PRESIDEN BESOK BERTOLAK KE LUAR NEGERI[1]
Jakarta, Suara Karya
Presiden Soeharto Minggu malam besok bertolak ke luar negeri untuk menghadiri KTT XI Gerakan Non Blok (GNB) di Cartagena, Kolombia. KTT GNB dijadwalkan akan berlangsung pada 17-20 Oktober di bawah penjagaan ekstra ketat.
1995. KITA belum tahu apa saja substansi laporan pertanggungjawaban yang akan disampaikan Presiden sebagai Ketua GNB periode 1992-1995. Namun, pelbagai keputusan KTT X GNB di Jakarta tiga tahun lalu telah dilaksanakan atau dirintis pelaksanaannya oleh Presiden. Salah satu di antaranya pengembangan konsepsi perjuangan GNB yang sebelum kepemimpinan Presiden Soeharto berwajah politik, menjadi perjuangan yang berwajah ekonomi berdasarkan prinsip kemitraan antara negara-negara maju (Utara) dan negara-negara berkembang (Selatan). Selain itu, pengembangan kerja sama antar negara anggota GNB, secara multi lateral maupun bilateral dan meletakkan rintisan serta mengusahakan jalan keluar bagi pemecahan masalah utang luar negeri negara-negara GNB yang mendapat kesulitan dalam pengembalian utangnya. Juga menggali kemungkinan demokratisasi PBB, antara lain yang menyangkut penambahan jumlah anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
JANGKA waktu kepemimpinan GNB 1992-1995 jelas amat singkat ditinjau dari program GNB yang begitu luas danjauh jangkauannya. Namun, dibandingkan dengan apa yang dicapai oleh GNB sebelumnya, agaknya tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa dalam periode itu Presiden Soeharto sebagai Ketua GNB berhasil meletakkan kerangka landasan perjuangan GNB yang memasuki era baru. Misalnya, pelbagai konsepsi yang dihasi lkan KTT X GNB telah disampaikan kepada G-7 yang kemudian mendapat respons positif seperti dituangkan dalam deklarasi KTT G-7 di Tokyo tahun 1993.
Selain itu, konsepsi GNB mengenai kerja sama Utara- Selatan berdasarkan kemitraan juga menjadi keputusan AELM II di Bogor November 1994. Sedangkan mengenai demokratisasi PBB khususnya dalam konteks perluasan keanggotaan tetap Dewan Keamanan PBB, walaupun belum menjadi kenyataan, menjadi bahan kajian yang cukup mendalam di kalangan anggota PBB termasuk anggota-anggota tetap Dewan Keamanan. Sementara itu, tawaran Presiden Soeharto sebagai Ketua GNB untuk menjadi fasilitator guna mengatasi konflik di bekas Yugoslavia-setelah meninjau langsung wilayah konflik bersenjata itu-sedikit banyak telah mendorong negara-negara besar yang menangani konflik itu atas nama PBB, untuk bersikap lebih tegas dalam mengambil langkah-langkah penyelesaian konflik. DENGAN apa yang dihasilkan itu, agaknya cukup beralasan jika bangsa Indonesia punya kebanggaan dengan dipercayainya Indonesia sebagai Ketua GNB periode 1992-1995. Semoga apa yang telah dirintis oleh Presiden Soeharto dilanjutkan oleh Presiden Kolombia, Ernesto Samper sebagai Ketua GNB periode 1995-1998.
Sumber: SUARAKARYA(I4/10/1995)
_______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 284-285.