PRESIDEN MENERIMA PESERTA RAPIM ABRI :
PERPADUAN JIWA KEJUANGAN DAN PROFESIONALISME HARUS DIKEMBANGKAN
Presiden Soeharto menegaskan, perpaduan antara jiwa kejuangan dan profesionalisme harus dikembangkan di segala bidang dan segala lapisan masyarakat untuk menjawab tantangan pembangunan yang akan makin berat dan rumit di tahun tahun yang akan datang.
Kepala negara menyatakan hal itu dalam amanatnya ketika menerima 146 peserta rapat pimpinan (Rapim) ABRI di Istana Negara, Jum’ at pagi.
Rapim ABRI yang bertema "Dengan jiwa kejuangan dan profesionalisme yang tinggi ABRI bertekad untuk mensukseskan Repelita IV," berlangsung 26-29 September di Jakarta diikuti oleh semua unsur pimpinan ABRI dari seluruh Indonesia.
‘Tema itu memang sangat tepat. Perpaduan yang kuat antara jiwa kejuangan dan profesionalisme itu yang akan menjadi kunci penting pembangunan bangsa kita," kata Presiden menegaskan.
"Tanpa jiwa kejuangan kita akan kehilangan era pembangunan, tanpa profesionalisme kita akan sulit menjawab pembangunan masyarakat modern," demikian ditekankan oleh Presiden.
Presiden mengingatkan, tahun-tahun mendatang adalah tahun-tahun yang sulit dan untuk menghadapi tahun-tahun yang sulit itu ialah dengan semangat kejuangan yang tidak boleh pudar.
Peranan ABRI sangat penting dalam memperkuat ketahanan nasional. Perkembangan sejarah perjuangan dan pengabdian ABRI kepada rakyat telah menempatkan ABRI sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional seperti yang ditegaskan dalam GBHN, katanya.
Presiden menandaskan, hal ini menghamskan ABRI untuk tidak mengecewakan rakyat dan melanjutkan pengabdiannya dalam taman pembangunan sekarang. Karena itu dwi fungsi harus dilaksanakan dengan rasa tanggung jawab yang sebesarÂbesarnya,
Ia mengingatkan peranan ABRI sebagai stabilisator dan dinamisator harus pula dilaksanakan dengan cara-cara yang baik dan pandai-pandai membawa diri sehingga mampu mendorong gerak pembangunan bangsa dalam arti yang luas.
Presiden menilai, ABRI telah berhasil baik dalam menjalankan dwi fungsi serta peranannya sebagai stablisator dan dinamisator.
Pembangunan ABRI
Mengenai pembangunan ABRl sebagai kekuatan pertahanan keamanan ditegaskan oleh Presiden bahwa hal itu akan terus dilanjutkan sesuai dengan kemampuan bangsa dan negara.
Tetapi perlu disadari bahwa pembangunan ABRI diletakkan sebagai bagian dmi keseluruhan pembangunan nasional di negara yang berbentuk kepulauan ini memang diperlukan ABRI yang kuat dan dengan peralatan yang modern.
Namun pembangunan dan pengembangan ABRI itu haruslah ditumbuhkan atas kepribadian ABRI sendiri yang tubuh dan berkembang sebagai bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia, kata Kepala Negara.
Ia mengingatkan, kekuatan pokok ABRI adalah di tengah-tengah rakyat dan dukungan rakyat. Mengenai doktrin perlawanan rakyat semesta dalam rangka bela negara Presiden mengatakan perlu terus dikembangkan.
Dikatakannya, pembangunan ABRI dalamjangka panjang tidak boleh terlepas dari dukungan sosial ekonomi dalam skala nasional. Peralatan dan persenjataan ABRI yang tergantung dari luar akan merupakan kerawanan nasional.
"Karena itu dalam tahap-tahap awal pembangunan ini, kita juga harus mulai melaksanakan tahap-tahap permulaan dan pembangunan industri pertahanan keamanan," katanya.
Ia mengingatkan kembali, betapapun modernnya ABRI yang akan dibangun dan betapapun mutakhirnya sistem senjata yang akan dipergunakan, pada akhirnya prajurit lah yang akan melaksanakan.
Pancasila Pernbimbing
"Camkanlah baik baik bahwa prajurit ABRl adalah pendukung dan pembela ideologi negara yang bertanggung jawab dan tidak kenal menyerah" .
"Ini berarti," kata Presiden," bahwa dalam membela Pancasila, maka ABRI tidak mengenal menyerah. Benteng Pancasila yang terkuat bukan hanya dengan mengucapkan kesetiaan terhadap Pancasila, melainkan yang utama ialah menghayati dan mengamalkan pancasila itu dalam kehidupan nyata sehari-hari, membimbing pikiran dan tingkah laku kita semua."
Dalam penghayatan dan pengamalan Pancasila ini, setiap prajurit ABRI dan seluruh ABRI sebagai kesatuan kekuatan perjuangan bangsa harus menjadi pelopor yang pantas diteladani oleh masyarakat, demikian harapan Kepala Negara. (RA)
…
Jakarta, Berita Buana
Sumber : BERlTA BUANA (01/10/1983)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 356-358.