POLISI TANGKAP TERSANGKA PEMBUNUH BASOEKI ABDULLAH[1]
Jakarta, Antara
Polisi, hari Selasa dini hari sekitar pukul 03.00 WIB di Sukabumi, menangkap AM (23) seorang dari tiga tersangka pembunuh pelukis terkenal Basoeki Abdullah yang ditemukan tewas di rurnahnya pada Jumat dini hari (5/11). Dua tersangka lainnya masing-masing Wah (37) tukang kebun sekaligus otak pembunuhaan dan Dul (23) seorang Satpam Jl Langsat, kini sudah dalam tahanan Polda Metro Jaya. Kapolda Metro Jaya Mayjen Pol. Drs. Moch Hindarto yang dipanggil Presiden Soeharto di Istana Merdeka, Selasa pagi, menyatakan bahwa motif pembunuhan tersebut hanya perampokan biasa, bukan masalah warisan atau orang suruhan keluarga dalarn korban seperti dugaan sebelumnya. Hindarto yang datang ke Istana Merdeka untuk rn enghadiri upacara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Mahaputera Adi pradana serta Mahaputera Utama dipanggil Kepala Negara untuk menjelaskan penanganan kasus ini. Pada saat Hindarto rnenyampaikan laporannya, lbu Tien Soeharto, Wakil Presiden Try Sutrisno serta lbu Tuti Sutrisnojuga mendengarkan penjelasan tersebut. Hindarto rnengatakan pada kesernpatan itu, Wapres memerintahkan jajaran Polda Metro Jaya untuk menuntaskan kasus pembunuhan terhadap pelukis terkenal.
Kronologis Penangkapan
Dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya seusai melapor ke Presiden, Hindarto secara panjang lebar menceritakan operasi penangkapan terhadap pelaku yang dipimpin langsung oleh Kapolres Jakarta Selatan Letkol Pol Drs. Adang Rismanto.
Dalam jumpa pers yang dihadiri Kadispen Polri Brigjen Pol Drs. I Ketut Ratta, Kadit Reserse Polda Metro Jaya Kol Pol Drs. Gunawan, Kadispen Polda Metro Jaya Letkol Pol Latief Rabar, Kapolda mengatakan bahwa ketiga pelaku berada dalam tahanan Polda Metro Jaya.
Secara rinci, Hindarto menjelaskan bahwa AM dan komplotannya pada 24 Oktober merencanakan pencurian di galeri Basoeki di Jl.Sisingamangaraja, tetapi gagal.
Barn pada satu hari sebelum kejadian tangga 14 November, AM seorang residivis, merencanakan pencurian di rumah korban. Wah kemudian memberikan gambaran situasi rumah korban dan kebiasaan keluarga pelukis tersebut. Misalnya saja, pintu gerbang rumah tidak pemah dikunci, kamar tidur korban yang selalu terbuka, isteri korban di lantai dua, serta kebiasaan Satpam rumah korban yang suka tidur sore.
Hari itu juga AM dengan diantar Wah survei ke lokasi di Jl. Keuangan Raya, Cilandak, Jakarta Selatan. Pada Jumat dini hari 5 Nopember, AM memasuki rumah korban dengan cara meloncat dari rumah tetangga sebelah. Setelah berhasil masuk, AM berminat turun ke lantai bawah melalui tangga, akan tetapi karena dilihatnya sejumlah anjing, AM terpaksa mengurungkan niatnya.
Ia kemudian berusaha mencari jalan lain dan menemukan sebuah celah di antara garasi dan dapur. Lewat celah itu AM turun ke lantai bawah dan karena sempit AM luka pada bagian pipi sebelah kirinya. Ketika itu AM merasa haus, namun dia tidak berani membuka lemari es, dan mengambil buah apel yang ada di dapur. AM sempat memakan apel tersebut beberapa gigitan, namun karena terburu buru apel tersebut dibuang. Ia balik ke lantai atas untuk mencari jalan keluar. Setelah menemukan jalan yang dianggap aman, AM kemudian ke kamar korban yang tidak pemah terkunci. Pada saat jongkok untuk merogoh jam yang ada dilaci lemari korban, Basoeki Abdullah terbangun dan memergoki pelaku seraya berteriak “maling”.
Dipukul Dengan Senapan
Karena gugup AM langsung mengambil senapan yang ada di kamar korban dan memukul kepala korban. Basoeki langsung jatuh tersungkur, namun melihat korban masih hidup AM sekali mengayunkan senapan itu ke tengkuk korban hingga patah.
