Pernah Ke Kemusuk

Jakarta, 19 November 1998

Ke hadapan yang saya hormati

Bapak Haji Mohammad Soeharto

 

PERNAH KE KEMUSUK [1]

Assalamu’alaikum wr. wb.

Kemudian apabila kepada mereka kemakmuran mereka berkata “Ini adalah karena usaha kami”

Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya.

Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

(Al Quran Surat 7 ayat 131)

Bapak Soeharto yang saya cintai. Keadaan yang terjadi sekarang ini sudah dituliskan di Al Quran. Bapak sebagai pemimpin pada waktu itu dipuja dan disanjung. Pada waktu terjadi krisis (kesialan) semua menumpahkan ke rekening Bapak dan keluarga.

Saya yakin, sebagai orang yang beriman Bapak pasti ridho atas ketetapan yang sudah dituliskan dalam kitab yang tidak diragukan lagi kebenarannya (Al Quran).

Saya yakin Allah pasti akan menolong Bapak. Sebagai orang yang pernah masuk Ka’bah dan melakukan sholat di dalamnya, Bapak adalah orang pilihan Allah. Jika ada penyakit di hati (kalbu) Bapak, saya yakin Bapak tidak akan selamat keluar dari rumah Allah.

Dalam hari-hari yang penuh cobaan ini, semoga Bapak tidak goyah dalam keimanan. Allah penolong orang-orang yang sabar.

Sebagai anak pejuang, saya sangat bangga atas tindakan ayah saya dalam konferensi TKR yang pertama tanggal 12 November 1945 di MBT Yogyakarta. Almarhum memberikan 6 suara atas nama Divisi di Sumatera kepada Kolonel Soedirman, sehingga Pak Dirman mendapat suara sedikit lebih banyak dari Jenderal Oerip Soemohardjo yang pada waktu itu ikut dicalonkan sebagai Panglima besar. (Buku Jenderal Soedirman, karangan Tjokropranolo, Bab pemilihan Panglima Besar).

Kebanggaan ini begitu mengharukan jika melihat di mass media, gambar Pak Dirman menghiasi ruang kerja Bapak di Bina Graha dan ruang Jepara di Istana Merdeka.

Dan jutaan orang Indonesia, saya salah satu yang dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih atas jasa Bapak menyelamatkan bangsa ini dari kebiadaban Partai Komunis Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1965.

Walau fitnah dan hujatan bertubi menimpa Bapak, saya yakin sebagai seorang yang beriman dan sebagai pejuang, Bapak sanggup menghadapinya.

Saya pernah datang ke desa kelahiran Bapak, di desa Argomulyo, dusun Kemusuk. Saya nyekar ke makam Ibunda Bapak dan makam pahlawan di desa Kemusuk. Mereka menjadi “martir” atas serangan Oemoem I Maret yang Bapak pimpin. Semoga syuhada ini mendapat surga dari Allah. Amin.

Di sana saya bertemu dengan kawan sepermainan Bapak waktu kecil di antaranya di Buntung. Dia bercerita masa-masa yang indah sewaktu menggembala kerbau bersama Bapak mencari rumput dan main antem-anteman layaknya bocah di pedesaan.

Saya yakin dan berdoa, semoga Bapak dapat mengatasi masa-masa sulit yang datang sebagai cobaan dari Allah. Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuja Tuhan-Mu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbihlah di malam hari dan pada waktu siang hari, supaya kamu merasa senang. (Al Quran – S. 20 ayat 130)

Wabillahitaufiq wal hidayah, Wassalamu’alaikum wr. wb.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Al Quran S. 94 ayat 5-6). (DTS)

Noor Johan Nuh

Ciledug – Tangerang

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 944-945. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.