bukannya masa yang panjang bagi usaha untuk mencapai cita-cita besar bangsa Indonesia.
Perjuangan pembangunan, kata Presiden, tidak lebih ringan dibanding perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan dahulu. Sebab tantangan-tantangan dan godaan-godaan yang dihadapi dalam melaksanakan pembangunan itu dapat lebih besar dan beraneka ragam, tidak saja datang dari luar tetapi sering timbul dalam diri sendiri.
Seperti kecenderungan untuk cepat menikmati hasil dengan hidup gaya mewah tanpa menenggang rasa pada sebagian masyarakat yang masih kurang.
Tantangan yang dihadapi di tahun-tahun yang akan datang sangat berat dan sulit. "Kita harus mengerahkan keberanian dan ketangguhan nasional untuk memasuki tahun-tahun berat itu," kata Presiden.
Kesulitan-kesulitan ekonomi dunia yang telah berjalan sejak tahun-tahun lalu akan lebih terasa akibatnya di tahun yang akan datang. Justru saat Indonesia bersiap-siap memasuki Repelita IV.
"Tantangan itu lebih-lebih memerlukan semangat dan sikap pejuang", ujar Presiden.
Pemuda Panca Marga
Kongres Legion Veteran Republik Indonesia ke – V akan berlangsung 3 hari. Kepada Presiden, Ketua Umum LVRI akan menyusun kepengurusan baru dan program kerja yang secara khusus ditekankan pada lima hal.
Pertama, membantu penyelesaian pendataan dan pendaftaran veteran pejuang kemerdekaan RI. Kedua membantu menyusun buku induk veteran RI. Ketiga, meningkatkan peran serta veteran dalam lingkup nasional maupun internasional.
Keempat, meningkatkan citra veteran RI dan kelima, menyiapkan Pemuda Panca Marga sebagai pejuang Pancasila yang dapat diandalkan.
Pemuda Panca Marga Adalah Organisasi Putra-putri Veteran RI Menurut Ahmad Tahir, masalah regenerasi juga akan disoroti secara khusus.
"Sebab, entah kapan dan dimana, pada satu saat nanti tubuh anggota veteran RI yang terakhir pasti diusung ke tempat peristirahatannya yang terakhir", kata Ahmad Tahir yang tampak menyentuh hati 329 peserta kongres tersebut.
Kepada Kompas A Tahir menjelaskan, yang dimaksud para veteran pejuang yang tengah berkongres ini, adalah mereka yang berjuang antara tahun 1945 – 1949.
Sehingga pada saatnya nanti, mereka akan habis juga tapi ini tidak berarti Lagiun Veteran RI lalu bubar, sebab sesudah veteran angkatan 1945-49 nantinya akan dibentuk pula "Veteran Pembela", yaitu yang berjuang melawan pihak luar, misalnya dalam perjuangan Trikora dan Dwikora.
"Prinsipnya veteran disini berarti mereka yang beljuang melawan pihak luar, dalam hal ini tidak harus berarti ABRI, sebab anggota laskar perjuangan pun masuk veteran. Ini lain dengan Pepabri."
Menurut Tahir, pembentukan "Veteran Pembela" itu tinggal menunggu waktunya. Mungkin dalam kurun lima tahun mendatang ini sudah terbentuk. Jika sudah ada, maka Legiun Veteran RI punya dua keanggotaan, Veteran Pejuang dan Veteran Pembela.
Kedua-duanya bernaung dibawah LVRI. "Jika pun masa mendatang nanti tidak ada lagi Veteran Pembela, maka itu berarti tidak ada perang dengan pihak luar dan itu berarti adanya perdamaian dan itulah yang diharapkan, meskipun yang namanya organisasi veteran lalu habis."
Kecuali anggota Legiun Veteran Republik Indonesia, kongres juga dihadiri 11 wakil organisasi veteran luar-negeri. Yaitu, dari Negeri Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan dan Muangthai.
Gubernur Sumatera Utara, Khaharuddin Nasution dalam sambutannya mengatakan, dari 8.350.950 penduduk daerah itu, 36.700 adalah anggota veteran RI, umumnya tinggal di pedesaan sebagai petani. Selesai membuka kongres, Presiden Soeharto dan rombongan menuju Kuala Lumpur.
Pengarahan Menhankam
Dalam pengarahannya di depan peserta Kongres LVRI Rabu kemarin, Menhankam Jenderal TNI (Purn) Poniman mengatakan, pembangunan nasional yang dilakukan saat ini bukan untuk menyiapkan perang, melainkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, yang berarti pula meningkatkan ketahanan nasional.
Menhankam mengharapkan, para veteran RI dapat mewariskan jiwa kejuangan bangsa kepada generasi muda secara arif sebelum akhir hayat mereka.
Hal lain yang perlu diwariskan, kata Poniman, ialah kemampuan menampilkan diri sebagai panutan dan dinamisator.
Sehingga jalannya pembangunan nasional menuju masyarakat adil makmur dan sejahtera dapat dijamin kecepatannya. Menhankam yakin, tidak ada seorang pun di antara anggota veteran yang mau menempatkan diri hanya sebagai penonton dalam pembangunan nasional.
Peran serta veteran dalam peningkatan ketahanan nasional saat ini lebih menonjol sebagai kekuatan moral. Dalam Repelita IV mendatang peran veteran adalah sebagai pendorong, penuntun, pembimbing atau teladan serta menggelorakan semangat kejuangan kepada generasi penerus.
Dikatakan pula, eksistensi veteran melambangkan monumen sejarah yang hidup. Karena itu, veteran harus mampu membangkitkan inspirasi dan menjadi contoh bagi generasi penerus dalam pengalaman Pancasila dan kegiatan pembangunan.
Secara moral, kata Menhankam, veteran bertanggung jawab menjaga identitas, predikat dan citra veteran agar tidak sampai mengalami erosi.
Dikatakan, erosi citra veteran yang pemah dialami hendaknya dijadikan pelajaran dan dijaga agar tidak terulang kembali di masa mendatang.
”Dengan kerendahan hati dan berjiwa besar, kita harus berani mengakui adanya kelemahan-kelemahan tersebut, kemudian kita perbaiki kembali," ujarnya. (RA)
…
Medan, Kompas
Sumber : KOMPAS (1983)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 358-362.