PRESIDEN BERTOLAK KE SENEGAL

PRESIDEN BERTOLAK KE SENEGAL[1]

Jakarta, Suara Karya

Presiden dan Ibu Tien Soeharto beserta rornbongan Kamis rnalam bertolak menuju Senegal untuk mengikuti KTT III Grup-15 di Ibukota negara tersebut, Dakkar, yang berlangsung 20-22 November. Wakil Presiden dan Ibu EN Sudharmono melepas keberangkatan Kepala Negara dari Bandara Halim Perdanakusurna.

Menurut rencana, usai rnenghadiri KTT di Dakkar, Presiden Soeharto akan melanjutkan perjalanan ke Prancis. Di Paris, Kepala Negara akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Francois Mitterand guna peningkatan hubungan kedua negara.

Kesempatan itu digunakan pula untuk menjelaskan hasil-hasil KTT Gerakan Non Blok di Jakarta, terutama semangat dan isi “Pesan Jakarta”. Sejumlah menteri menyertai perjalanan Presiden, antara lain Menko Ekuin Radius Prawiro, Mensesneg Moerdiono dan Menlu Ali Alatas.

KTT G-5 diselenggarakan tiap tahun dan Presiden senantiasa hadir sencliri. Tahun lalu diselenggarakan di Venezuela dan sebelumnya di Malaysia. Pada setiap KTT, Indonesia selalu melemparkan suatu gagasan demi terciptanya kerja sama yang lebih erat di antara negara-negara berkembang.

Pada KTT sebelumnya, Presiden Soeharto mencuatkan tawaran bantuan konsultasi bagi program KB, dari pengalaman-pengalaman Indonesia dalam mengelola program KB yang telah berlangsung selama 20 tahun dan berhasil dengan baik. Beberapa negara yang sudah memanfaatkan tawaran tersebut antara lain Vietnam, Bangladesh dan Mesir.

Di bidang pangan, Presiden dalam KTT G-15 di Caracas melontarkan keinginan Indonesia untuk memberikan bantuan bagi negara-negara berkembang yang kurang berhasil dalam produksi pangannya, dengan cara menularkan pengalaman-pengalaman Indonesia dalam pengadaan pangan hingga bisa swasembada.

Dalam hal bantuan ini, ada dua cara yang bisa ditempuh. Selain para ahli tanaman pangan Indonesia bisa dikirim ke negara-negara yang membutuhkan, cara lebih efektif adalah mendatangkan para petani dari negara yang bersangkutan untuk tinggal bersama petani-petani Indonesia. Dengan berbaur langsung dengan para petani Indonesia, diharapkan mereka lebih cepat menyerap pengetahuan-pengetahuan bercocok tanam, karena langsung terjun praktik ke lapangan.

Cara ini dinilai Presiden paling efektif, namun biayanya cukup mahal, sementara Indonesia sendiri sangat terbatas dalam pengadaan dana untuk keperluan itu. Salah satu cara untuk mengatasi hal itu ialah menghimbau negara ketiga, terutama negara­ negara maju memberikan bantuan dana.

Ketika mengadakan kunjungan ke Brunei Darussalam belum lama ini, Presiden menawarkan kepada Sultan Bolkiah tentang kerja sama bantuan pangan kepada negara-negara berkembang, dengan cara mendatangkan petani negara lain untuk belajar kepada petani Indonesia, dan Brunei sebagai negara penyandang dana.

Tawaran tersebut waktu itu belum bisa diputuskan oleh Sultan Bolkiah, namun ia berjanji untuk mempelajari lebih seksama.

Sumber:  SUARA KARYA(20/11/1992)

____________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 468-469.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.