PRESIDEN AKAN MERESMIKAN 100 PABRIK DAN 124 SENTRA INDUSTRI BARANG ROTAN
Jakarta, Pelita
Presiden Soeharto, menurut rencana akan meresmikan 100 pabrik barang jadi rotan dan 124 sentra industri kecil barang jadi rotan yang diperkirakan menghasilkan devisa 256,2 juta dolar AS. Peresmian yang berlangsung tanggal 11 Agustus 1988, dipusatkan di PT Pendi Mungil, Kecamatan Driyorejo, Gresik, Jawa Timur.
Menteri Perindustrian Hartarto di dampingi Menteri Kehutanan Hasyrul Harahap, kemarin mengatakan hal itu setelah bersama-sama dengan Menko Ekuin Radius Prawiro, Menteri Koperasi Bustanil Arifin dan Mensesneg Moerdiono menghadap Presiden Soeharto di Istana Merdeka.
Menteri Hartarto menjelaskan, 100 pabrik yang diresmikan ini, merupakan bagian yang telah selesai dibangun dari 206 pabrik yang direncanakan. Dan dari 100 pabrik tersebut, telah menghasilkan barang jadi rotan dengan orientasi ekspor.
Kapasitas produksi pabrik, yang terletak di 12 propinsi ini, sebesar 95.045,9 ton, dengan jumlah tenaga kerja yang bisa diserap 35.902 dengan investasi Rp 100,25 miliar lebih.
Sedang dari 124 sentra industri kecil barang jadi, diperkirakan nilai ekspomya 6,2 juta dolar AS setahun. Nilai ekspor ini akan dapat ditingkatkan lagi, bila diperluas pasarannya dengan bantuan bapak angkat.
Ke-124 sentra tersebut, terletak di 22 propinsi, seluruhnya mempunyai 4.125 unit usaha,20.351 tenaga kerja, dan menelan investasi sebesar Rp 1,214 miliar lebih.
Dalam peresmian tersebut, akan juga diselenggarakan pameran barang-barang rotan terutama dalam orientasi ekspor, serta temu wicara antara Presiden dengan para petani pengumpul, pengrajin, produsen dan eksportir.
Ekspor Hasil Industri
Dijelaskan pula mengenai perkembangan ekspor komoditi industri Januari-April 1988, mencapai 2,758 miliar dolar AS lebih berarti naik 66,5%, meliputi 380 komoditi.
Dengan demikian, peranan ekspor hasil industri terbadap ekspor non migas mencapai 82,6%. Sedang peranan ekspor tersebut dalam total ekspor Indonesia 44%.
Dari 380 komoditi yang diekspor, 264 komoditi mengalami peningkatan, terdiri dari 237 komoditi meningkat di atas 30%, 18 komoditi antara 10-30%, dan 9 komoditi meningkat kurang dari 10%. Nilai total sebesar 2,447 miliar dolarAS lebih atau 88,74% dari ekspor hasil industri secara keseluruhan
Komoditi ekspor yang melonjak nilainya adalah kelompok industri aneka, industri mesin dan logam dasar, industri kimia dan industri kecil.
Dilaporkan pula kepada Presiden Soeharto, mengenai pengembangan industri yang dapat juga mengembangkan wilayah zona industri di seluruh wilayah Indonesia.
Pengembangan tersebut dijelaskan melalui peta dengan keterangan yang diperoleh terakhir. Dan menurut menteri, bentuk peta tersebut akan mengalami perubahan sesuai dengan perluasan industri.
Menteri Kebutanan Hasjrul Harahap, menjelaskan mengenai petunjuk Presiden untuk terus menyediakan bahan baku rotan dengan upaya pelestariannya.
Caranya, dengan terus menyediakan bibit rotan dan diberikan secara gratis kepada rakyat untuk ditanamkan.
Selain itu, presiden juga meminta agar pengembangan pengolahan sagu segera dilakukan. Saat ini telah mulai dilakukan di Pulau Seram dan perkembangannya juga akan dilakukan di Irian Jaya.
Presiden mengharapkan dalam penanaman pobon sagu disesuaikan dengan rotasi pengambilannya yang selama 5 tahun. Selain itu juga penanamannya hanya disesuaikan dengan kemampuan pengolahan ,Untuk saat ini pabrik pengolahannya baru mampu mengolah untuk 10.000-15.000 hektar.
…
Jakarta, PELITA
Sumber : PELITA (09/08/1988)
…
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 343-344.