Setelah yakin korban meninggal, AM yang berhasil menggondol sejumlah jam tangan antik dan uang tunai sebesar Rp200.000 , keluar dari kamar Basoeki dan naik kembali ke lantai dua dan langsung kabur melalui tiang penangkal petir.
Sebelum kabur, AM yang bajunya terpercik darah korban, sempat memakai piyama milik Basoeki. Dengan menggunakan taksi, sekitar pukul 05.00 WIB, AM kabur ke Jl.-Langsat, dimana Wah dan Dul menunggu.
Di rumah kosong yang dijaga Dul yang berprofesi Satpam itu, AM membersihkan diri dan mereka kemudian berpencar. AM kembali ke rumahnya di kawasan Gandaria, namun pukul 07.00 ia kembali ke Jl.Langsat dan ketemu An, residivis lain, untuk memasarkan jam-jam hasil curian tersebut.
AM yang merasa gelisah, kemudian berangkat ke Ciputat, ke rumah keluarga ‘pacarnya. Namun pacarnya tidak ada di tempat karena sedang ke Cicurug, Sukabumi. AM menyusul ke sana dan polisi berdasarkan informasi yang dari keluarga pacarnya, segera membekuk AM di Sukabumi pukul 03.00 WIB. ·
Jam tangan tersebut 6 Nopember 1993 dijual An ke sejumlah pedagang kaki lima di pasar Jatinegara. Polisi kemudian menyita barang-barang milik korban itu.
Tukang kebun Wah, yang dari awal sudah dicurigai polisi, segera diamankan sehari sesudah kejadian. Sedangkan Satpam Dul ditangkap di Brebes beberapa hari setelah kejadian. Menyinggung motif pembunuhan, Kapolda berkali-kali menyatakan tidak ada kaitannya dengan masalah warisan atau perselisihan keluarga, melainkan mumi perampokan dengan dasar ingin mengusai harta benda milik korban.
Berdasarkan pengakuan pelaku , ternyata mereka tidak mengetahui kalau korban yang dibunuhnya adalah seorang pelukis terkenal yang pernah menjadi pelukis sejumlah kepala negara dan kepala pemerintahan.Mereka hanya tahu bahwa korban adalah seorang kaya yang punya banyak uang tunai di lemarinya dan merniliki puluhan jam tangan antik yang harganya mahal.
Didampingi Pembela
Mengomentari tertangkapnya pelaku pembunuhan terhadap cucu dari tokoh pergerakan nasional Dr. Wahidin Soedirohoesodo itu, mantan Direktur YLBHI Abdul Hakim Garuda Nusantara mengatakan, siapapun tersangkanya harus sejak awal didampingi oleh pembela.
Hakim mengatakan hal itu karena dalam KUHAP dinyatakan tersangka diperbolehkan menolak segala tuduhan yang ditujukan padanya serta menolak bukti buktinya.
Di samping itu, ia mengemukakan pula banyak kasus dimana tersangka tidak didampingi oleh pembela. Ia menyatakan perlu tersangka didampingi pembela hukum berkaitan dengan banyaknya isu yang beredar mengenai surat warisan dan pisah ranjang antara Basoeki Abdullah dengan istrinya sebelum polisi menemukan tersangka.
Menurut dia, LBH itu kemungkinan besar bersedia membela tersangka. Ketua Umum Himpunan Sarjana Kriminologi Indonesia (HISKI) Dra.Purnianti Mangunsong, mengatakan dari semula ia menduga bahwa pelakunya pasti orang yang kenal dekat dengan keluarga korban.
Hal itu, katanya, berdasarkan pengamatannya terhadap kasus-kasus pembunuhan di Indonesia, terutama yang melibatkan orang terkenal, pelakunya adalah orang orang dekat, bisa keluarganya atau orang-orang di sekitar keluarga seperti teman dekat atau karyawan korban.
Purnianti memuji keberhasilan polisi yang berhasil mengungkap kasus itu dalam tempo singkat, yakni hanya empat hari setelah kejadian. “Ini prestasi polisi yang patut kita beri acungan jempol ,” katanya seraya menambahkan bahwa pengungkapan kasus pembunuhan terhadap orang terkenal selalu ditunggu-tunggu masyarakat. (T/ EU02/PU.23/PE.07/PU.02)
Sumber:ANTARA(09/11/1993)
____________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 685-686.