PRESIDEN BERTERIMA KASIH KEPADA SEJUMLAH MENTERI Suasana Pergantian Kabinet Mulai Terasakan

PRESIDEN BERTERIMA KASIH KEPADA SEJUMLAH MENTERI

Suasana Pergantian Kabinet Mulai Terasakan

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto mengucapkan terima kasih kepada para menteri dan pejabat, khususnya mereka yang hadir dalam Sidang Kabinet Terbatas Bidang Ekuin di Bina Graha hari Rabu kemarin, atas segala pengabdian dan kerja sama yang telah diberikan selama masa Kabinet Pembangunan IV, yang sekarang ini.

Menurut Kepala Negara seperti yang dikutip Menpen Harmoko, banyak hal telah dikerjakan selama masa lima tahun ini. Mudah-mudahan pengalaman itu memberikan arti bagi peningkatan pembangunan bangsa di masa-masa mendatang.

Selanjutnya kepada para menteri, Presiden minta mereka memberikan masukan-masukan dalam rangka penyusunan bahan pertanggung jawaban Presiden/Mandataris kepada Sidang Umum MPR yang akan mulai dilaksanakan tanggal 1 Maret nanti.

Meskipun masih sebulan lebih lagi, namun suasana pergantian kabinet sudah mulai terasa di Bina Graha kemarin, terutama oleh ulah para wartawan. Begitu sidang usai, beramai-ramai mereka berdiri di depan pintu sambil memperhatikan satu per satu para menteri yang menuruni tangga ruang sidang. ”Naaahhh …ini pasti masih terus," kata mereka apabila melihat menteri yang bersangkutan tertawa atau senyum-senyum. Tapi kalau tidak, … "ini pasti habis…!"

Ulah para wartawan tersebut akhimya mengundang juga perhatian yang diperhatikan. Menteri Tenaga Kerja Sudomo dan Menmud UP3DN Ginandjar Kartasasmita terpaksa datang menghampiri untuk mengetahui mengapa para wartawan rame-rame sendiri.

Setelah diberi tahu apa yang sedang terjadi, Ginandjar pun ikut tertawa habis-habisan.

Sidang Ekuin kemarin merupakan sidang terakhir dalam masa kerja Kabinet Pembangunan IV. Biasanya pada akhir masa jabatan nanti, Presiden bersama Wapres dan para menteri akan mengadakan pertemuan terakhir, disertai foto bersama. Setelah itu kabinet dinyatakan demisioner sampai pengumuman kabinet baru setelah Presiden dilantik.

Inflasi 0,33 Persen

Dalam sidang yang berlangsung sekitar tiga jam kemarin dilaporkan jumlah uang yang beredar sampai akhir Desember 1987 sebesar Rp 12,242 triliun. Laju inflasi Januari 1988 sebesar 0,33 persen. Kalau dihitung dalam seluruh tahun anggaran (sejak April 1987) sebesar 7,70 persen.

Kenaikan harga sebesar 0,33 persen dalam bulan Januari disebabkan karena perubahan yang terjadi pada indeks kelompok makanan sebesar 0,50 persen lndeks kelompok perumahan sebesar 0,06 persen kelompok sandang 0,11 persen, di indeks kelompok aneka barang dan jasa 0,39 persen.

Neraca perdagangan sementara November 1987 menunjukkan, ekspor yang dicapai sebesar 1,510 milyar dollar AS, sedang impor senilai 1,011,5 milyar dollar. Dengan demikian terjadi surplus sebesar 499, 1 juta dollar AS.

Di bidang perindustrian dilaporkan, pengadaan dan stok kebutuhan barang­barang kebutuhan strategis seperti pupuk, kertas, garam dan besi baja untuk tahun 1988 ini, cukup tersedia dibanding kebutuhan sehingga masyarakat tidak perlu khawatir.

Menurut Harmoko, berdasarkan hasil pantauan dilaporkan bahwa dalam tahun 1986/87 telah berhasil diselesaikan 3.696 proyek sendiri. Nilai investasi seluruhnya Rp 2,6 trilyun dan menampung 243.638 tenaga kerja. Dari jumlah tersebut, proyek baru tercatat 3.215 buah, sedang perluasan 481 buah.

Proyek-proyek tersebut umumnya berskala menengah, dan kecil. Lebih dari 90 persen investasi memanfaatkan fasilitas non-PMA dan PMDN. Rata-rata investasi setiap proyek sebesar Rp 710 juta, dan rata-rata investasi untuk industri kecil Rp 33,5 juta. Sebagian proyek-proyek industri tersebut lelah memasuki program ekspor dengan nilai devisa yang diperoleh setiap tahun sekitar satu milyar dollar.

Ikan Tuna

Di bidang pertanian antara lain dilaporkan perkemba ngan baru dalam perdagangan ikan tuna. Dalam satu tahun terakhir permintaan ikan tuna segar oleh

Jepang mencapai 200 ton per hari dengan harga berkisar antara 4.050 sampai 6.000 dollar AS perton. Usaha pemenuhan ini sekalipun dilakukan oleh Indonesia, Taiwan, Korea dan Jepang sendiri, masih jauh di bawah permintaan.

lndonesia sendiri dalam tahun 1987 bisa memenuhi permintaan hanya 819 metrik ton dengan rata-rata harga 4.670 dollar per ton. Jumlah ini menurut Harmoko, masih bias ditingkatkan mengingat hampir seluruh perairan Indonesia merupakan daerah penangkapan ikan tuna yang bisa ditangkap oleh nelayan kecil.

Mengingat pasarannya yang begitu baik, Presiden kemarin memberi petunjuk supaya diteruskan upaya untuk lebih meningkatkan produksi ikan tuna untuk kepentingan ekspor. Antara lain dengan ditingkatkan koordinasi antara instansi-instansi yang ada. Misalnya dalam penyediaan kapal, angkutan ikan sendiri, serta kelancaran izin-izin yang diperlukan.

Serat Karung

Yang juga menggembirakan adalah perkembangan di bidang serat karung. Menurut Menpen, dilaporkan bahwa program intensiflkasi serat karung rakyat (Iskara) dengan menanam serat rosela dan kenaf di daerah rawa yang tidak produktif (bonorowo) telah berkembang sangat baik.

Supaya upaya ini bisa ditingkatkan untuk lebih menambah penghasilan rakyat, maka Presiden memutuskan agar produksi pangan, khususnya gula, supaya menggunakan karung goni dari serat rosela dan kenaf yang ditanam di rawa-rawa itu.

Dengan demikian petani yang tinggal dan berusaha di daerah rawa-rawa tersebut dilindungi upaya meningkatkan pendapatan mereka juga dilakukan. Sekarang untuk gula umumnya menggunakan karung plastik.

Lebih dari itu Presiden juga memberi petunjuk untuk meneliti lagi kemungkinan diversifikasi industri yang menggunakan serat kenaf dan rosela. Misalnya untuk bahan kertas dan sebagainya.

Jakarta, KOMPAS

Sumber : KOMPAS (4/02/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 18-20.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.