PIDATO AKHIR TAHUN PRESIDEN SOEHARTO: PERKEMBANGAN EKONOMI DIPERTAHANKAN
Jakarta, Pelita
Presiden Soeharto menyatakan, sikap teguh pemerintah untuk selalu menjaga anggaran negara dan neraca pembayaran dengan penuh kewaspadaan dalam tahun 1989. Soalnya, belum ada jaminan mantapnya harga minyak bumi dan belum ada tanda-tanda mantapnya sejumlah mata uang asing yang kuat di dunia.
Sikap itu ditegaskan Presiden dalam pidato akhir tahunnya yang disiarkan oleh media elektronika televisi dan radio Sabtu malam.
Membaiknya perkembangan perekonornian di tahun-tahun terakhir Pelita IV menurut Presiden juga akan dipertahankan, terutama karena Indonesia telah melakukan langkah-langkah pengembangan iklim usaha yang sehat dan dinamis melalui langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi.
Manfaat terpeliharanya stabilitas moneter dan neraca pembayaran itu menurut Presiden akan membangkitkan dan makin meluaskan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. “Karena itu kita dapat menyong song tahun depan dengan rasa lega, walaupun menghadapi kemungkinan pukulan dari luar dan keterbatasan keuntungan negara,” kata Presiden.
Presiden rnenyatakan lega, karena setelah dua dasawarsa membangun, ada tanda-tanda yang jelas bahwa Indonesia akan berhasil rneletakkan kerangka landasan pembangunan dalam Repelita IV, yang beberapa bulan lagi akan diakhiri.
Hal lain yang melegakan adalah keberhasilan peletakan kerangka landasan di bidang ideologi dan politik .Tingkah laku dan budaya politik lama telah digantikan dengan yang baru, yang bersuasana kekeluargaan dan lebih bermartabat.
Adalah terbukti bahwa tingkah laku dan budaya politik yang lama, yang didasarkan pada anggapan bahwa politik adalah pembentukan dan pengerahan kekuatan untuk rnernenangkan diri dalam kekuatan, mengandung benih-benih yang dapat memecah belah serta menimbulkan ketegangan, penentangan dan pergolakan bangsa.
Rasa Iega itu juga karena walaupun dihadang oleh larangan dan hambatan serta berbagai pukulan berat yang datang dari luar, Indonesia tetap berhasil meletakkan kerangka landasan bidang ekonomi. Tahun 1988 dilewati dalarn situasi ekonomi yang relatif stabil dan menunjukkan kecenderungan membaik.
Menyambut 1989
Semua perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi hingga akhir 1988, menurut Presiden telah memberikan keyakinan bahwa proses peralihan ke tahap pemantapan kerangka landasan serta era tinggal landas, demikian pula proses regenerasi dalam kehidupan bangsa dan negara akan berlangsung tertib, lancar dan teratur.
“Keyakinan inilah yang akan menjadi bekal dan kekuatan kita dalarn menyongsong tahun 1989,” kata Presiden.
Narnun, di sela-sela kelegaan itu, Presiden mencatat rasa keprihatinan dan kesedihan karena terjadinya bencana alam yang melanda beberapa wilayah tanah air dan beberapa negara lain,yang merenggut nyawa manusia dan kerusakan harta benda.
Walaupun keadaan masih serba terbatas, namun panggilan kemanusiaan mendorong bangsa ini mengulurkan tangan meringankan beban penderitaan bangsa lain dan sebagai ungkapan rasa keprihatinan bangsa Indonesia.
Presiden juga mengingatkan, bahwa tahun 1989 yang dimasuki masih tetap ditandai oleh masalah-masalah sosial ekonomi yang besar dan tantangan-tantangan yang berat.
Indonesia memang sudah mengarnbillangkah-langkah penyesuaian sehingga struktur ekonorni makin sehat dan kuat dengan topangan kekuatan sendiri yang makin luas.Makin bertambah tangguh dalam meredam goncangan-goncangan yang datang dari luar
“Namun kita haru s siap siaga berjaga-jaga dan waspada, sebab pukulan dan goncangan ekonorni dunia bila nanti muncul,masih akan terasa berat bagi Indonesia,” demikian Presiden Soeharto.
Sumber : PELITA(02/01/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 13-14.