PRES SOEHARTO PIMPIN HAPSAK PANTJASILA DI LOBANG BUAYA

PRES SOEHARTO PIMPIN HAPSAK PANTJASILA DI LOBANG BUAYA [1]

 

Jakarta, Angkatan Bersenjata

TUJUH TAHUN peristiwa terror berdarah G.30.S-PKI yang paling hitam dalam sejarah perjoangan Bangsa Indonesia dan kemudian ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila, tanggal 1 Oktober kemarin telah diperingati dengan penuh hikmat di Lubang Buaya.

Presiden Soeharto yang bertindak selaku Irup pada hari bersejarah itu, sebelum upacara pokok dimulai dan dengan disaksikan oleh Ibu Tien Soeharto, Ibu Sudirman, Ibu Pahlawan Revolusi A. Yani, para Ibu Pahlawan Revolusi lainnya, para Menteri Kabinet DPR/MPR, para Corps Diplomatik, Wapangab para Kepala Staf Angkatan dan Polri, para calon2 anggota MPR dan para undangan lainnya, telah membuka selubung nama Monumen Pancasila Sakti pada dinding tembok sebelah kanan dipintu masuk kehalaman Monumen itu. Dan bersamaan dengan dibukanya selubung itu, terbang pulalah spanduk bertuliskan Monumen Pancasila Cakti yang disematkan pacta balon terbang keangkasa.

Upacara pokok pertama ini diikuti oleh kesatuan Kopasanda AD, KKO-AL, Kopasgat AU, Polri serta gabungan Korps Wanita ABRI dengan Komandan Upacara Let – Kol Kavaleri Djoko Suroso itu, dimulai dengan mengheningkan cipta bersama yang dipimpin sendiri oleh Presiden Soeharto, seterusnya disusul dengan pembacaan Pancasila oleh Ketua DPR K.H. Idham Chalid, pembacaan Mukadimah UUD ‘ 45 oleh Sekretaris Negara Sudharmono SH, pembacaan Ikrar oleh Wakil Ketua DRS. Sumiskun dan diakhiri dengan pembacaan doa oleh Menteri Agama Prof. Dr. Haji Mukti Ali.

Monumen Sejarah

Selesai upacara pokok, Presiden dan Ibu Tien Soeharto serta Ibu Sudirman dan Ibu A. Yani, Ibu Maraden Panggabean dan dengan diikuti oleh para undangan lainnya kemudian meninjau ke sumur Lubang Buaya, dimana 7 putera2 terbaik Bangsa Indonesia pada 7 tahun yang lampau tanggal 1 Oktober 1965 telah dibunuh dengan kejam oleh G 30 S-PKI dan kemudian dilemparkan kedalam sumur itu.

Dari cungkup sumur, peninjau kemudian dilanjutkan ke Monumen Pancasila Cakti yang selingkarnya membentuk busur lalu derajat dihias patung2 ke-7 Pahlawan Revolusi yang tegak kokoh melambangkan kekokohan perjoangan Bangsa Indonesia menghadapi masa depannya. Khusus patung Jenderal A. Yani tangannya dibuat mengacung kedepan menunjuk kesumur, bahwa disanalah mereka dulu direnggut karena tetap kokoh menentang kebatilan dan kejahatan orang2 PKI.

Sementara itu, dibawah kaki para patung Pahlawan terukir pula relief yang menggambarkan fakta2 sejarah kekejaman terror berdarah G 30 S-PKI mulai 48 tahun yang lalu atau Madiun Affair, politik Nasakom, peristiwa atau aksi2 sepihak seperti Bandar Besi dan Tanjung Morawa Affair di Sumut, sampai kepada peristiwa berdarah tanggal 30 September 1965, dan kemudian disusul dengan relief2 penumpasan G 30 S-PKI oleh Jenderal Soeharto, upacara pemakaman jenazah ke 7 Pahlawan Revolusi, aksi Tritura, lahirnya SP-11 Maret. Sidang Mahmilub yang kemudian ditutup dengan pengangkatan dan pelantikan Jenderal Soeharto sebagai Presiden RI yang ke-2 dan Sidang MPR ke-V bulan Maret tahun 1969.

Apa yang terdapat dan apa yang terukir berupa relief2 di Monumen Pancasila Cakti itu, maksudnya tidak lain adalah menggambarkan betapa caktinya Pancasila dan setiap penyelewengan daripadanya pasti akan bernasib seperti PKI. Kecuali itu juga dimaksudkan, untuk menggugah hati semua generasi2 muda yang akan datang bahwa dulu dalam sejarah perjoangan Bangsa Indonesia telah dibuktikan betapa saktinya Pancasila. (DTS)

Sumber: ANGKATAN BERSENJATA (02/10/1972)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 47-48.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.