Sanggan, 18 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak. H.M. Soeharto sekeluarga
Jl. Cendana – Jakarta
PERLU YAYASAN ISLAM [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan hormat,
Sebelum saya melanjutkan tulisan saya di bawah ini, saya dan keluarga mohon maaf kepada Bapak Haji Muhammad Soeharto sekeluarga.
Saya dan keluarga terharu dan sedih ketika Bapak membaca surat berhenti dari jabatan Presiden RI periode 1998-2003.
Saya sebenarnya sudah lama ingin bersilaturrahmi sama Bapak dan keluarga, namun biaya untuk ke Jakarta tidak ada. Adapun maksud saya bersilaturrahmi kepada Bapak hal-hal sebagai berikut :
- Kalau berkenan, saya siap diwawancara tentang kepribadian saya.
- Saya bercita-cita ingin membina umat yang terlantar antara lain: Anak Yatim Piatu, orang -orang Jompo. Dikarenakan dari saya tidak ada biaya untuk mendirikan Yayasan Islam atau Pesantren di daerah saya.
- Kalau Bapak dan keluarga ada kelebihan rejeki, untuk mendirikan Yayasan Islam atau Pesantren, saya dan keluarga siap untuk mengelolanya.
- Mudah-mudahan Bapak dan keluarga bisa mengabulkan permohonan saya ini.
Demikian surat permohonan saya ini, saya ucapkan terima kasih. (DTS)
Wassalam,
Ahmad Ismi
Kalimantan Barat
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 267. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.