Pertobatan Sejati

Jakarta, 11 September 1998

Kepada

Yth. Bapak Jenderal Besar (Purn) Soeharto

di Cendana

PERTOBATAN SEJATI [1]

Dengan hormat,

Kami selalu memohon kepada Tuhan YME kiranya memberi kekuatan kepada bangsa dan negara kita agar tidak jatuh ke dalam kemiskinan, kekacauan dan keserakahan yang berkepanjangan. Dan agar kita segera bisa bangkit kembali berkehidupan normal, berperikemanusiaan dan berkeadilan sosial. Semoga Tuhan mengaruniakan damai sejahtera kepada Bapak dalam menjalani masa istirahat sekarang ini. Kami merasa tersentuh setiap kali mendengar berita-berita tentang mass media.

Perlu kami jelaskan, kami bukanlah paranormal, kami adalah sarjana tehnik lulusan Jerman Barat, namun melalui do’a yang intensif; sekali­-sekali memperoleh visi atau wahyu mengenai beberapa hal penting yang ditakdirkan Tuhan.

Kami pernah berusaha menyampaikan visi tersebut kepada Bapak secara pribadi, tetapi karena tidak berhasil, kami kirimkan saja melalui surat (tanda terimanya kami simpan).

Ibu Almarhumah meninggalkan kita tepat pada Hari Raya ldul Qurban dan Bapak sendiri Lengser keprabon tepat pada hari kenaikan Yesus Kristus (Nabi Isa) ke surga. Dua peristiwa pada dua hari raya agama besar di Indonesia, telah berbicara dalam bahasanya sendiri.

Kali ini pun kami sangat menginginkan kiranya bisa bertemu dengan Bapak untuk berdoa bersama, memohon ampun dan maaf atas kelemahan kita sebagai manusia sambil mohon limpahan belas kasihan-Nya untuk Bapak sekeluarga, untuk bangsa, negara dan akan terus mendoakan, kiranya Bapak diberi Tuhan keadilan dan ketabahan di masa-masa yang akan datang.

Kami mendoakan kiranya Bapak juga diberi kesabaran memikul apa yang sudah dan akan terjadi. Tuhan Maha Pengampun berjanji akan memulihkan kembali kehidupan manusia seberapa besarpun dosa dan pelanggaran kita di hadapan-Nya dan di hadapan sesama manusia.

Tuhan menginginkan pengakuan dan pertobatan sejati.

Hati yang hancur, pikiran yang remuk dan air mata penyesalan yang menetes semoga diterima oleh Tuhan Yang Maha Pengampun.

Sebelumnya kami mohon maaf bila ada kata yang tak berkenan di hati Bapak. Namun rohani kami adalah tulus berdasarkan ajaran yang kami yakini, yaitu saling mengasihi, memaafkan dan melayani sesama manusia.

Sekali lagi, kiranya Tuhan memberkati Bapak sekeluarga ! (DTS)

Hormat kami,

Ev DR. Ir. Edison TT Hasibuan

Jakarta

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 373-374. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.