Pernyataan Yapeta

Jakarta, 25 Mei 1998

Kepada

Yth. Bapak H. Muhammad Soeharto

Mantan Presiden RI Selaku Pelindung YAPETA

di Jakarta

PERNYATAAN YAPETA [1]

Dengan hormat,

Berkenaan dengan pernyataan pengunduran diri Bapak dari jabatan Presiden RI mulai tanggal 21 Mei 1998, kami dari jajaran Yayasan PETA yang menghimpun seluruh mantan anggota Tentara Pembela Tanah Air di Jawa dan Sumatera menyatakan sebagai berikut:

  1. Sebagai teman seperjuangan di dalam Perang Kemerdekaan RI yang telah meminta sekian banyak korban dari Rakyat, Pemuda dan Tentara kita, kami menyampaikan rasa hormat yang setinggi-­tingginya atas keputusan Bapak untuk meletakkan jabatan sebagai Presiden, mengingat hal ini dilakukan demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara.
  2. Sebagai prajurit pejuang yang telah mengabdikan diri kita masing-masing bukan hanya dalam perjuangan fisik untuk membela proklamasi, akan tetapi juga di dalam bidang pembinaan bangsa serta pembangunan masyarakat dan negara, kami dapat ikut merasakan betapa beratnya bagi Bapak sebagai pimpinan nasional untuk tiba pada ketetapan hati seperti itu.
  3. Dengan mendahulukan kesejahteraan rakyat, keutuhan bangsa dan kehormatan negara diatas kepentingan diri sendiri, betapa besarpun korban perasaan yang harus diberikan, Bapak telah menunjukkan kebesaran jiwa, kearifan tindak dan sikap ksatria yang patut dibanggakan dan akan merekam serta pengabdian nama Bapak secara terhormat diantara para pemimpin bangsa-bangsa dalam sejarah umat manusia.
  4. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih dan Penyayang senantiasa melindungi dan memberkahi Bangsa dan Negara kita. (DTS)

Hormat kami,

Ketua Badan Pengurus YAPETA

Agus Pramono

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 238-239. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.