PRESIDEN: BERTINDAKLAH ARIF, HINDARI PEMAKSAAN
KEHENDAK [1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengajak umat Islam khususnya dan umat beragama umumnya untuk menyelesaikan semua masalah secara arif dan bijaksana serta menghindari sikap memaksakan kehendak pada orang lain.
“Nabi Muhammad SAW memberikan contoh kepada kita mengena i cara-cara memecahkan masalah yang timbul dalam masyarakat,” kata Kepala Negara di Istana Negara Selasa malam pada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Pada acara yang dihadiri pula Wakil Presiden Try Sutrisno serta para pejabat tinggi lainnya, Kepala Negara mengemukakan Nabi Muhammad SAW selalu mengajak masyarakat untuk mencari penyelesaian secara musyawarah.
“Musyawarah itu beliau lakukan dengan prinsip persamaan derajat, keadilan, kejujuran dan kebijaksanaan,” kata Presiden kepada umat Islam yang memenuhi ruang Istana Negara itu.
Semua pihak oleh Nabi Muhammad SAW diberi kesempatan yang sama untuk menyampaikan pikiran dan perasaaannya secara terbuka sehingga bisa didengar oleh pihak lain dengan hati terbuka.
“Musyawarah yang dicontohkan Nabi Muhammad bukan untuk memaksakan kehendak dari golongan yang kuat kepada golongan yang lemah musyawarah itu justru dilakukan untuk mencari titik temu yang dapat memuaskan semua pihak atas dasar saling memberi dan menerima,” kata Presiden.
Karena itulah, Kepala Negara mengajak ummat Islam khususnya untuk mencontoh keteladanan Nabi Muhammad SAW itu dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi bangsa ini.
“Sebagai bangsa yang bercita-cita membangun masyarakat yang demokratis berdasarkan Pancasila, kita perlu meningkatkan kedewasaan kita untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kita dengan jalan musyawarah,” kata Presiden.
Kepala Negara juga berkata, “Dalam masyarakat yang bergerak makin maju, tuntutan masyarakat makin beragam dan aspirasinya makin berkembang.”
“Dalam suasana demikian, tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali terus meningkatkan keterbukaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Kepada umat Islam, diingatkan bahwa ajaran agama ini justru mendorong umatnya bersikap terbuka dan demokratis.
Kemajemukan
Presiden Soeharto mengatakan kepada ummat Islam sebagai kelompok ummat beragama yang paling besar jumlalmya di tanah air bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia sama sekali bukan merupakan masalah.
“Bagi bangsa kita pada umumnya dan bagi ummat Islam khususnya, kemajemukan bukanlah masalah Al-Quran telah mengingatkan kita bahwa kemajemukan adalah salah satu tanda kebesaran Tuhan. Al-Quran mengajak kita berlomba-lomba berbuat kebajikan di tengah- tengah kemajemukan itu,” kata Presiden.
Karena itulah, kepada ummat Islam diingatkan bahwa salah satu kewajiban mereka adalah memelihara kesatuan dan persatuan bangsa ini dengan hati dan jiwa besar.
“Semua ummat beragama, semua lapisan dan golongan masyarakat kita, juga wajib memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dengan hati dan jiwa besar,” demikian harapan Kepala Negara kepada seluruh umat beragama. (T.EU02/B/EL02/21:43/RU6/22: 10)
Sumber: ANTARA ( 15/08/1995)
_________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 514-515.